Makalah Metode Dan Pendekatan Dalam Sosiologi Agama
1. Latar Belakang
Alhamdulillah, dengan segenap rasa syukur makalah dengan tema Metode
Kajian dalam Sosiologi Agama dapat penulis selesaikan dengan segenap
curahan fikiran dan waktu untuk memberikan yang terbaik dalam tulisan
berbentuk makalah ini. Banyak hal ingin disampaikan pada makalah ini akan
tetapi ruang lingkup pembahasan hanyalah mengetahui metode dalam kajian
sosiologi agama. Semua ilmu dapat diperoleh hanya dengan membaca maka,
bacalah walaupun tidak semua akan dibaca.
Tema yang dibahas pada makalah ini merupakan suatu kajian yang perlu
pembaca ketahui bahwa pentingya mempelajari sosiologi dengan mengetahui
metode dalam pembelajarannya.
Dengan mengetahui metodenya saja kita
dapat mengkaji lebih dalam mengenai berbagai macam ilmu pengetahuan
tentang sosiologi agama apalagi jikalau kita membaca seluruh dari topik-topik
yang ada dalam kajian sosiologi agama itu sendiri. Sosologi sangatlah
berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat mengetahui ilmu
engetahuan melalui sosiologi mulai dari bagaimana seseorang dapat menjadi
gelandangan sampai bagaimana seseorang dapat menajdi presiden.
Sosiologi
membahas tentang semua itu, masyarakat luas inilah yang menarik dalam
pembelajaran sosiologi itu sendiri. Metode kajian sosiolgi agama inilah yang
di tawarkan oleh penulis untuk mempelajarinya karena hanya dngan dapat
mempelajari metodenya saja kita dapat mengulas berbagai ruang lingkup
pembahasan dalam kajian sosiologi. Banyak sekali hal yang kita dapat dalam
sosiologi ini karena sosiologi sendiri yakni pembelajaran yang berhubungan
manusia (Alfvin Betrand).
Sedangkan agama sendiri adalah berfikir dengan
pengetahuan dan kepercayaan yang mendasari tingkah laku atau akhlaq.Oleh
karena itu, sangtlah penting bagi kita untuk mempelajari hal tersebut (metode
dalam sosiologi agama). Karena kita akan mengetahui bentuk dari beberapa kenakalan maupun aksi-aksi dalam yang ada dalam sosiologi agama,
bagaimana permasalahan tersebut dapat dipecahkan dalam prespektif sosiologi
agama.
Makalah ini akan menjelaskan mengenai pendekatan dalam sosiologi
agama dan metode dalam sosiologi menurut beberapa prespektif serta solusi
dan kajian diskusi yang akan terlengkapi pasca diskusi materi di kelas.
2. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditentukan tujuan pembahasan,
yaitu sebagai berikut:
- Ingin memahami metode-metode yang ada dalam sosiologi agama.
- Ingin memahami pendekatan-pendekatan yang ada dalam sosiologi agama.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan tujuan pembahasan di atas, maka dapat ditentukan tujuan
pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
- Metode apa saja yang ada dalam sosiologi agama?
- Jelaskan pendekatan-pendekatan yang ada dalam sosiologi agama?
B. POKOK PEMBAHASAN
1. Metode Sosiologi Agama
Sosiologi adalah suatu kajian ilmiah tentang kehidupan masyarakat
manusia. Sosiolog berusaha untuk mengadakan penelitian yang mendalam
tentang hakikat dan sebab dari berbagai keteraturan pola pikir dan
tindakan pola pikir dan tindakan manusia secara berulang-ulang.
Sebagai suatu usaha analisis yang memakai metode kajian ilmiah,
sosiologi dituntut ntuk memakai pendekatan yang bersifat empiris.
Sosiologi dapat memilih berbagai metode dalam melaksanakan kajianya.
Tentu saja metode yang dipilih sesuai dengan prosedur, alat dan desain
penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus sesuai dengan metode
yang dipilih.
