Ekosistem Pantai Berlumpur

Ekosistem Pantai Berlumpur 
Pantai berlumpur dicirikan oleh ukuran butiran sedimen sangat halus dan memiliki tingkat bahan organik yang tinggi, pantai ini pula banyak dipengaruhi oleh pasang surut yang mengaduk sedimen secara periodik. Interaksi organisme dengan sedimen dan pengaruh evaporasi perairan sangat tinggi di lingkungannya. Seperti yang terdapat di laut kuning, Korea Selatan dan teluk Fundy di Amerika Utara adalah gambaran luasnya daerah kepesisiran dengan dominasi sebagai daerah pengendapan lumpur (mud deposition) yang mengurung daerah tersebut, sehingga menjadikan pantai berlumpur sebagai mintakat yang memiliki pengaruh energi rendah seperti estuari dan lagoon juga sebagai daerah pemasukan air tawar (influx freshwaters) dalam jumlah yang besar sehingga kompleksitas sedimen dominan adalah berbutir halus (dominantly fine-grained sediments).

Bagaimanapun, pelumpuran yang terjadi di wilayah pantai tidak hanya disebabkan oleh energi lingkungan rendah, akantetapi bahwa kelipahan sedimen seperti sedimen halus, pengendapan lumpur dapat tetap berlaku dan bahkan pada pantai yang memiliki pengaruh gelombang yang besar. 



Gambar Faktor Pengontrol Konsentrasi Sediment di Kolom Air (Webster et al, 2003)


Selanjutnya, oleh Webster et al, 2003 membagi tidalflat kedalam 3 (tiga) model. Pertama, subtidal., merupakan daerah di bawah pasang surut dan selalu terekspose (kelihatan) daratannya karena tidak tertutup oleh genangan air. Sedimen akan membentuk sabuk (belt) searah dengan garis pantai dimana pengaruh daerah intertidal sangat besar sehingga sedimen dasar dari subtidal ini membentuk liang (burrowed) dan butiran (pelletized). Aliran air juga, turut serta di dalam pergerakan sedimen memotong areal ini, menjadikan ukuran butiran sedimennya bertambah halus. Penghalusan sedimen tersebut terjadi karena dipindahkannya sedimen berukuran kasar (coarse sediment) oleh aliran sungai dan setelah mencapai muara sungai akan dikurung oleh kondisi pasang-surut daerahnya, sehingga tidak mudah tertembus oleh pengaruh eksternal lainnya. Adanya proses ini, mengakibatkan daerah muara sungai selalu terjadi pelumpuran .


Kedua, Zona Intertidal., merupakan zona yang berada di antara surut normal dan pasang tinggi yang mana keterjadian pasang dan surutnya terjadi dua kali dalam sehari (semidiurnal tides). Gabungan gaya yang mengangkut selama waktu transport, akan mengakibatkan deposisi dimuara sungai, susunan lithologi pantai campuran pasir dan lumpur terdapat dibagian tengah sedangkan pasir dominan berada paling datar (ujung) dari zona intertidal. Transport sediment tersuspensi (melayang) di rataan intertidal, membentuk formasi lumpur dan liat yang mempunyai keadaan bioturbasi, rekahan lumpur dan pelemahan arus. Di daerah tengah dari rataan intertidal, terkover separuh siklus pasang surutnya memiliki perioda penenggelaman sama dengan perioda pengangkutan sedimen pada setiap lapisan yang terbentuk di rataan tersebut. Keadaan dinamis antara pasir dan lumpur akan saling bertukar tempat akibat pengaruh aliran atau olakan gelombang dengan kecenderungan bahwa olakan ini akan membawa material sedimen kelaut lapas (open sea). Pengangkutan dan pengendapan pasir, adalah merupakan fenomena yang terjadi di zona intertidal pantai berlumpur, terindikasi bahwa transport sedimen melayang dan didasar air umumnya aktiv pada saat pasang terendah. 


Ketiga, Zona Supralittoral., merupakan zona di atas pasang naik sedangkan sedimennya terdeposit ditunjukkan oleh adanya subareal dengan kondisi pada umumnya memiliki waktu penggenangan selama terjadi badai (musim semi). Zone ini dibagi dengan melihat kondisi alamiah pantai tersebut, yang mana diawali oleh tumbuhnya beberapa vegetasi pantai berlumpur dan badan pasir. Storm-Driven di daerah supratidal ikut serta di dalam mensuplai sedimen sehingga menciptakan lapisan sedimen hanya dalam beberapa jam. Lapisan ini yang terbentuk akibat badai akan terjadi pengkayaan karbon oleh ganggang organik, yang berkembang biak saat terjadi badai. Pada bagian lain dari daerah supralittoral dominasi ganggang blue-green filamentous menjerat dan mengikat sedimen berbutir halus lewat alga yang ada di daerah subtidal. Pengikatan sedimen oleh alga di daerah subtidal sehingga terjadi penumpukan sedimen di muara sungai, disamping itupula banyaknya sedimen diakibatkan oleh banjir. Dominasi pasang surut, mengakibatkan pelumpuran sehingga pada waktu penggenangan akan terbentuk beting-beting lumpur sedangkan pada saat surut akan mengalami pengeringan.


Gambar  Klasifikasi wilayah pesisir ( Webster et al, 2003)
 

Contoh Contoh Proposal Copyright © 2011-2012 | Powered by Erikson