BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Usaha kecil dan menengah (UKM) diyakini memiliki peran yang
penting dan strategis, ditinjau dari beberapa aspek.
Pertama, jumlah
industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap sekor ekonomi.
Berdasarkan data biro pusat statistik dan kementrian Koperasi & UKM th.
2003, jumlah UKM tercatat 42,39 juta unit atau 99,9 % dari total unit
usaha.
Kedua, potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja.
Setiap unit investasi pada sektor UKM dapat menciptakan lebih banyak
kesempatan kerja bila dibandingkan investasi yang sama pada usaha
besar. Sektor UKM menyerap 79,04 juta tenaga kerja atau 99,4 % dari
total angkatan kerja yang bekerja.
Ketiga, kontribusi UKM dalam
pembentukan PDB cukup signifikan yakni sebesar 56,72% dari total
PDB.(Bank Indonesia, 2006).
Populasi penelitian adalah UKM manufaktur di Kota Semarang. Unit
analisis penelitian ini adalah UKM manufaktur di Kota Semarang.
Responden utama kuesioner ini adalah pemilik atau manajer, karena
keberhasilan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh peran serta para
pemilik/manajer itu sendiri. Karena penelitian ini menggunakan metode sensus, maka responden adalah 200 UKM Manufaktur yang terdapat di
Kota Semarang.
3.2 Metode Pengumpulan Data
3.2.1. Wawancara Pribadi
Untuk mengatasi masalah tingkat pengembalian jawaban yang
sedikit dari pengiriman kuesioner melalui surat (pos), maka dilakukan
wawancara tatap muka/langsung. Miller (1991) mengatakan bahwa
pendekatan tersebut memberi beberapa keunggulan:
- Persentase pengembalian yang tinggi
- Akurasi informasi yang tinggi
- Kelengkapan, termasuk materi yang sensitif
- Cakupan sampel yang lebih luas
- Reliabilitas dan validitas tinggi
3.2.2. Desain Kuesioner
Kuesioner mencakup dua pertanyaan utama: informasi umum dan
informasi khusus. Jenis pertanyaan kuesioner dalam penelitian ini yaitu:
a. Pertanyaan informasi umum
Pertanyaan ini diperlukan untuk mengetahui informasi dimana golongan
yang berbeda-beda terlibat.
Pertanyaan pada informasi umum diantaranya:
- Nama perusahaan
- Jenis usaha
- Tahun berdirinya usaha
- Jumlah karyawan perusahaan
- Lama/tingkat pendidikan responden (pemimpin atau manajer)
- Pengalaman usaha
- Jenis kelamin
b. Pertanyaan informasi khusus
Pertanyaan ini menggambarkan orientasi kepemimpinan, strategi inovasi,
tingkat investasi dan kinerja perusahaan yang diukur dengan skala 10 nilai
Likert dari satu hingga sepuluh nilai pada setiap indikator (1 = “tidak
pernah” hingga 10 =”hampir setiap saat”)
Disamping pertanyaan tertutup, juga digunakan pertanyaan
terbuka untuk masing-masing indikator guna memperoleh
kebenaran/alasan dari jawaban yang ditulis dalam pertanyaan terbuka.
Disamping daftar pertanyaan juga dilakukan pengamatan langsung
terhadap obyek penelitian (UKM manufaktur) terutama pada orientasi
kepemimpinan perusahaan, proses produksi, tingkat investasi
perusahaan.
Dalam pengamatan/observasi akan diadakan diskusi kecil
tentang manajemen UKM manufaktur lebih khusus pada strategi
inovasi dan kinerja perusahaannya. Hasil dari diskusi dan pengamatan langsung dapat digunakan untuk untuk bahan perbandingan sekaligus
alat kontrol isian pertanyaan tertutup dan terbuka (editing).
3.3 Instrumen penelitian.
Variabel dan indikator yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat
dalam Tabel 3.1 berikut ini :
Tabel 3.1 Variabel dan Indikator
Sumber: Diolah untuk penelitian ini (2008)
3.4 Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas Data
Uji Validitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu
pertanyaan pada suatu angket mampu untuk mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh angket tersebut. Uji validitas ini memastikan bahwa
masing-masing pertanyaan akan terklasifikasikan pada variabel-variabel
yang telah ditetapkan (construct validity). Apabila suatu pertanyaan
mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh angket tersebut
maka data tersebut disebut valid.
Uji Reliabilitas digunakan untuk mengukur apakah jawaban seorang
responden konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Apabila responden
konsisten dalam menjawab pertanyaan dalam angket, maka data tersebut
adalah reliabel. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika uji
statistik SPSS memberikan nilai α > 0,60 (Ghozali, 2005).
Pengujian normalitas penting untuk menguji distribusi normal,
karena distribusi normal membuat garis diagonal yang lurus, variabel
bebas dan variabel tak bebas terpisah dari distribusi normal.
3.5 Analisis Data Dengan SEM
Model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model
kausalitas atau hubungan atau pengaruh dan untuk menguji hipotesis
yang akan diajukan, maka teknik analisis yang digunakan adalah SEM
(Structural Equation Modeling). Sebagai sebuah model persamaan
struktur, Amos telah sering digunakan dalam penelitian manajemen
strategik.
Amos dipilih sebagai alat analisis untuk penelitian ini karena
kemampuanya untuk:
- Memperkirakan koefisien yang tidak diketahui dari persamaan linear dan struktural.
- Mengakomodasikan kesalahan pengukuran pada variabel dependen dan variabel independen.
- Mengakomodasikan peringatan yang timbal balik, simultan dan saling ketergantungan.
Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
- Analisis faktor konfirmatori yang digunakan untuk menguji sebuah konsep yang dibangun dengan menggunakan beberapa indikator terukur.
- Analisis regresi yang ditujukan untuk mengukur pengaruh satu atau beberapa variabel independen terhadap variabel tertentu.
- Menurut Hair dkk.(1995) ada tujuh langkah yang harus dilakukan bila menggunakan SEM :
- Langkah Pertama: Pengembangan Model Teoritis Tahap pertama yang harus dilakukan dalam mengembangkan sebuah model penelitian dengan mencari dukungan teori yang kuat melalui serangkaian eksplorasi ilmiah melalui telaah pustaka guna mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang akan dikembangkan. Karena tanpa dasar teori yang kuat SEM tidak dapat digunakan. SEM digunakan bukan untuk menghasilkan sebuah model teoritis tersebut melalui data empirik. Oleh karenanya pengembangan sebuah teori yang berjustifikasi ilmiah merupakan syarat utama menggunakan permodelan SEM.
- Langkah Kedua: Pengembangan Diagram Alur (Path Diagram) Dalam langkah kedua ini, model teoritis yang telah dibangun pada tahap pertama digambarkan dalam diagram alur (Path Diagram) untuk mempermudah melihat hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diuji. (Hair et al., 1995, hlm. 627-631). Dalam diagram alur, hubungan antar konstruk ditunjukkan melalui anak panah. Anak panah yang lurus menunjukkan hubungan kausalitas yang langsung antara satu konstruk dengan konstruk yang lain.
Sedangkan anak panah melengkung
menunjukkan kolerasi antara konstruk. Konstruk-konstruk yang dibangun dalam diagram alur dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
konstruk eksogen dan konstruk endogen yang diuraikan sebagai
berikut:
- Konstruk eksogen (Exogenous construct), yang dikenal juga sebagai “source variables” atau “independent variables” yang tidak diprediksi oleh variabel yang lain dalam model. Konstruk endogen adalah konstruk yang dituju oleh garis dengan satu ujung panah.
- Konstruk Endogen (Endogenous construct), yang merupakan faktor-faktor yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk endogen dapat memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen lainnya, tetapi konstruk eksogen hanya dapat berhubungan kausal dengan konstruk endogen dan mana sebagai konstruk eksogen.
Pada gambar 3.1 disajikan gambar diagram alur (Path Diagram) untuk penelitian ini:
Gambar 3.1
ANALISIS STRATEGI INOVASI dan DAMPAKNYA PADA KINERJA
PERUSAHAAN
(Studi Kasus : UKM Manufaktur di Kota Semarang)
Sumber : Dikembangkan dalam penelitian ini (2008)
3. Langkah Ketiga: Konversi Diagram alur Kedalam Persamaan.
Setelah model penelitian dikembangkan dan digambar pada sebuah digram alur
maka langkah berikutnya adalah mengkonversi spesifikasi model kedalam
rangkaian persamaan yang dibangun terdiri dari (Hair et al., 1995, hlm.631-635):
1). Persamaan-persamaan Struktural (Structural Equations).