Istilah metode, secara etimologis berasal dari bahasa Yunani
“meta” yang berarti sesudah dan kata “hodos” yang berarti “jalan”.
Dengan demikian metode merupakan langkah-langkah yang diambil
menurut urutan tertentu untuk mencapai pengetahuan yang telah dirancang
dan dipakai dalam proses memperoleh pengetahuan.
Menurut Kneller, metode ilmiah adalah struktur rasional dari
penyelidikan ilmiah yang hipotesisnya disusun dan diuji. Dengan
berbagai prespektif yang ada dapat disimpulakn bahwasanya metode
merupakan sebuah alat untuk merumuskan suatu tujuan tertentu sehingga
menjadi utuh. Oleh karenya dalam mengkaji metode ilmiah tidak hanya
satu pemikiran saja yang dipakai akan tetapai sangatlah luas utnuk
menjadikan sebuah pengertian ini menjadi lenbih menyeluruh dan lebih
terdefinisikan sehingga menjadi rinci.
Dalam penelitian sosiologi menurut Kahmad umumnya diguanakan
tiga bentuk penelitian yakni, deskriptif, komparatif, dan eksperimental. Maka dari itu, keidentikan model penelitian dengan metode penelitian
hampir sama maknanya akan tetapi sesungguhnya berbeda karena
penentuan suatu metode dipengaruhi oleh desain dan penelitian yang ada.
1. Metode deskriptif
Metode deskriptif yakni suatu metode penelitian tentang dunia empiris
yang terjadi pada masa sekarang. Tujuannya untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan, secara sistematis, factual, dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat, dan hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Menurut Supardan, metode ini dituntut kehati-hatian dalam,
mengumpulakan suatu data atau fakta untuk mengungkapkan bebeapa
hal yang diuraikan, seperti penggolongan, praktik, maupun peristiwa
yang mencakup didalamnya. Pengumpulan data dilakuakan dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang disusun melalui angket
terhadap responden untuk mengukur pendapat atau tanggapan publik
tentang sesuatu yang diteliti.
2. Metode komparatif
Metode komparatif adalah sejenis metode deskriptif yang ingi
mencapai jawaban mendasar tentang sebab akibat, analisis factorfaktor
atau penyebab terjadinya atau munculnya suatu fenomena.
Jangkauan waktunya adalah masa sekarang. Jika jangkauan waktu
terjadi pada masa lampau, maka penelitian tersebut termasuk dalam
metode sejarah. Metode komparatif ini juga mementingkann perbandingan antara
macam-macam masyarakat beserta bidang-bidangnya untuk
memperoleh perbedaan-perbedaan dan persamaan serta sebabsebabnya .
3. Metode eksperimental
Metode eksperimental adalah suatu metode pengujian terhadap suatu
teori yang telah mapan dengan suatu perlakuan baru. Pengujian suatu
teori dari ilmuan yang telah dibuktikan oleh berapa kali pengujian bisa
memperkuat atau memperlemah teori tersebut. Tetapi ternyata dapat
dibuktikan oleh eksperimen baru, maka teori tersebut akan lebih
menguat dan mungkin akan mencapai taraf hokum teori.
4. Metode eksplanatori
Metode eksplanatori adalah metode yang bersifat menjelaskan atas
jawaban dari pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana”sehingga lebih
mendalam daripada metode deskriptif yang hanya bertanya tentang
apa, siapa, kapan, dan dimana. Metode ini termasuk bagian dari
emtode empiris.
5. Metode historis komparatif
Metode historis komparatif adalah metode yang menekankan pada
analisis atas peristiwa-peristiwa masa silam untuk merumuskan
prinsip-prinsip namun, yang kemudian digambungkan dengan metode
komparatif, dengan menitikberatkan pada perbandingan natara
beberapa masyarakat beserta bidangnya agar memperoleh pola
persamaan beserta sebab-sebabnya. Dengan demikian dapat dicari
petunjuk perilaku kehidupan masyarakat ada masa silam dan sekarang,
serta perbedaan tingkat peradapan satu sama lain.
