Taksonomi Tumbuhan Tingkat Tinggi

Taksonomi Tumbuhan Tingkat Tinggi 
Mahkluk hidup yang ada di bumi kita ini banyak sekali jumlah dan ragamnya. Sejak manusia lahir ke muka bumi, mereka telah sadar tentang dua fenomena ini. Sejak itu pula manusia telah berusaha memahami kedua gejala ini dan mengungkap apa maknanya. Kesadaran dan usaha itulah yang akhirnya melahirkan salah satu cabang ilmu hayati yang disebut taksonomi (Gembong, 1991)

Ada beberapa pendapat yang saling berbeda tentang istilah taksonomi dan sistematik tumbuhan, ada yang berpendapat bahwa taksonomi merupakan ilmu dasar dan mencakup hal-hal yang lebih luas dibandingkan dengan sistematik dan juga ada yang berpendapat sebaliknya. Mason (1950) mengatakan bahwa taksonomi mempunyai bidang studi biologi yang luas, terdiri dari sistematik dan studi perbandingan organisme, sistem taksonomi, nomenclature dan dokumentasi. Sedangakan Simsom (1961), Heywood (1967), Mayor (1969), dan Rose (1974) cit Usman mengatakan bahwa sistematik merupakan ilmu yang mempelajari tentang keanekaragaman, perbedaan dan hubungannya satu sama lain. Taksonomi adalah bagian dari sistematik tumbuhan. Kemudian, Clive a. stace (1979) cit Ustman berpendapat bahwa taksonomi adalah sinonim dari sistematik tumbuhan. Dengan demikian maka tergantung dari sudut mana kita melihat dan mengembangkannya. Dari kebiasaan penggunaan secara institusi kelihatannya untuk mata ajaran bagi pendidikan penunjang ilmu-ilmu teknis semuanya menggunakan istilah sistematik, sedangkan untuk pendidikan basic ilmiah seperti biologi menggunakan istilah atau judul mata ajaran taksonomi (Rustam Ustman, 1999)

Empat aspek utama yang dipelajari dalam taksonomi tumbuhan adalah identifikasi, klasifikasi, deskripsi, dan nomenclature. Identifikasi adalah usaha atau cara mendapatkan atau memberikan nama kepada takson atau sekelompok tumbuhan tertentu, sesuai dengan cara-cara yang ditetapkan dalam nomenclature. Klasifikasi adalah cara penempatan suatu takson atau sekelompok tumbuhan pada tingkatan-tingkatan klasifikasi tertentu sesuai dengan ketentuan-ketentuan nomenclature. Deskripsi adalah uraian lengkap tentang morfologi suatu takson yang dapat menentukan karakter, karakter state, serta karakteristik dari takson tersebut. Nomenclature adalah peraturan atau pedoman tata cara pemberian nama serta pengklasifikasian tumbuhan. Secara lengkap nomenclature disebut International Codes of Botanical Nomenclature atau Kode Internasional Tata Nama Tumbuhan (Gembong, 1991)

Sasaran study Taksonomi tumbuhan adalah untuk mendapatkan atau memberikan nama ilmiah yang benar kepada semua tumbuhan yang diteliti, untuk mengelompokkannya kedalam taksa seperti yang diatur dalam nomenclature, melakukan study inventarisasi jenis-jenis tumbuhan yang didapatkan pada suatu daerah tertentu, melakukan study analisis karakter dari setiap jenis atau kelompok tumbuhan hingga menghasilkan nama dan system pengelompokan yang benar dan tepat.

Kuliah lapangan Taksonomi Tumbuhan Tingkat Tinggi di Bukik Simanjek, Kabupaten Solok, dilakukan dilakukan agar materi pada perkuliahan dapat diaplikasikan secara langsung, disamping itu kuliah lapangan ini juga menunjang pemahaman tentang karakteristik dari tumbuhan yang membedakannya dari jenis lain. Kegiatan kuliah lapangan ini memberikan pengetahuan tentang pengenalan jenis dengan pengkoleksian sampel pada daerah tersebut. 