Persamaan ini dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar
berbagai konstruk. Persamaan struktural dibangun dengan pedoman sebagai
Persamaan struktural dalam penelitian ini ditampilkan dalam Tabel 3.2.
berikut :
Variabel endogen = Variabel Eksogen + Variabel Endogen +
Tabel 3.2
Model Persamaan Struktural
Sumber: dikembangkan untuk penelitian ini (2008)
4. Langkah keempat: Memilih Matriks Input dan Estimasi Model
Setelah model dispesifikasi secara lengkap, langkah berikutnya adalah memilih
jenis input dan estimasi model yang sesuai. SEM hanya menggunakan matriks
varians/kovarians atau matrik kolerasi sebagai data input untuk keseluruhan
estimasi yang dilakukannya. Matriks kovarians digunakan karena dapat
menunjukkan perbandingan yang valid antara populasi yang berbeda atau sampel
yang berbeda, dimana hal tersebut tidak dapat dilakukan oleh matriks kolerasi
(Hair et al., 1995, hal 636). Sedangkan ukuran sampel yang sesuai untuk SEM
adalah antara 100-200. dalam penelitian ini matriks inputnya adalah matriks
kovarians yang ukuran sampelnya sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
pemakaian SEM. Tehnik Estimasi model yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Maximum Likelihood Estimation (ML) yang tersedia dalam paket
program AMOS 16.0.
5. Langkah kelima : Menilai Kemungkinan Munculnya Masalah Identifikasi
Problem identifikasi pada prinsipnya adalah kondisi dimana model yang sedang
dikembangkan tidak mampu menghasilkan suatu estimasi yang unik. Problem kondisi dimana model dikembangkan dalam penelitian tidak mampu
menghasilkan estimasi yang unik. Bila setiap kali estimasi dilakukan muncul
problem identifikasi, maka sebaiknya model dipertimbangkan ulang dengan
mengembangkan lebih banyak konstruk.
Problem identifikasi dapat muncul
karena (Hair et al., 1995 hlm.638):
- Standard error untuk satu atau beberapa koefisien adalah sangat besar.
- Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya disajikan.
- Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya varian error yang negatif,
- Munculnya kolerasi yang sangat tinggi antar koefisien estimasi yang didapat (misalnya lebih dari 0,9)
6. Langkah keenam : Evaluasi Kriteria Goodness-of-fit.
Pada langkah kesesuaian model dievaluasi melalui telaah terhadap berbagai
kriteria goodness-of-fit. Untuk itu tindakan pertama yang dilakukan adalah
mengevaluasi apakah data yang digunakan dapat memenuhi asumsi-asumsi
SEM, yaitu observasi independen, random sampling dari responden, dan
linearitas dari semua hubungan. Pengukuran goodness of fit dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu : absolute fit measures, incremental fit measures, dan parsimonious
fit measures. (Hair et al., 1995, hal 639-640).
7. Langkah ketujuh : Interpretasi dan Modifikasi Model
Bila model telah diterima, peneliti mungkin berkeinginan untuk memeriksa
kemungkinan modifikasi model yang mungkin agar penjelasan teoritis atau
goodness of fit menjadi lebih baik. Sebelum melakukan pendekatan-pendekatan dalam mengidentifikasi modifikasi model, hendaknya peneliti melakukan
modifikasi model dengan hati-hati. Modifikasi model haruslah memiliki
justifikasi teori sebelum dipertimbangkan. Peneliti harus bersikap skeptis pada
perubahan ini (Hair et al., 1995 hal 644).
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PENGUJIAN HIPOTESIS
Dalam bab ini akan disajikan data deskriptif obyek penelitian, kemudian
dilanjutkan dengan analisis data statistik inferensial yang digunakan untuk
menjawab masalah penelitian dengan menguji hipotesis yang telah diajukan
didalam bab II. Alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Structural Equation Model (SEM) dengan terlebih dahulu melakukan pengujian
dimensi-dimensinya dengan confirmatory factor analysis. Evaluasi terhadap
model SEM juga akan dianalisis untuk mendapatkan dan mengevaluasi
kecocokan model yang diajukan. Setelah diketahui semua hasil pengolahan data,
selanjutnya akan dibahas dan yang terakhir adalah menarik kesimpulan yang
didasarkan pada hasil analisis tersebut.
4.1 Deskripsi Umum Obyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara langsung kepada 2007
UKM manufaktur di Kota Semarang. Dari total populasi sebanyak 367 UKM
manufaktur di Kota Semarang yang dijadikan sampel untuk penelitian ini adalah
200 UKM manufaktur di Kota Semarang. Dari total populasi diatas ternyata
hanya 119 UKM yang dijadikan sebagai objek penelitian, karena sebanyak UKM ternyata tidak dapat ditemui pada saat pengumpulan data sebanyak UKM tidak mengembalikan kuesioner yang diberikan.
Penelitian dilakukan selama satu bulan dengan bantuan petugas lapangan dari karyawan PT. Sarana Jateng
Ventura dengan jabatan sebagai VCO/AO (Venture Capital Opicer/ Account
Officer) yang jumlahnya 4 orang.
Pengalaman peneliti yang pada saat ini bekerja di PT. Sarana Jateng
Ventura yang konsen dalam memberikan pembiayaan kepada UKM dan memiliki
cluster UKM Ekspor di Kawasan Industri Candi Semarang, memungkinkan untuk
memperoleh data penelitian dari PPU (Perusahaan Pasangan Usaha) PT. Sarana
Jateng Ventura dan dibantu rekan-rekan seprofesi lain untuk memperlancar
penelitian ini.
4.2 Deskripsi Umum Responden
4.2.1 Deskripsi Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 4.1
Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden memiliki tingkat pendidikan yang cukup baik, 39 % menempuh pendidikan formal antara 16-18 th atau setara S1. 25 % responden
menyelesaikan pendidikan di D1/D2/D3, kemudian lulusan SMA sebanyak
18%, Lulus SMP sebanyak 12 %. Namun demikian masih ada 2% yang
tidak menampatkan SD/SR dan 4% menamatkan SD/SR. Distribusi lama
pendidikan responden cukup luas, karena responden mempunyai tingkat
pendidikan dari yang tidak menamatkan SD/SR sampai adanya 2%
responden yang berpendidikan S2.
4.2.2 Deskripsi Umum Responden Berdasarkan Lama Berdirinya Usaha
Tabel 4.2
Responden Berdasarkan Lama Berdirinya Usaha
Sumber: diolah dalam penelitian ini (2008)
Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa sebagian besar responden adalah
cukup berpengalaman dalam bidang usahanya dengan lama usaha 10-
20 th mendominasi lama berdirinya usaha dengan prosentase sebrsar 66
%, diikuti oleh UKM yang lama berdirinya usaha lebih dari 20 tahun
adalah 21%. Sementara sisanya 13% responden dengan lama berdirinya
usaha kurang dari 10 tahun.
4.2.3 Deskripsi Umum Responden Berdasarkan Jumlah Karyawan
Tabel 4.3
Responden Berdasarkan Jumlah Karyawan
Sumber: diolah dalam penelitian ini (2008)
Dari Tabel 4.3 diatas terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki
jumlah karyawan anatara 20-50 orang dengan prosentase sebesar 47 %. Diikuti
oleh responden dengan jumlah karyawan > 50 orang sebesar 40% dan hanya 13
% responden yang memiliki jumlah karyawan < 15 orang.
4.3 Analisis Faktor Konfirmatori (Confirmatory Factor Analysis)
Analisis faktor konfirmatori ini merupakan tahap pengukuran terhadap
dimensi-dimensi yang membentuk variabel laten/konstruk dalam model
penelitian. Tujuan dari analisis faktor konfirmatori adalah untuk menguji
validitas dari dimensi-dimensi pembentuk masing-masing variabel laten. Analisis
faktor konfirmatori ini dilakukan dalam 3 tahap.
Tahap pertama (confirmatory
factor analysis-1) mengukur dimensi-dimensi yang membentuk 1 konstruk
eksogen dengan 3 observed variable. Tahap kedua (confirmatory factor
analysis-2) mengukur 3 konstruk endogen dengan 9 observed variable. Tahap selanjutnya adalah analisis Structural Equation Modeling (SEM) model
keseluruhan.