6. Metode fungsionalisme
Metode fungsionalisme adalah metode yang bertujuan untuk meneliti
fungsi lembaga-lembaga kemasyarakatan dan struktur social dalm
masyarakat. Metode ini berpendirian pokok bahwasanya unsur-unsur
yang membentuk masyarakat memiliki hubungan timbal balik yang
salaing mempengaruhi, masing-masing memiliki fungsi tersendiri
terhadap masyarakat.
7. Metode studi kasus
Metode studi kasus merupakan suatu penyelidikan mendalam dari
individu, kelompok, atau institusi untuk menentukan variabel dan
hubungannya diantaranya variabel yang mempengaruhi status atau
perilakuyang saat itu menjadi pokok kajian. Dengan demikian peneliti
mampu mengungkap keunikan-keunikan objek penelitian dan
menelaah hubungan antara variabel yang memepengaruhi status tau
perilaku yang dikaji.
8. Metode survey
Metode survei adalah metode yang berusaha untuk memperoleh data
darianggta po[ulasi yang relatif besar untuk mementukan keadaan,
karakteristik, pendapatdan populasi sekarang yang berkenaan dengan
satu variable atau lebih.
Metode dalam sosiologi agama pada umumnya bahwa terdapat dua
jenis cara kerja (methode).
- Pertama, metode empiris yaitu menyandarkan diri pada keadaan yang nyata (empirik) didapat didalam masyarakat. Hal ini dapat diaplikasikan dalam penelitian.
- Kedua, Metode rasionalisme yaitu mengutamakan pemikiran dengan logika dan pemikiran sehat untuk mencapai pertain tentang masalah-maslah kemasyarakatan.
Dalam seluruh pengumpualan data kuantitatif dan kualitatif,
sosiologi agama menggunakan tiga metode, yaitu observasi, interview, dan
Angket untuk menggali masalah-masalah keagamaan yang dianggap
penting dan dibutuhkan.Walaupun ada pula yang menyebut ketiga metode
tersebut sebagai teknik penelitian, karena teknik itu merupakan cara
pelaksanaan (operasional) yang lebih rinci, rutin, mekanis, dan spesialis.
2. Pendekatan dalam Sosiologi Agama
Banyak dari para ilmuwan telah mengkaji tentang keagamaan dari
berbagai disiplin ilmu. Para ilmuwan telah meneliti dari berbagai aspek
dari agama, baik itu dari aspek ide maupun perwujudan dalam kenyataan ,
dari masalah keyakinan sampai dengan pengaruh agama pada kehidupan
masyarakat (sosial).
Istilah pendekatan atau approach menurut Vernon van Dyke
bahwa suatu pendekatan pada prinsipnya adalah ukuran-ukuran untuk
memilih masalah-masalah dan data-data yang berkaitan antara satu sama
lain. Definisi lain pendekatan atau rancangan ilmiah merupakan bentuk
sistematis yang khusus dari seluruh pemikiran dan telaah reflektif.
Suatu
pendekatan dalam menelaah sesuatu, dapat dilakukan berdasarkan sudut
pandang ataupun tinjauan dari berbagai karakteristik maupun cabang ilmu,
seperti antropologi, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,
termasuk sosiologi. Jika pada cabang ilmu sosiologi maka pola pendekatan
yang digunakan ukuran-ukuran sosiologi untuk menentukan masalah,
pertanyaan penelitian maupun data yang akan ditelaah.
Adapun pendekatan-pendekatan yang ada dalam sosiologi agama,
yaitu sebagai berikut:
1. Pendekatan Institusional
Agama dan perilaku keagamaan dianggap sebagai gejala-gejala yang
merupakan faktor yang tak tetap dan tergantung (dependent variable).
