Tantangan Pengendalian Hayati Patogen Tanaman

Tantangan Pengendalian Hayati Patogen Tanaman 
Selain peluang yang ada tersebut dalam pemanfaatan agensia pengendali hayati untuk mengendalikan patogen tanaman, juga perlu diketahui beberapa tantangan dan yang dapat menjadi kendala dalam pemanfaatan pengendalian hayati patogen tanaman, bila tidak segera dipertimbangkan dan dihadapi untuk dicari pemecahannya. Banyak informasi tentang kegagalan pengendalian hayati di beberapa daerah, sedangkan bila diterapkan di daerah tertentu mampu menunjukkan perannya di dalam mengendalikan patogen tanaman. Kondisi ini timbul karena pada umumnya mereka tidak atau kurang mempertimbangkan adanya tantangan di dalam mengerjakan dan menerapkan pengendalian hayati terhadap patogen tanaman.

Beberapa tantangan yang ada dalam bekerja dengan pengendali hayati, di antaranya 1) masa hidup agensia hayati yang terbatas, 2) agensia hayati dapat berubah fungsi, 3) adanya perbedaan kepentingan, 4) terjadinya pencemaran lingkungan, dan 5) terbatasnya penyebaran agensia hayati.

1. Masa hidup agensia hayati yang terbatas
Agensia pengendali hayati yang diterapkan pada produk pertanian mempunyai masa hidup terbatas. Hal ini khususnya terjadi jika kondisi lingkungan ruang simpan produk tanaman tidak sesuai untuk kehidupan agensia pengendali hayati. Apabila agensia pengendali hayati disimpan dalam kondisi yang tidak sesuai, atau produk pertanian yang disemprot dengan agensia tersebut berada dalam kondisi mikro-iklim yang tidak sesuai, maka agensia tidak akan bertahan lama dan lebih cepat mati. Selain itu, penyimpanan agensia hayati di laboratorium khususnya membutuhkan penanganan khusus agar kegigasan agensia pengendali hayati dapat dipertahankan untuk jangka waktu lama. Masing-masing agensia pengendali hayati mempunyai medium penyimpanan yang tidak sama (Soesanto, 2006a). 

2. Agensia hayati dapat berubah fungsi
Penggunaan agensia pengendali hayati yang belum dipersiapkan dengan baik dan benar akan dapat mengubah fungsinya sebagai agensia pengendali hayati menjadi patogen tanaman. Hal ini khususnya terjadi dengan agensia pengendali hayati dari kelompok bakteri, yang dapat berubah karena terjadi mutasi akibat kondisi ekstrem di daerah tropika, misalnya adanya radiasi sinar ultraungu yang sangat tinggi. Apalagi agensia pengendali hayati tersebut sengaja diperkenalkan ke lingkungan tropika baru dari lingkungan yang berbeda. Oleh karenanya, sebaiknya suatu bakteri antagonis sebelum dilepas ke lapang harus distabilkan terlebih dahulu. Selain itu, perubahan fungsi tersebut timbul karena agensia pengendali hayati sebelumnya tidak atau kurang diuji terlebih dahulu kemampuannya, bukan hanya terhadap patogen tanaman, tetapi penting juga pengujian terhadap tanaman inangnya. Apakah agensia hayati tersebut menimbulkan masalah atau menjadi patogen terhadap tanaman uji atau tidak. Pengujian agensia hayati terhadap tanaman inang patogen tanaman jarang dilakukan, meskipun hal ini akan memengaruhi kinerja dan kemampuan agensia hayati di dalam mengendalikan patogen tanaman.

3. Adanya perbedaan kepentingan
Penggunaan agensia pengendali hayati dapat berubah fungsi akibat adanya perbedaan kepentingan. Hal ini erat kaitannya dengan status dari sasaran agensia pengendali hayati. Kepentingan yang berbeda ini akan menyebabkan perbedaan pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil menjadi tidak tepat, artinya tidak lagi mempertimbangkan pada segi keamanan hayatai dari agensia pengendali hayati lagi, tetapi sudah berubah terpusat kepada patogen yang telah diputuskan untuk dikendalikan tersebut. Hal ini akan sangat berbahaya, jika dipertalikan dengan agensia pengendali hayati baru yang diperkenalkan ke lingkungan baru. Masalah ini seharusnya didiskusikan sebelumnya untuk membuktikan program pengendalian hayati dapat tepat sasaran, dengan mendasarkan kepada keuntungan terbesar yang dapat diperoleh dan adanya jaminan keamanan hayati dengan penggunaan agensia pengendali hayati. Perubahan akibat perbedaan kepentingan ini akan sangat nyata dengan adanya perbedaan kepentingan politik, karena sekarang ini di negara kita, bidang pertanian menjadi mungkin untuk dikaitkan dengan kepentingan politik. 