Hasil pengolahan data untuk masing-masing tahap analisis faktor
konfirmatori adalah sebagaimana disajikan pada gambar-gambar berikut :
1. Analisis Faktor Konfirmatori Konstruk Eksogen
Hasil analisis faktor konfirmatori ini adalah pengukuran terhadap dimensidimensi
yang membentuk variabel laten dalam model penelitian, yang terdiri dari
1 konstruk eksogen dengan 3 observed variable. Hasil pengolahan data untuk
analisis faktor konfirmatori konstruk eksogen ini terlihat pada Gambar 4.1
berikut:
Gambar 4.1
Analisis Faktor Konfirmatori Konstruk Eksogen
Sumber : data primer, diolah, 2008
Dari Gambar 4.1 diatas terlihat bahwa loading factor dari variabel orientasi
kepemimpinan yang merupakan satu-satunya konstruk eksogen pada penelitian
ini semuanya memiliki nilai diatas 0,6, maka variabel ini dapat diapakai untuk
menganalisa full model penelitian.
2. Analisis Faktor Konfirmatori Konstruk Endogen
Pada analisis fakor konfirmatori konstruk endogen dimana variabel
laten/konstruk endogen yang digunakan terdiri dari 3 konstruk endogen dengan
9 observed variable. Hasil pengolahan data untuk analisis faktor konfirmatori
konstruk endogen-1 ini terlihat pada Gambar 4.2 berikut:
Gambar 4.2
Analisis Faktor Konfirmatori Konstruk Endogen
Sumber : data primer, diolah, 2008
Ringkasan uji kelayakan model confirmatory factor analysis konstruk
endogen tersebut terlihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4
Hasil pengujian kelayakan Model
Confirmatory Factor Analysis - 1
Sumber : data primer yang diolah untuk tesis
Hasil analisis pengolahan data terlihat bahwa semua konstruk yang
digunakan untuk membentuk sebuah model penelitian, pada proses analisis
faktor konfirmatori telah memenuhi kriteria goodness of fit yang telah
ditetapkan. Nilai probability pada analisis ini menunjukkan nilai diatas batas
signifikansi yaitu sebesar 0,850, atau diatas 0,05, nilai ini menunjukkan bahwa
hipotesa nol yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara matriks
kovarians sample dan matriks kovarians populasi yang diestimasi tidak dapat
ditolak. Hal ini berarti, tidak terdapat perbedaan antara matriks kovarian sampel
dengan matriks kovarian populasi yang diestimasi dan karena itu model ini dapat diterima.
Indeks-indeks kesesuaian model lainnya seperti GFI (0,989), RMSEA
(0,000) dan AGFI (0,971) memberikan konfirmasi yang cukup untuk dapat
diterimanya hipotesis unidimensionalitas bahwa kedua variabel diatas dapat
mencerminkan variabel laten yang dianalisis.
Hasil pengujian terhadap nilai-nilai muatan faktor (loading faktor) untuk
masing-masing indikator diperoleh sebagai berikut :
Tabel 4.5
Standarisasi Regression Weights
Confirmatory Factor Analysis Konstruk Endogen
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
menunjukkan probabilitas yang sangat kecil
(lebih kecil dari 0,001)
Sumber : data primer, diolah, 2008
Dari pengolahan data diatas dapat juga terlihat, bahwa setiap indikator
atau dimensi pembentuk masing-masing variabel laten menunjukkan hasil yang
baik, yaitu nilai CR diatas 1,96. Semua nilai probabilitas untuk masing-masing
indikator lebih kecil dari 0,05. Dengan hasil ini, maka dapat dikatakan bahwa
indikator-indikator pembentuk variabel laten konstruk telah menunjukkan sebagai indikator yang kuat dalam pengukuran varibel laten. Selanjutnya
berdasarkan analisis faktor konformatori ini, maka model penelitian ini dapat
digunakan untuk analisis selanjutnya tanpa modifikasi atau penyesuaianpenyesuaian.
Hasil pengolahan data untuk analisis faktor konfirmatori konstruk
eksogen-2 ini terlihat pada Gambar 4.3 berikut
:
Gambar 4.3
Analisis Faktor Konfirmatori Konstruk Endogen
Sumber : data primer, diolah, 2008
Ringkasan uji kelayakan model confirmatory factor analysis konstruk
endogen tersebut terlihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6
Hasil pengujian kelayakan Model
Confirmatory Factor Analysis - 2
Sumber : data primer yang diolah untuk tesis
Hasil analisis pengolahan data terlihat bahwa semua konstruk yang
digunakan untuk membentuk sebuah model penelitian, pada proses analisis
faktor konfirmatori telah memenuhi kriteria goodness of fit yang telah
ditetapkan. Nilai probability pada analisis ini menunjukkan nilai diatas batas
signifikansi yaitu sebesar 0,822, atau diatas 0,05, nilai ini menunjukkan bahwa hipotesa nol yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara matriks
kovarians sample dan matriks kovarians populasi yang diestimasi tidak dapat
ditolak.
Hal ini berarti, tidak terdapat perbedaan antara matriks kovarian sampel
dengan matriks kovarian populasi yang diestimasi dan karena itu model ini dapat
diterima. Indeks-indeks kesesuaian model lainnya seperti GFI (0,988), RMSEA
(0,000) dan AGFI (0,968) memberikan konfirmasi yang cukup untuk dapat
diterimanya hipotesis unidimensionalitas bahwa kedua variabel diatas dapat
mencerminkan variabel laten yang dianalisis.
Hasil pengujian terhadap nilai-nilai muatan faktor (loading faktor) untuk
masing-masing indikator diperoleh sebagai berikut :
Tabel 4.7
Standarisasi Regression Weights
Confirmatory Factor Analysis Konstruk Endogen
Sumber : data primer, diolah, 2008
Dari pengolahan data diatas dapat juga terlihat, bahwa setiap indikator
atau dimensi pembentuk masing-masing variabel laten menunjukkan hasil yang
baik, yaitu nilai CR diatas 1,96. Semua nilai probabilitas untuk masing-masing
indikator lebih kecil dari 0,05. Dengan hasil ini, maka dapat dikatakan bahwa
indikator-indikator pembentuk variabel laten konstruk telah menunjukkan
sebagai indikator yang kuat dalam pengukuran varibel laten. Selanjutnya
berdasarkan analisis faktor konformatori ini, maka model penelitian ini dapat
digunakan untuk analisis selanjutnya tanpa modifikasi atau penyesuaianpenyesuaian.
3. Structural Equation Model (SEM)
Uji kelayakan model keseluruhan dilakukan dengan menggunakan analisis
Structural Equation Model (SEM), yang sekaligus digunakan untuk menganalisis
hipotesis yang diajukan. Hasil pengujian model melalui SEM adalah seperti yang
ditampilkan dalam Gambar 4.3 berikut:
Gambar 4.3
Hasil Analisis Structural Equation Model (SEM)
Sumber : data primer, diolah, 2008
Hasil analisis pengolahan data terlihat bahwa semua konstruk yang
digunakan untuk membentuk sebuah model penelitian, pada proses analisis full
model SEM memenuhi kriteria goodness of fit yang telah ditetapkan. Ukuran
goodness of fit yang menunjukkan kondisi yang fit hal ini disebabkan oleh angka
Chi-square sebesar 55,496 yang lebih kecil dari cut-off value yang ditetapkan
(66,33) dengan nilai probability 0,243 atau diatas 0,05, nilai ini menunjukkan
tidak adanya perbedaan antara matriks kovarian sample dengan matriks kovarian
populasi yang diestimasi. Ukuran goodness of fit lain juga menunjukkan pada
kondisi yang baik yaitu TLI (0,986); CFI (0,988); CMIN/DF (1,133); RMSEA
(0,034); GFI (0,928) memenuhi kriteria goodness of fit. Sedangkan nilai AGFI
(0,885) masih berada dalam batas toleransi sehingga dapat diterima.
Dari pengolahan data diatas dapat juga terlihat, bahwa setiap indikator
atau dimensi pembentuk masing-masing variabel laten menunjukkan hasil yang
baik, yaitu nilai CR diatas 1,96. Semua nilai loading factor (std. estimate) untuk
masing-masing indikator lebih besar dari 0,05. Probabilitas masing-masing
indikator juga dibawah 0,05.