Tujuan pendekatan institusional ini memperlihatkan bagaimana
pelbagai struktur dari institusi dapat menjelaskan perilaku keagamaan.
Penjelasan perilaku kegamaan di atas struktur institusi masyarakat atau
di atas posisi manusia dalam struktur institusi itu sudah dapat
ditemukan dari kritik terhadap agama yang terdapat pada abad ke 19
dari Marx, Freud, Nietzche, Karl Marx (1818-1883): “agama= opium massa”; dengan kata lain, agama dipraktikkan oleh manusia setelah
keterasingannya yang riil dari kerja.
2. Pendekatan Fungsional
a) Fungsionalisme Emile Durkheim
Durkheim tertarik kepada unsur-unsur solidaritas masyarakat. Dia
mencari prinsip yang mempertalikan anggota masyarakat. Emile
Durkheim menyatakan agama harus mempunyai fungsi. Agama
bukan ilusi, tetapi merupakan fakta social yang dapat diidentifikasi
dan mempunyai kepentingan social. Semua konsep dasar yang
dihubungkan dengan agama seperti dewa, jiwa, nafas dan totem
berasal dari pengalaman manusia terhadap keagungan golongan
social. Prinsip ini ditemukan oleh Emile Durkheim pada waktu dia
memperlajari masyarakat Aborigin Australia, karena dasar agama
terdapat dalam totemism. Bagi Emile Durkheim, agama
memainkan peranan yang fungsional, karena agama adalah prinsip
solidaritas masyarakat. Dengan demikian Emile Durkheim adalah
pelopor fungsionalisme dalam antropologi.
b) Fungsionalisme Weber
Weber mengadakan penelitian mengenai peranan agama dan
mengenai pengaruh agama atas etika ekonomi. dalam hal ini
Weber mencoba mebuktikan bahwa tanpa reformasi Protestan,
kapitalisme barat tidak pernah dapat berkembang.
c) Fungsionalisme Bronislaw Malinowski
Bronislaw Malinowski mengumpulkan data melalui kerja lapangan
untuk menulis monografi-monografi, artikel-artikel, dan karangankarangan
mengenai beberapa aspek kebudayaan Trobriand. Tujuan
Bronislaw Malinowski dengan studinya mengenai kebudayaan
Trobriand adalah mengumpulkan sebanyak mungkin data supaya
dia bias mengerti kebudayaan Trobriand dalam keseluruhannya.
Karena itu dia memilih sudut-sudut pandang yang berbeda untuk mendekati kebudayaan Trobriand, misalnya dari segi keayahan,
atau dari segi perkawinan, atau dari segi perkelaminan, atau dari
segi kejahatan. Tetapi yang terkenal adalah sudut pandang yang
disebut upacara kula, yaitu suatu system yang kompleks sekali
mengenai dagang barang, tukar menukar uang, tetapi dengan
benda-benda upacara yang ditukarkan antara penduduk-penduduk
Melanisia Barat laut. Berkat mempelajari matematika, Bronislaw
Malinowski memakai ide konsep fungsi di bidang antropologi. Dia
mengembangkan keseluruhan (totalitas) kebudayaan, yang setiap
aspeknya mempunyai suatu fungsi yang hanya mempunyai
kepentingan sebagai bagian keseluruhan kebudayaan itu.
3. Pendekatan Relasional
a) Weber dan Kharisma
Dalam definisi mengenai charisma, Weber menekankan aspek
psikologis. Menurutnya charisma adalah gejala social yang
terdapat pada waktu kebutuhan kuat muncul terhadap legitimasi
otoritas. Weber menekankan bahwa yang menentukan kebenaran
charisma adalah pengakuan pengikutnya. Pengakuan atau
kepercayaan kepada tuntutan kekuatan ghaib merupakan unsur
integral dalam gejala charisma. Charisma adalah pengakuan
terhadap suatu tuntutan social.