Dalam Kuliah Lapangan ini, pemahaman dalam ilmu Morfologi Tumbuhan sangatlah dibutuhkan untuk dapat melakukan pengelompokan (klasifikasi) dengan memperhatikan persamaan sifat-sifat tertentu pada tumbuhan sehingga didapatkan nama yang tepat untuk setiap kelompok yang dibentuk. Dengan demikian tumbuhan yang dikelompokkan mampu di deskripsikan bagaimana wujud atau bentuk tumbuhan (objek) yang diberi nama itu. Seperti yang kita ketahui, dalam menggambarkan suatu objek kita menggunakan istilah (term) yang berupa kata-kata atau rangkaian kata tertentu yang mengungkapkan makna tertentu pula. Jelas kiranya morfologi dan terminology tidak dapat dipisah-pisahkan (Gembong, 1985)

Kabupaten Solok merupakan salah satu daerah di Sumatera Barat terletak pada 0’4” – 1’43” Lintang Selatan 101’01” – 101’30” Bujur Timur dengan luas wilayah 3.346,20 km, terletak di bagian Selatan Propinsi Sumatera Barat. Topografi Kabupaten Solok berada pada jajaran pengunungan Bukit Barisan yang termasuk daerah patahan semangka. Wilayahnya sangat bervariasi antara daratan dan perbukitan dengan ketinggian dari permukaan laut berkisar 500 – 1.700 m. Kabupaten Solok merupakan kawasan banyak sungai dan merupakan hulu sungai dari anak sungai Batang Hari, seluruhnya mengalir kearah Timur (Anonimous, 2008).

Pada umumnya Kabupaten Solok Selatan beriklim tropis antara 20’C hingga 33’C dengan curah hujan 1.600 – 4.000 mm/tahun. Kabupaten Solok beriklim tropis basah. Pada umumnya musim penghujan berlangsung pada bulan Januari s/d Mei, September s/d Desember musim kemarau, pada bulan Juni s/d Agustus curah hujan cukup tinggi dengan suhu udara 26’C – 31’C, rata-rata 29’C dengan angin bararah dari Barat Daya – Tenggara (Anonimous,2008).

Penyebaran suhu di atas permukaan bumi diantaranya dipengaruhi oleh jumlah radiasi surya yang diterima bumi, ketinggian (altitude), angin, dan lain-lain. Indonesia menerima radiasi matahari sepanjang hari dan sepanjang tahun dalam jumlah relatif sama. Suhu udara bergantung pada ketinggian tempat dari permukaan laut, makintinggi makin rendah suhunya. Pergerakan udara secara horizontal yang dikenal dengan arah angin membawa panas. Suhu udara sejak pagi hari merambat naik sesuai dengan meningkatnya radiasi surya dan mencapai puncaknya antara pukul 12.00–15.00 WIB kemudian menurun kembali bersamaan dengan tenggelamnya matahari (Anonimous, 2003).

Family Moraceae merupakan ordo dari Urticales yang meiliki karakter pohon-pohon yang bergetah, jarang berupa terna, dengan daun-daun tunggal yang duduknya tersebar, dengan daun-daun penumpu yang lebar yang kadang-kadang memeluk batang. Bunga berkelamin tunggal, tersusun dalam bunga majemuk terbatas yang berbentuk bongkol, tongkol, atau periuk. Bunga-bunga tersebut telanjang atau dengan hiasan bunga yang tidak gugur, dan kemudian menjadi tebal berdaging. Bunga jantan dengan tenda bunga yang berbilangan 2-6, kebanyakan 4, benang sari sama dengan daun hiasan bunga. Duduknya berhadapan dengan daun-daun hiasan bunga. Bunga betina dengan bakal buah yang tenggelam sampai menumpang, dengan satu atau dua tangkai putik beruang satu dengan satu bakal biji yang bergantung atau terletak didasarnya. Buahnya buah semu majemuk. Biji dengan endosperm atau tidak. Lembaga bengkok. 

Suku moraceae ini terdiri dari sekitar 70 marga dengan kira-kira 1000 jenis yang terutama tumbuh didaerah-daerah panas, banyak diantaranya yang beguna bagi manusia. Contoh spesies dari family ini : Ficus dengan sekitar 700 jenis, misal : Ficus elastica (karet), Ficus benjamina (beringin), Ficus religiosa (pohon bodi), Ficus glomerata (lo), Ficus carica (buah dimakan), Ficus septica (awar-awar), Ficus variegate. Dari genus Artocarpus terdiri dari diantaranya Artocarpus integra (nangka), Artocarpus communis (sukun), Artocarpus champeden (cempedak), Artocarpus elastica (benda). Genus berikutnya Morus memiliki beberapa spesies yaitu Morus alba, Morus migra (murbei) untuk pemeliharaan ulat sutra Bombyx mori. Genus Castilloa contohnya Castiloa elastica menghasilkan karet. Genus Antiaris contohnya Antiaris toxicaria (pohon ancar atau pohon upas, getahnya mengandung bisa untuk berburu). Genus Broussonetia contohnya Bruossonetia papirifera dan Broussonetia kampferi (Gembong, 2000)
 

Contoh Contoh Proposal Copyright © 2011-2012 | Powered by Erikson