Dengan hasil ini, maka dapat dikatakan bahwa indikator-indikator pembentuk variabel laten konstruk telah menunjukkan
sebagai indikator yang kuat dalam pengukuran varibel laten. Selanjutnya
berdasarkan analisis faktor konformatori ini, maka model penelitian ini dapat
digunakan untuk analisis selanjutnya tanpa modifikasi atau penyesuaianpenyesuaian.
Selanjutnya perlu dilakukan uji statistik terhadap hubungan antar variabel
yang nantinya digunakan sebagai dasar untuk menjawab hipotesis penelitian
yang telah diajukan. Uji statistik hasil pengolahan dengan SEM dilakukan melalui
nilai probability (P) dan Critical Ratio (CR) masing-masing hubungan antar
variabel. Namun demikian untuk mendapatkan model yang baik, terlebih dahulu
akan diuji masalah penyimpangan terhadap asumsi SEM.
4.4 Analisis Asumsi SEM
1. Evaluasi Normalitas Data
Asumsi normalitas data diuji dengan melihat nilai skewness dan kurtosis
dari data yang digunakan. Apabila nilai CR pada skewness maupun kurtosis data
berada pada rentang antara + 2.58, maka data masih dapat dinyatakan
berdistribusi normal pada tingkat signifikansi 0.01 (Ferdinand, 2006).
2. Evaluasi atas Outlier
Evaluasi atas outlier univariat dan outlier multivariat disajikan pada bagian
berikut ini :
a. Univariate Outliers
Pengujian ada tidaknya outlier univariate dilakukan dengan menganalisis
nilai Zscore dari data penelitian yang digunakan. Apabila terdapat nilai Zscore
yang berada diluar rentang < 3.00, maka akan dikategorikan sebagai outlier.
Hasil pengolahan data untuk pengujian ada tidaknya outlier ada pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Uji Univariate Outliers
Sumber : data primer, diolah, 2008
Sebaran data untuk setiap observed variable menunjukkan tidak adanya
indikasi outlier. Hal ini ditunjukkan dengan nilai minimum dan maksimum dari
Zscore yang nilainya berada pada rentang < 3.00 seperti tampak pada Tabel
4.11 diatas.
b. Multivariate Outliers
Evaluasi terhadap multivariate outliers perlu dilakukan karena walaupun
data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate,
tetapi observasi-observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah dikombinasikan.
Jarak Mahalanobis (Mahalanobis Distance) untuk tiap-tiap observasi dapat
dihitung dan akan menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua
variabel dalam sebuah ruang multidimensional (Hair, et al 1995). Adapun hasil uji Mahalanobis Distance dari 10 observed variable yang memiliki nilai
mahalanobis d-squared tertinggi dapat dilihat pada Tabel 4.12 berikut:
Tabel 4.12
Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance)
Sumber : data primer, diolah, 2008
Berdasarkan hasil uji Mahalanobis Distance pada Tabel 4.12 diatas,
terlihat bahwa nilai terbesar Mahalanobis Distance tertinggi (32,257) untuk
observation number 77) adalah lebih kecil dari χ2
(12; 0.001 = 32,909), dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada outliers dalam penelitian ini.
3. Evaluasi Multicollinearity dan Singularity
Untuk melihat apakah terdapat multicollinearity atau singularity dalam
sebuah kombinasi variable, peneliti perlu mengamati determinan matriks
kovarians. Determinan yang benar-benar kecil mengindikasikan adanya multikolinearitas atau singularitas (Tabachnick & Fidell, 1998) sehingga data
tidak dapat digunakan untuk analisis yang sedang dilakukan.
Berdasarkan dari output SEM yang dianalisis dengan menggunakan AMOS
16.0, determinan dari matriks kovarians sampel adalah sebesar 18,553, yang
berarti nilainya lebih dari nol. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat multikolinearitas atau singularitas, karenanya data ini layak untuk
digunakan.
4. Interpretasi dan Modifikasi
Model
Interpretasi dan modifikasi dimaksudkan untuk melihat apakah model
yang dikembangkan dalam penelitian ini, perlu dimodifikasi atau dirubah
sehingga mendapatkan model yang lebih baik lagi. Sebuah model penelitian
dikatakan baik jika memiliki nilai Standardized Residual Covarian yang diluar
standar yang ditetapkan (≤ ± 2,58). Hasil Standardized Residual Covarian model
penelitian ini ditampilkan pada tabel 4.13 di bawah ini.
Tabel 4.13
Standardized Residual Covarian
Sumber : data primer, diolah, 2008
Hasil analisis pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya nilai standardized
residual covariance yang melebihi ± 2,58. Nilai standardized residual covariance
terbesar adalah 1,660 (pada kolom X4 dan baris X12) yang lebih kecil dari 2,58.
Dengan melihat pada hasil tersebut maka tidak perlu dilakukan modifikasi model
penelitian ini.
4.5 Uji Reliabilitas
4.5.1 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur yang dapat
memberikan hasil yang relative sama apabila dilakukan pengukuran kembali
pada obyek yang sama. Nilai reliabilitas minimum dari dimensi pembentuk
variabel laten yang dapat diterima adalah sebesar 0,60 (Ghozali, 2005). Untuk
mendapatkan nilai tingkat reliabilitas dimensi pembentuk variabel laten
digunakan rumus :
Hasil pengolahan data dari rumus persamaan construct reliability untuk
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.14 berikut:
Tabel 4.14
Hasil perhitungan Construct Reliability
Sumber : data primer, diolah, 2008
Hasil pengujian di atas menunjukkan semua nilai reliability berada di atas
0,6. Ini berarti bahwa pengukuran model SEM ini sudah memenuhi syarat
reliabilitas.
4.6 Pengujian Hipotesis
Hasil analisis SEM sebagai langkah pengujian hipotesis adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.15
Uji Hipotesis
Berdasarkan Tabel 4.15 di atas, dilakukan pengujian hipotesis yang
hasilnya sebagai berikut:
4.6.1 Pengujian Hipotesis 1
H1 : Orientasi kepemimpinan dapat memberikan
pengaruh positif terhadap strategi inovasi
Pengaruh Parameter estimasi untuk pengujian orientasi kepemimpinan terhadap
strategi inovasi menunjukkan nilai CR sebesar 2.830 dengan probabilitas sebesar 0,005.
Nilai tersebut memenuhi persyaratan penerimaan hipotesis 1 yaitu nilai CR lebih besar
dari 1,96 dan probabilitas lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orientasi kepemimpinan berpengaruh positif terhadap strategi inovasi. Hal ini
berarti bahwa hipotesis 1 diterima.
Saat ini UKM kita sudah mulai memperbaiki posisinya untuk dapat
merebut pasar maupun menjadi pemimpin industri walaupun masih dalam
skala tertentu, karena UKM kita sudah merasakan bagaimana daya saing
pada tingkat global sangat tajam dan UKM kita masih teringgal sumberdaya
manusia, penguasaan teknologi, akses ke informasi, pasar output, dan
input. Dibandingkan mitra UKM di negara-negara Asia seperti Taiwan,
china, Thailand, dan Singapura kinerja eksport UKM Indonesia masih sangat
lemah. Bahkan UKM di Vietnam yang baru memulai pembangunan
ekonominya sejak awal tahun 1980-an masih lebih ungul dibandingkan UKM
Indonesia.
4.6.2 Pengujian Hipotesis 2
H2 : Orientasi kepemimpinan berpengaruh positif terhadap tingkat
investasi
Pengaruh parameter estimasi untuk pengujian orientasi kepemimpinan terhadap
tingkat investasi menunjukkan nilai CR sebesar 2,431 dengan probabilitas sebesar 0,015.
Nilai tersebut memenuhi persyaratan penerimaan hipotesis 2 yaitu nilai CR lebih besar
dari 1,96 dan probabilitas lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa orientasi kepemimpinan berpengaruh terhadap tingkat investasi. Hal ini berarti
bahwa hipotesis 2 diterima.
UKM manufaktur di Kota Semarang saat ini sudah menyadari pentingnya
investasi baik sarana dan prasarana usaha maupun investasi teknologi dan
investasi untuk meningkatkan kemampuan SDM-nya..