b) Gerakan Al-Muwahhidun Ibn Tumart
Menurut Ibn Tumart, teologi al-Murabitun adalah teologi
antropromorfisme, karena menggambarkan Tuhan sebagai
manusia/tajsim. Ibn Tumart berusaha meluruskan keadaan ini atas
dasar teologi al-Asy‟ari. Para penguasa telah rusak moralnya,
norma-norma agama telah banyak dilanggar. Ibn Tumart juga
melihat kebiasaan al-Murabitun, seperti kebiasaan minumminuman
keras dan yang khas Maroko kebiasaan wanita tidak
memakai kerudung. Dikalangan suku Barbar Tuareg yang
memakai kerudung adalah laki-laki. Ibn Tumart mempunyai pandangan seperti Islam, yaitu kerudung adalah untuk wanita. Ibn
Tumart juga melihat kekeliruan para fuqoha‟ al-Murabitun, para
fuqoha‟ telah mengabaikan kebiasaan Rasul Allah.
Karena krisis politik dan rohani itu Ibn Tumart mengirimkan surat
kepada suku-suku untuk mengikuti ajaran-ajaranya. Ibn tumart
ingin menyelamatkan suku-suku itu dari akidah tajsim alMurabitun.
Sampai sejauh ini, ibn Tumart tidak bersikap
revolusioner. Pada suatu ketika dia berhadapan dengan penguasa
al-Murabitun: yaitu Ali b, Yusuf. Pada 514/1120 Ali b Yusuf
mengadakan perdebatan dengan Ibn Tumart di Istana Marokko.
Setelah perdebatan, dinasti al-Muratibun memandang Ibn tumart
berbahaya dan diusir dari Marokko. Baru saja diusir, Ibn Tumart
mengumumkan kepada pengikutnya bahwa agama telah lemah,
bahwa syari;at tidak diepntingkan lagi. Sebab itu pada 515/1121,
dia menda‟wahkan diri sebagai “al-mahdi”.
c) Mahdi Sudan: Muhammad Ahmad bin Abdullah
Muhammad Ahmad bin Abdullah lahir pada 27 Rajab 1260/12
Agustus 1844 di Pulal Labab, Provinsi Dongola, Sudan Utara. Pada
waktu itu Sudan sudah masuk Prov. Mesir, dibawah Muhammad
Ali Pasha (1805-1849). Dia mendirikan kerajaan sendiri di Mesir.
Raja Fu‟ad dan raja lain keturunan Ali Pasha memerintahkan
dengan tangan besi. Dia memecah kekuasaan Mamluk dan
kekuatannya. Nasib setiap koloni, Provinsi Sudan sudah dianggap
sebagai daerah rampasan oleh guberneu-gubernur Mesir yang
dikirim ke Sudan. Kehadiran Mesir, di Sudan bercirikan kekuasaan
dan penindasan.
1822 Sudan memberontak terhadap Mesir. Ismail putera
Muhammad Ali Pasha dibunuh dan Muhammad Ali Pasha balas
dendam terhadap Sudan. Dia meratakan kota, desa dan kampong
Sudan. Dia menjual suku Sudan sebagai budak meskipun orang
Sudan beragama Islam. Kalau suku melawan dibunuh secara kejam. Di samping itu korupsi mesir di Sudan merajalela. System
pajak Mesir di Sudan membuktikan itu. Misalnya tingkat
penindasan rakyat Sudan sudah jelas dari contoh berikut: bagi
seorang budak harus dibayar £ 2,5 setahun sebagai pajak kepada
pemrintah Mesir, sedang harga budak hanya £ 3,0. Contoh lain:
lembu di pasar harganya £1,10 tetapi pajaknya sama dengan hahrga
di pasar.
John Rotherick, soerang asaing yang tinggal di Sudan menulis
tentang korupsi pegawai Mesir di Sudan dan rakyat Sudan harus
membayar dua kali lipat dalam daftar pemerintah.