4. Terjadinya pencemaran lingkungan
Secara normal, agensia pengendali hayati tidak menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan. Akan tetapi, pencemaran agensia pengendali hayati dapat terjadi jika tidak hati-hati dalam menyiapkannya dan menetapkan berapa banyak agensia pengendali hayati yang akan dilepas dan diterapkan dalam lingkungan. Misalnya, di dalam penyiapan atau bekerja dengan Trichoderma spp. yang tidak hati-hati, akan menyebabkan pencemaran ruang laboratorium. Konidium jamur mudah diterbangkan angin ketika pengerjaannya tidak dilakukan dengan baik dan akan mudah mengontaminan medium yang lain, yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini menyebabkan terganggunya pekerjaan lainnya di laboratorium. Selain itu, pencemaran yang diakibatkan oleh agensia pengendali hayati dapat menyebabkan alergi bagi pekerja. Kekebalan tubuh kita masing-masing berbeda dalam tanggap terhadap keberadaan spora atau konidium jamur di udara. Sementara itu, agensia pengendali hayati, seperti Trichoderma spp., dapat menjadi kontaminan tidak hanya pada pekerjaan laboratorium, tetapi juga pada pekerjaan lainnya, misalnya pada budidaya cendawan merang. Agensia pengendali hayati yang akan dikirim dari luar wilayah harus benar-benar terbebas dari musuh alaminya, yang akan membatasi keefektifannya; juga terbebas dari kontaminan dengan patogen tanaman dan hewan; bahan pemformula agensia pengendali hayati harus bebas dari organisme pengontaminan. Oleh karenanya, perlu perhatian serius dari berbagai pihak jika akan menggunakan agensia pengendali hayati baru, agar masalah pencemaran dapat dicegah atau dibatasi. Apabila dijumpai masalah tersebut pada agensia pengendali hayati yang akan dikirim atau dicurigai bahan agensia pengendali hayati, maka sebaiknya bahan tersebut segera dimusnahkan.

5. Terbatas penyebarannya
Meskipun penyebaran agensia pengendali hayati tidak dibatasi oleh pembatas politik, penyebaran agensia pengendali hayati tidak seluas penyebaran agensia kimia sintetis. Hal ini menyangkut sifat agensia pengendali hayati yang berupa mahluk hidup, yang harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Akibatnya, agensia pengendali hayati yang dihasilkan di suatu tempat atau daerah, kadang tidak berfungsi bila diterapkan pada tanaman di daerah atau tempat lain. Selain itu, bagi daerah pengimpor agensia pengendali hayati dari luar, sebaiknya mempertimbangkan hal ini, dan bila mungkin memberitahukan daerah tetangga atau organisasi regional yang bertanggung jawab atas hal ini. Semuanya ini bermaksud untuk memberikan kesempatan kepada daerah tetangga agar bersiap diri apabila terjadi atau timbul masalah baru akibat penerapan agensia pengendali hayati baru tersebut.

Adanya tantangan tersebut tidak akan menyurutkan langkah untuk terus bekerja dan terus bertahan dalam komitmen untuk mengendalikan petogan tanaman yang raman dan aman bagi lingkungan, yaitu dengan menggunakan agensia pengendali hayati, mengingat prospek ke depan yang lebih baik dan menguntungkan. Sebaliknya, dengan adanya tantangan tersebut, kita akan makin berupaya untuk mengatasinya melalui serangkaian penelitian, dengan memanfaatkan peluang yang ada, sehingga diharapkan nantinya dapat makin memperkecil tantangan tersebut. Semua ini dimaksudkan untuk memberikan pemikiran dan wawasan yang luas akan pengendalian hayati, sehingga pengendalian hayati dapat semakin berperan di dalam mengendalikan salah satu faktor pembatas budidaya tanaman, yaitu penyakit tanaman. Penyakit tanaman yang dapat dikendalikan dengan biofungisida yang ramah lingkungan akan dapat meningkatkan hasil pertanian, dan akhirnya akan bermuara kepada ketahanan pangan yang berkelanjutan.
 

Contoh Contoh Proposal Copyright © 2011-2012 | Powered by Erikson