4.6.3 Pengujian Hipotesis 3
H3 : Orientasi kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan
Pengaruh parameter estimasi untuk pengujian Orientasi kepemimpinan terhadap
kinerja perusahaan menunjukkan nilai CR sebesar 2,183 dengan probabilitas sebesar
0,029. Nilai tersebut memenuhi persyaratan penerimaan hipotesis 3 yaitu nilai CR lebih
besar dari 1,96 dan probabilitas lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa Orientasi kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Hal ini berarti bahwa hipotesis 3 diterima.
Dengan menjadi pelopor produk baru, menjadi pemimpin industri
dibidangnya dan penguasaan teknologi yang lebih baik, UKM manufaktur
sebenarnya akan meningkatkan kinerja perusahaan mereka.
4.6.4 Pengujian Hipotesis 4
H4 : Strategi inovasi dapat memberikan pengaruh positif
terhadap tingkat investasi
Pengaruh Parameter estimasi untuk pengujian strategi inovasi terhadap tingkat
investasi menunjukkan nilai CR sebesar 4,853 dengan probabilitas kurang dari 0,001.
Nilai tersebut memenuhi persyaratan penerimaan hipotesis 4 yaitu nilai CR lebih besar dari 1,96 dan probabilitas lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa strategi inovasi berpengaruh terhadap tingkat investasi. Hal ini berarti bahwa
hipotesis 4 diterima.
Penelitian ini membuktikan bahwa untuk sementara ini, strategi inovasi yang
dimiliki oleh UKM manufaktur di Kota Semarang terletak pada kemampuan untuk
membuat produk dengan lebih baik, melakukan proses produksi dengan menggunakan
kemajuan teknologi dan menemelihara serta mengembangkan dan memelihara teknolgi
yang dimilikinya.
4.6.5 Pengujian Hipotesis 5
H5 : Tingkat investasi dapat memberikan pengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan
Pengaruh Parameter estimasi untuk pengujian tingkat investasi terhadap kinerja
perusahaan menunjukkan nilai CR sebesar 5,033 dengan probabilitas kurang dari 0,001.
Nilai tersebut memenuhi persyaratan penerimaan hipotesis 5 yaitu nilai CR lebih besar
dari 1,96 dan probabilitas lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tingkat investasi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hal ini berarti bahwa
hipotesis 5 diterima.
Penelitian ini membuktikan bahwa UKM sudah memiliki kecenderungan untuk
meningkatkan kinerja perusahannya dengan jalan berinvestasi baik untuk sarana preusan
secara keseluruhan dengan membangun pabrik yang representative, maupun berinvestasi
teknologi dan investasi pada SDM-nya.UKM Semarang sudah menyadari kekurangannya dari UKM negara tetangga, sehingga secara perlahan-lahan memperbaiki kemampuannya
di segala bidang.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
Pengalaman di negara-negara maju menunjukkan bahwa UKM adalah
sumber dari inovasi produksi dan teknologi, pertumbuhan wirausaha yang
kreatif, dan inovatif, penciptaan tenaga kerja trampil dan fleksibilitas proses
produksi untuk menghadapi perubahan permintaan pasar yang semakin beragam
segmentasinya dan semakin spesifik. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki
UKM tersebut sangat ditentukan oleh sejumlah faktor.
Diantaranya adalah
sumberdaya manusia, penguasaan teknologi, akses ke informasi, pasar output,
dan input. Dibandingkan mitra UKM di negara-negara Asia seperti Taiwan, china,
Thailand, dan Singapura kinerja eksport UKM Indonesia masih sangat lemah.
Bahkan UKM di Vietnam yang baru memulai pembangunan ekonominya sejak
awal tahun 1980-an masih lebih ungul dibandingkan UKM Indonesia.
Penelitian ini mencoba untuk menganalisis variabel-variabel yang
berkaitan dengan strategi inovasi. Variabel yang mendukung penelitian ini
diambil dari beberapa jurnal yaitu : Zahra dan Das ( 1993), Ciptono (2006),
Hadjimonalis dan Dickson (2000) dan Damanpour (1996).
Berdasarkan telaah
pustaka, dikembangkan empat hipotesis penelitian yaitu : (hipotesis penelitian
- Semakin tinggi orientasi kepemimpinan perusahaan dapat memberikan pengaruh positif terhadap strategi inovasi. (hipotesis penelitian
- Semaik tinggi orientasi kepemimpinan perusahaan berpengaruh positif terhadap tingkat investasi. (hipotesis penelitian
- Semakin tinggi Orientasi kepemimpinan perusahaan dapat berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. (hipotesis penelitian
- Semakin baik Strategi inovasi perusahaan dapat memberikan pengaruh positif terhadap tingkat investasi perusahaan dan . (hipotesis penelitian
- Semakin tinggi tingkat investasi perusahaan dapat memberikan pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
Model diuji berdasarkan data kuesioner yang terkumpul dari 119 UKM
manufaktur di Kota Semarang. Pengukuran konstruk eksogen dan edogen
dilakukan dengan menggunakan analisis konfirmatori. Berdasarkan hasil analisis
dengan menggunakan SEM untuk menguji hubungan kausalitas antara variabelvariabel
yang dipakai pada penelitian ini. analisis full model SEM memenuhi
kriteria goodness of fit yang telah ditetapkan. Ukuran goodness of fit yang
menunjukkan kondisi yang fit hal ini disebabkan oleh angka Chi-square sebesar
55,496 yang lebih kecil dari cut-off value yang ditetapkan (66,33) dengan nilai
probability 0,243 atau diatas 0,05, nilai ini menunjukkan tidak adanya perbedaan
antara matriks kovarian sample dengan matriks kovarian populasi yang
diestimasi.
Ukuran goodness of fit lain juga menunjukkan pada kondisi yang baik
yaitu TLI (0,986); CFI (0,988); CMIN/DF (1,133); RMSEA (0,034); GFI (0,928)
memenuhi kriteria goodness of fit. Sedangkan nilai AGFI (0,885) masih berada
dalam batas toleransi sehingga dapat diterima.
Dari hasil pengolahan data diperoleh parameter estimasi antara
Pengaruh parameter estimasi antara orientasi kepemimpinan terhadap tingkat investasi menunjukkan nilai CR sebesar 2,431 dengan probabilitas sebesar 0,015,
Orientasi kepemimpinan terhadap kinerja perusahaan menunjukkan nilai CR
sebesar 2,183 dengan probabilitas sebesar 0,029, strategi inovasi terhadap
tingkat investasi menunjukkan nilai CR sebesar 4,853 dengan probabilitas
kurang dari 0,001, Orientasi kepemimpinan terhadap kinerja perusahaan
menunjukkan nilai CR sebesar 2,183 dengan probabilitas sebesar 0,029.
Orientasi kepemimpinan terhadap kinerja perusahaan menunjukkan nilai CR
sebesar 2,183 dengan probabilitas sebesar 0,029, strategi inovasi terhadap
tingkat investasi menunjukkan nilai CR sebesar 4,853 dengan probabilitas
kurang dari 0,001, dan tingkat investasi terhadap kinerja perusahaan
menunjukkan nilai CR sebesar 5,033 dengan probabilitas kurang dari 0,001
Dari hasil pengujian hubungan kausalitas yang diajukan diperoleh hasil
yang signifikan yaitu semua hubungan kausalitas dalam model penelitian dapat
diterima.
Hasil penelitian diharapkan dapat menjawab rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu sampai sejauh manakah pengaruh dari orientasi
kepemimpinan kemudian strategi inovasi mempengaruhi tingkat investasi UKM
yang implikasinya terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Dari hasil penelitian
yang dilakukan penulis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
5.1 Kesimpulan Penelitian
Kesimpulan dari penelitian ini adalah peningkatan kinerja UKM manufaktur
di Kota Semarang dapat dicapai melalui penerapan strategi inovasi perusahaan,
tingkat kemampuan perusahaan melakukan investasi dan pandangan kedepan
perusahaan dalam melakukan orientasi kepemimpinannya yang tinggi.
Semakin
baik penerapan strategi inovasi serta kemampuan pengusaha UKM manufaktur
dalam orientasi kepemimpinannya dan keberaniannya dalam meningkatkan
investasi untuk meningkatkan kemampuan inovasi perusahaan, maka semakin
meningkat pula kinerja yang dimiliki oleh UKM. Untuk lebih jelasnya, kesimpulan
penelitian dapat dilihat dalam paparan berikut:
Orientasi kepemimpinan dapat memberikan pengaruh terhadap strategi
inovasi UKM manufaktur di Kota Semarang.
Menurut ( Davila Et. Al. 2006)
kepemimpinan adalah faktor yang kritis dalam menciptakan dan
mendukung inovasi yang sukses ( Davila Et. Al. 2006). Sebagai tambahan,
orientasi kepemimpinan menyediakan contribution yang penting untuk
inovasi.
Ada tiga aktivitas awal orientasi kepemimpinan dalam
menetapkan konteks perubahan dalam inovasi:
- Kepemimpinan harus menggambarkan strategi inovasi (arah inovasi dan keputusan) serta menghubungkannya kepada strategi bisnis;
- Inovasi harus dibariskan dengan strategi bisnis perusahaan, mencakup pemilihan strategi inovasi dan
- Kepemimpinan harus menggambarkan siapa yang akan menerima manfaat bagi dari ditingkatkannya inovasi.
Kepemimpinan harus memastikan bahwa inovasi adalah suatu
bagian integral mentalitas bisnis perusahaan. Tentu saja, kultur inovasi
suatu perusahaan adalah penting dan menjadi bagian dari mentalitas
bisnis. Kepemimpinan kadang-kadang meliputi suatu penilaian iklim
inovasi untuk menentukan persepsi karyawan seberapa baik inovasi dapat
berurat akar pada mentalitas bisnis. Pemahaman persepsi inovasi
berlawanan dengan tujuan perusahaan dan norma-norma serta budaya
yang berhubungan dengan inovasi dapat menjadi rintangan ke inovasi.
Orientasi kepemimpinan UKM manufaktur pada umumnya mulai
membaik dengan menginginkan selalu mempelopori dalam pengeluaran
produk baru, menginginkan menjadi yang terbaik dalam skala industri di
bidangnya dan sebisa mungkin melakukan penguasaan tekknologi baik
untuk proses produksinya maupun operasional perusahaan pada
umumnya.
Orientasi kepemimpinan juga memiliki pengaruh langsung terhadap
tingkat investasi perusahaan. Ciptono (2006) mengungkapkan pilihan
manajer tentang orientasi kepemimpinan akan mempengaruhi tingkatan
investasi perusahaan. Ketika perusahaan berusaha menjadi suatu first to
market orientation memerlukan investasi penting dalam teknologi terapan
dan ketenagakerjaan.
Pengemabangan staff dan pengembangan sistim
informasi yang dapat meneliti lingkungan untuk mengidentifikasi peluang penting dan pemeliharaan fasilitas yang ada. Hasil penelitian sesuai
dengan penelitian sesuai dengan penelitian Zahra dan Das (1993) dan
Ciptono (2006) hal ini terjadi karena perusahaan yang memiliki tingkat
orientasi dalam memimpin pasar dan pemimpin untuk skala industrinya
akan mengalami peningkatan investasi untuk mendukung tujuannya
tersebut.
Orientasi kepemimpinan juga memiliki pengaruh langsung terhadap
kinerja perusahaan. Seperti yang dikatakan Zahra dan Das (1993) dan
Ciptono (2006) bahwa orientasi kepemimpinan juga mempunyai suatu
pengaruh langsung pada kinerja perusahaan (produktivitas dan keandalan
operasional).
Orientasi kepemimpinan memberikan bukti meningkatkan
produktivitas dan kendalan operasional mereka jika mereka menerapkan
strategi inovasi mereka secara efisien dan secara efektif. Hal ini bisa
terjadi karena UKM yang memiliki orientasi menjadi pemimpin untuk skala
industri dibidangnya akan berusaha semaksimal mungkin untuk
meningkatkan kinerjanya. Dengan orientasi perusahaan yang tinggi maka
kinerja perusahaan yang tinggi pula akan diperoleh oleh UKM manufaktur
yang melaksanakannya.
Strategi inovasi berpengaruh positif terhadap tingkat investasi
perusahaan. Seperti dikatakan Brigham dan Ehrhordt (2005) keputusan
Investasi untuk implementasi inovasi adalah komitmen sumber daya yang
sekarang untuk masa masa depan dengan harapan menerima
keuntungan-keuntungan masa depan inovasi (cash flow yang baik atau
income/return yang tinggi) dan akan biaya yang lebih besar dari
pengeluaran sekarang.
Keputusan yang diambil oleh pemilik atau manajer
UKM manufaktur untuk melakukan strategi inovasi dan memperbaiki
kualitas baik produk, proses maupun menggunakan sumber-sumber
inovasi yang ada tentunya akan membuat pengeluaran biaya yang lebih
besar lagi untuk menunjang hal tersebut diatas.
Karena dalam hal ini pasti
akan ada biaya investasi dalam penggunakan teknologi yang lebih maju
dan peningkatan pengetahuan karyawan yang lebih baik akan menuntut
perusahaan mengeluarkan biaya investasi lagi dan dampaknya akan
meningkatkan tingkat investasi perusahaan.
Tingkat Investasi terbukti berpengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan.
Zahra dan Das (1993) dan Ciptono (2006) mengatakan
Investasi Perusahaan di dalam melakukan inovasi mempunyai dampak
yang positif dan mengarahkan efek pada kinerja perusahaan, yaitu
dengan meningkatnya produktivitas perusahaan dan keandalan
operasional perusahaan.
5.2 Implikasi
5.2.1 Implikasi Teoritis
Implikasi teoritis merupakan sebuah cerminan bagi setiap peneilitian.
Dimana implikasi teoritis memberikan gambaran mengenai rujukan-rujukan yang
dipergunakan dalam penelitian ini, baik itu rujukan permasalahan, permodelan,
hasil-hasil dan agenda penelitian terdahulu. Dari hasil analisis full SEM
didapatkan implikasi teoritis bahwa pada saat UKM ingin meningkatkan kinerja
perusahaannya maka perlu mempertimbangkan tingkat investasi yang dilakukan,
strategi inovasi yang dilaksanakan dan arah orientasi kepemimpinan UKM dimasa
yang akan datang.
Implikasi teoritis dari hasil penelitian ini adalah jelas yaitu mengatahui
apakah kinerja perusahaan dapat diperoleh oleh UKM apabila melaksanakan
empat dimensi inovasi seperti dikatakan oleh Zahra dan Das (1993) dan Ciptono
(2006) terdapat enam dimensi strategi inovasi ( orientasi kepemimpinan, proses
inovasi, product/service inovasi, sumber inovasi eksternal, sumber inovasi
internal, dan investasi) itu semua mendorong kearah pencapaian kinerja
perusahaan yang lebih tinggi untuk perusahaan non-financial ( produktivitas dan
keandalan operasional).
Disisi lain penelitian ini juga membuktikan bahwa orientasi kepemimpinan
dapat berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan dan tingkat investasi
perusahaan.
Hal ini juga mendukung oleh justifikasi empiris dan teoritis
98
98
penelitian terdahulu seperi dikatakan Zahra dan Das (1993) dan Ciptono (2006)
bahwa orientasi kepemimpinan juga mempunyai suatu pengaruh langsung pada
kinerja perusahaan (produktivitas dan keandalan operasional). Orientasi
kepemimpinan memberikan bukti meningkatkan produktivitas dan kendalan
operasional mereka jika mereka menerapkan strategi inovasi mereka secara
efisien dan secara efektif. Selanjutnya pilihan manajer tentang orientasi
kepemimpinan akan mempengaruhi tingkatan investasi perusahaan. Ketika
perusahaan berusaha menjadi suatu first to market orientation memerlukan
investasi penting dalam teknologi terapan dan ketenagakerjaan. Pengemabangan
staff dan pengembangan sistim informasi yang dapat meneliti lingkungan untuk
mengidentifikasi peluang penting dan pemeliharaan fasilitas yang ada.
Hasil
penelitian sesuai dengan penelitian sesuai dengan penelitian Zahra dan Das
(1993) dan Ciptono (2006)
Inovasi pada UKM antara lain inovasi produk, inovasi proses dan sumber
inovasi dapat meningkatkan investasi perusahaan yang pada akhirnya dapat
mendorong peningkatan kinerja perusahaan, hal ini senada dengan yang
diungkapkan Freeman (1978) dalam Hadjimanolis & Dickson (2000) bahwa
trategi inovasi adalah berkaitan dengan respon strategi Perusahaan dalam
mengadopsi inovasi. Dalam penelitian-penelitian terdahulu bermacam-macam
tipologi strategi inovasi sudah digunakan. Menurut yang mengemukakan 6
penggolongan tipologi strategi inovasi yaitu : offensive innovation strategy,
defensive, imitative (suka meniru), dependent, traditional, dan opportunist
99
99
strategy.
Penggolongan ini berdasarkan pada kecepatan dan waktu masuk dari
Perusahaan menuju area teknologi yang baru. Selanjutnya dikatakan Brigham
dan Ehrhordt (2005) keputusan Investasi untuk implementasi inovasi adalah
komitmen sumber daya yang sekarang untuk masa masa depan dengan harapan
menerima keuntungan-keuntungan masa depan inovasi (cash flow yang baik
atau income/return yang tinggi) dan akan biaya yang lebih besar dari
pengeluaran sekarang.
Kinerja perusahaan dapat dicapai dengan peningkatan investasi dari
perusahaan untuk mendukung inovasi, hal ini sedada dengan yang diungkapkan
Zahra dan Das (1993) dan Ciptono (2006) mengatakan Investasi Perusahaan di
dalam melakukan inovasi mempunyai dampak yang positif dan mengarahkan
efek pada kinerja perusahaan, yaitu dengan meningkatnya produktivitas
perusahaan dan keandalan operasional perusahaan.
5.2.2 Implikasi Manajerial
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menemukan bahwa
variabel bebas orientasi kepemimpinan berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap strategi inovasi UKM manufaktur dan dapat langsung berpengaruh
positif terhadap tingkat investasi maupun kinerja perusahaan. Implikasi
kebijakan yang dapat disampaikan kepada para pengusaha UKM manufaktur di
Kota Semarang diharapkan untuk meningkatkan orientasi kepemimpinan dan
indikator-indikator orientasi kepemimpinan tersebut perlu dieksplorasi lebih mendalam. Sehingga kedepan kita tidak lagi perlu mengimport produk-produk
dari negara lain karena produk dari UKM kita sendiri dapat bersaing dan memiliki
kualitas yang baik serta daya saing dengan produk dari negara lain.
UKM
manufaktur juga perlu kiranya membangun strategi inovasi yang dapat
meningkatkan investasi untuk inovasi dan dapat meningkatkan kinerja
perusahaan. Sehingga peran UKM dalam menghasilkan pendapatan dan nilai
tambah yang lebih baik karena saat ini besarnya pertumbuhan Industri
manufaktur tidak diimbangi dengan nilai tambah yang diperoleh dibandingkan
dengan jenis industri yang lain dan kalahnya daya saing UKM manufaktur kita
dibandingkan mitra UKM di negara-negara Asia seperti Taiwan, China, Thailand,
dan Singapura, kinerja UKM manufaktur Indonesia masih sangat lemah. Bahkan
UKM di Vietnam yang baru memulai pembangunan ekonominya sejak awal tahun
1980-an masih lebih ungul dibandingkan UKM Indonesia.
Dari hasil penelitian diketahui dalam memperoleh suatu kinerja
perusahaan yang baik maka pemilik atau manajer dari UKM harus
memperhatikan orientasi kepemimpinan perusahaan dibanding dengan
perusahaan lain dalam hal mempelopori peluncuran produk yang inovatif setiap
tahun ke pasar, sehingga konsumen akan selalu tertarik untuk mebeli produkproduk
yang diproduksi oleh UKM manufaktur karena selalu baru dan unik. Hal
lain yang harus diperhatikan adalah berorientasi untuk selalu memimpin pasar
dan industri dibidangnya, dengan orientasi kepeminan pasar yang kuat akan
berakibat pada peningkatan sumber-sumber inovasi perusahaan sehingga akan tercapai suatu kinerja perusahaan yang baik.
Terakhir adalah penguasaan
teknologi yang paling baik untuk tingkat industri dibidangnya, dengan memiliki
orientasi kepemimpinan dalam hal teknologi, maka akan membuat UKM
manufaktur lebih unggul dibanding perusahaan lain sehingga nilai tambah yang
selama ini menjadi permasalahan UKM manufaktur dapat teratasi.
Setiap perusahan harus memiliki strategi dalam menjalankan roda
usahanya, salah satu strategi yang penting untuk dikuasi oleh UKM manufaktur
di Kota Semarang adalah strategi inovasi. Strategi inovasi ini penting
dikarenakan UKM kita selama ini kalah bersaing dengan UKM dari negara lain,
dengan UKM dari negara berkembang sekalipun UKM kita masih tertinggal juah
karena kurang memiliki inovasi dalam menjalankan usahanya.
Terpenting yang
harus diperhatikan oleh pemilik maupun manajer UKM adalah inovasi produk.
Inovasi produk memiliki peranan penting ketika UKM kita mampu membuat
suatu terobosan dengan selalu mengeluarkan produk yang baru, unik dan
memiliki keunggulan bersaing. Selanjutnya yang perlu diperhatikan pula adalah
dalam inovasi proses, sehingga dengan proses yang berbeda dengan perusahaan
lain maka akan membuat produk lebih baik dibanding produk UKM lain.
Selanjutnya UKM manufaktur juga harus tanggap terhadap sumber-sumber
inovasi untuk dapat dikembangkan dan dipelihara dengan baik sehingga akan
mendapatkan kinerja perusahaan yang baik pula dan pada akhirnya dapat
berdampak pada tingginya daya saing UKM kita dibanding UKM negara lain.
Untuk mendapatkan kinerjka perusahaan yang baik juga UKM manufaktur
harus memperhatikan tingkat investasi yang dilakukannya dalam mendukung
inovasi yang dilakukan perusahaan. UKM manufaktur kita memerlukan tempat
yang refresentaative untuk mempproduksi produknya sehingaa perlu
menanamkan investasi ditempat lain untuk membangun sarana produksi yang
baru selain yang selama ini selalu menyaatu dengan rumah pemilik UKM.
Tidak
hanya tempat, perlu juga dilakukan investasi teknologi sehingga dapat
menunjang dalam menjalankan inovasi dan meningkatkan kinerja. Kiranya UKM
juga harus memperhatikan kemampuan SDM yang dimilikinya dengan
menyekolahkan atau mengikutsertakan SDM yang dimiliki untuk pelatihanpelatihan
maupun kursus-kursus sehingga lebih trampil dan menguasai teknologi
yang dimiliki perusahaan dan mampu mengembangkannya yang pada akhirnya
dapat meningkatkan kinerja perusahaan UKM manufaktur itu sendiri.
Untuk pemerintah khususnya Kementrian Koperasi dan UKM perlu kiranya
memberikan akses bagi UKM kita dalam hal fasilitas untuk lebih baik dalam
produksi dengan diberinya tempat yang representative bagi UKM untuk
mengembangkan perusahaanya, seperti pembuatan cluster UKM di kawasan
industri sehingga UKM keberadannya tidak terpinggirkan. Hal ini berkaitan
dengan tingkat investasi yang baik dari UKM untuk invasi akan dapat
meningkatkan kinerja UKM manufaktur dan pada gilirannya dapat bersaing
dengan keberadaan UKM dari negara lain.
103
103
5.3 Keterbatasan Penelitian
Pelitian yang dilakukan memiliki keterbatasan-keterbatasan sebagai
berikut :
- Adanya kriteria goodness of fit index yang berada dalam rentang angka marginal yaitu AGFI index. Ini menunjukkan bahwa masih ada kekurangan dalam model pemikiran strategik yang diajukan dalam penelitian ini. Hal ini terkait dengan variabel yang disertakan dalam model penelitian ini. Artinya ada kemungkinan masih ada variabel-variabel lain yang perlu dilibatkan dalam model pemikiran strategik yang diajukan seperti penelitian yang dilakukan Kim Youngbae dan Y. Choi (1994) Penelitian pada berbagai jenis perusahaan kecil di Korea yang menggunakan berbagai strategi dan pengaruhnya terhadap kinerja.
- Penggunaan hanya strategi inovasi pada perusahaan kecil dan menengah memungkinkan memperoleh hasil yang berbeda apabila dikombinasikan dengan strategi perusahaan yang lain, seperti strategi manufaktur, strategi pemasaran atau strategi bisnis.
5.4 Agenda penelitian yang akan datang
- Diperlukan penelitian studi kasus pada usaha lain selain manufaktur.
- Perlu diteliti kembali variabel-variabel yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan kecil menengah sehingga dapat menjadikan UKM kita kuat dan tangguh dan mampu bersaing di tingkat global 104 104
- Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan model pemikiran strategik yang diajukan seperti penelitian yang dilakukan Kim Youngbae dan Y. Choi (1994) Penelitian pada berbagai jenis perusahaan kecil di Korea yang menggunakan berbagai strategi dan pengaruhnya terhadap kinerja. .
DAFTAR PUSTAKA
Afuah, A. (2003), Innovation Management : Strategies Implementation, and
Profits (2 Ed.). New Yor Oxford : University Press Inc
Daellenchbach, S. Ursh., Anne M McCarthy, Timorthy S. Schoenecker (1999),
Commitment to Innovation : The Impact of Top Management Team
Characteristic, R&D Management, 29,3, pp. 693-716
Bank Indonesia, 2006. Melangkah Bersama Membangun UMKM,H. 1-55
Ciptono. W. S, (2006), A Sequential Model Of Innovation Strategy-Company NonFinancial
Performance Links, Gajah Mada International journal of
Bussiness, 8, 2, pp. 137-178
Davilla, T., M.J. epstein, and Shelton (2006), Making Innovation Work. Upper
Saddel River, New jersey. Pearson Education Inc
Finkin, E. F. 1983. Developing and Managing New Product. Journal of Business
Strategy 3 (4): 39-46
Ghozali, Imam (2008). “Model Persamaan Strucktural Konsep dan Aplikasi dengan
Peogram Amos 16”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang
Hadjimonalis, Anthanasios (2000), An Investig ion of Innovation Atecendent in
Small Firms in the Contex of A Small Developing Country, Journal of
R&D Management, 30, 3, pp. 235-245
Hadjimonalis, Anthanasios., Keith Dickson (2000), Innovation Strategies of SMEs
in Cyprus, A Small Developing Country, International Small Business
journal . 18,4, pp. 62-79
Hamel, G., and C. K. Prahalad. 1994. Competing For the Future. Boston :
Harvard Business Scholl Press.
Hair Jr, F. Joseph., Rolph E. Anderson., Ronaid. L. Tatham., William C. Black
(1984), Multivariate data Analysis, With reading (fourth editions)
Prentice-Hall international, Inc
Hatmoko dwi, U.T (2000), Persepsi Pimpinan BUMN Terhadap Eugibilitas
Balance Scorecard sebagai Sistem Penilian Kinerja Perusahaan.
Program studi Magister Manajemen. Undip.
Jeaning. Peter., Graham Beaver (1997) , The Performance and Competitive
Advantege of Small Firms: A Management Persfective, International
Small Business journal, 15, 2, pp. 63-75
Kim. Y, Song.K.,
Lee, J (1993), Determinants of Technical Innovation in Small
Firms of Korea, R&D Management, 23, 3, pp. 215-226.
Kim, Youngbae., Y. Choi (1994) Strategic Types and Performances of Small
Firms in Korea, International Small Bussiness journal, 13, 1, pp. 13-25
Lee, jangwoo., Danny Miller (1996) Strategy, Environment and Performance in
two technological Contexs : Contingency theory in Korea,
Organizations studies, 17/5, pp. 729-750.
Luo, Yadong (1999), Environment-Strategy-Performance Relations in Small
Business in China : A Case of Township and Village Enterprises in
Southern China, Journal of Small Business management. Pp. 37-52
Miles, P Morgan., Covin G jefferey., Heeley b Michael (2000), The Relationship
Between Environmental Dynamism and Small Firm structure, strategy,
and Performance. Journal of Marketing theory and Practice. Pp. 63-74
McDougal, P. R. Deane, and D. D’Souza (1992) Manufacturing strategies and
business origin of new venture firms in the computer and
comunications equipment industries. Productions and operations
management I(1) : 53 -69.
Olson. D. Philip, Donald W. Bokor (1995) Strategy Process-Content interaction :
Effect On Growth Performance In Small Firm. Journal of small Business
Management, pp. 34-44
Pelham, M. Alfred, David T. Wilson (1996), A Longitudinal Study of The Impact
of Market Structure, Firm Structure, Strategy, and Market Orientation
Culture on Dimenntions of Small Firms Performance, Journal of
Academy of Marketing Science. 24, 1, pp. 27-43
Rizzoni, A. (1991), Technological Innovation and Small Firms Taxonomy,
International Small Business Journal, 9,3, pp. 31-42.
107
107
Sabtos., S. P., V Belton, and S. Howick. (2002), Adding Value to Performance
Measurement By Using Sistem Dynamics and Multicriteria Analysis.
International Journal of Operations and Production Managemant 22.
(11): 1246-1272.
Shilling, M.A. 2005. Strategic Management of technologycal Innovation. New
York: Mcgraw-Hill
Tambunan, T. H. Tulus (2002), Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia,
Beberapa Isu Penting, Pnerbit salemba Empat, Jakarta
Thompson, J. H, and S. R. Ewer (1989), How should R&D report its
expenditures? Rsearch and development 31, 2 : 174-176
Thong, JamesY. L (1999), An Integrated Model of Information System Adoption
in Small Business, Journal of Management Information System, 15, 4,
pp. 187-214
Thurow, l, C, (1992) Head to Head ; the Coming Economic battle among Japan,
Europe and America. New york ; William Morrow and Company Inc
Tidd, J., J. Besant and k. Pavitt (2005), Managing Innovations Integrating
Technological, market and Organiztional Change (3rd. Ed) the atrium,
Southern Gate, Chichester, England : Jhon Wiley and Sons.
Vanany, Iwan (2002), Pilihan Strategi Unggulan Perusahaan Industri Manufaktur
Kecil dan Menengah (IMKM) (Studi Kasus : Beberapa Perusahaan
IMKM di Jawa Timur), Usahawan, No. 07 TH XXXI Juli
Venkatraman, N and R. Prescot (1990), Environtment strategy Coaligment : An
Empirical test of It’s Performance Implictaions, Stategic Management
journal, 11. pp 1-24
Vosen, robert W (1998), Relative Strength and Weaknesses of Small Firm in
Innovation, International Small Business Journal, 11. pp. 1-24
Witoelar Wimar, 1994, Tantangan Bagi Perusahaan Modal Ventura di Indonesia
dan Prospek di Masa Mendatang. Jurnal Manajeman Prasetyamulya,
Vol. I, No. 2, H 31-35
Zahra, S.A., dan S. R. Das (1993), Innovation Strategy and Financial
Performance in manufacturing companies: An empirical Study.
Production and Operations Management 2 (I) (Winter) : 15-37
ABSTRAKSI
Strategi inovasi adalah faktor yang paling penting dalam industri baik kecil, menengah maupun besar terutama untuk meningkatkan produktivitas dan keandalan operasional perusahaan. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan strategi inovasi adalah orientasi kepemimpinan perusahaan, sehingga dapat meningkatkan tingkat investasi perusahaan dalam menunjang inovasi yang implikasinya akan meningkatkan kinerja perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antar variabel guna menjawab pertanyaan permasalahan bagaimana staregi inovasi usaha kecil menengah (UKM) di Kota Semarang yang akan meningkatkan kinerja perusahaan. Penelitian ini memberikan implikasi teiritis serta implikasi manajerial mengenai langkah yang harus diambil oleh usaha kecil menengah untuk meningkatkan kinerja perusahaannya melalui orientasi kepemimpinan, strategi inovasi dan tingkat investasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh UKM manufaktur yang ada di Kota Semarang. Dari 200 kuesioner ternyata hanya 119 UKM yang dijadikan sebagai objek penelitian, karena sebanyak 31 UKM ternyata tidak dapat ditemui pada saat pengumpulan data sebanyak 50 UKM tidak mengembalikan kuesioner yang diberikan. data dari responden tersebut kemudian dianalisis kesesuaiannya dengan model penelitian yang dikembangkan dari kerangaka teoritis menggunakan analisis konfirmatori SEM. Dari hasil analisis terlihat bahwa kelima hipotesis diterima. Orientasi kepemimpinan terbukti berpengaruh positif terhadap strategi investasi, dan berpengaruh langsung pada tingkat investasi dan kinerja perusahaan. Straegi inovasi terbukti berpengaruh positif terhadap tingkat investasi dan tingkat investasi berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Kata kunci : Produktivitas, Keandalan Operasional, Orientasi Kepemimpinan, Strategi Inovasi, Tingkat Investasi dan Kinerja Perusahaan.
KLIK DI BAWAH INI UNTUK
BAB I DAN
BAB II
KLIK DI BAWAH INI UNTUK
BAB I DAN
BAB II