Dalam hal ini rakyat Sudan tidak protes, dikarenakan rakyat Sudan
terdiri dari suku-suku yang bermusuhan, karena itu mereka tidak
mempunyai kemampuan untuk menolak penindasan Mesir itu. Jadi
rakyat Sudan pada waktu Muhammad bin Abdullah dilahirkan
merupakan keadaan saat masyarakat kacau.
Sampai karier Muhammad Ahmad Bin Abdullah dia claim Mahdi,
karier itu dapat dibagi menjadi 3 fase: pertama, fase faqi, kedua,
Mahdi, ketiga, fase mengikuti contoh Nabi Muhammad SAW.
4. Pendekatan teologis
Pendekatan kewahyuan atau juga dapat disebut pendekatan keyakinan.
Penelitian ini biasanya dipakai oleh pemeluk agama itu sendiri untuk
menambah keyakinanya atau kebenaran tentang agama yang telah
dianut. Pendekatan ini merupakan penelitian penuh dengan
subjektivitas dari seorang peneliti dengan syarat untuk kepentingan
keyakinan dan prasangka peneliti.
Penelitian biasanya dilakukan oleh para ulama maupun pendeta yang
menjadi tanggung jawabnya. Landasan yang akurat bagi suatu
pendapat atau madzhab yang sudah ada. Misalnya ahli ilmu kalam, ahli
tafsir, usul fiqih, dan „ulumul hadist yang dilakukan oleh ulama‟ islam.
5. Pendekatan keilmuan.
Pendekatan ini memakai metodologi ilmiah, penelitian yang memakai
aturan-aturan yang lazim dalam sebuah penelitian. Pendekatan ini
memakai kebenaran metodologi tertentu yang dakui kebenaranya di
dunia keilmuan secara sistematis dalam cara kerjanya.
Pendekatan-pendekatan ilmiah ini bisa dikatakan suatu pengajaran
terhadap kebenaran yang diatur olehpertimbangan-pertimbangan logis
dan kritis. Sasaran sosiologi agama adalah memperoleh interelasi yang
sistematis dari fakta-fakta agama.
Dalam pendekatan ilmuan ini peneliti harus menetralkan emosinya,
karena dalam penelitian ilmuan ini akan mengungkapkan semua fakta
yang ada dalam agama tersebut di pemeluk agama tersebut. Karena
penelitian agama ini mengkaji suatu agama dalam masyarakat yang
menjadi pemeluk agama tersebut.
Ada dua pendekatan penting dalam penelitian agama.
- Pertama, pendekatan teologi, yaitu pendekatan kewahyuan atau keyakinan peneliti sendiri. Pendekatan ini dilakukan dalam penelitian suatu agama untuk kepentingan agama yang diyakini oleh peneliti untuk menambah pembenaran keyakinan terhadap agama yang dipeluknya dan suatu pendapat atau madzhab sehingga penuh dengan subjektivitas dari peneliti, sarat dengan muatan kepentingan, keyakinan dan prasangka peneliti, yaitu ahli ilmu kalam, ahli tafsir, usul fiqih, ulum al-hadits.
- Kedua, pendekatan keilmuan, yaitu pendekatan yang menggunakan metodologi ilmiah dengan prosedur ilmiah, sistematis atau runtut dalam cara kerjanya, empiris dari dunia nyata bukan dari pemikiran atau angan-angan, objektif atau sesuai dengan fakta, tidak bias oleh keyakinan dan prasangka peniliti.
Sedangkan dari sisi keilmuan, ada dua bidang dalam penelitian agama,
yaitu ilmu budaya dan ilmu social.
- Pertama, bidang ilmu budaya adalah segala hasil pemikiran manusia yang mencakup buku-buku maupun tradisi lisan yang diturunkan melalui pewarisan dari generasi ke generasi, seperti ilmu filsafat, agama, teologi, hukum dan lain-lain.
- Kedua, bidang ilmu social adalah keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam masyarakat pemeluk agama sebagai akibat dari interaksi antar anggota atau antar masyarakat pemeluk agama lain, dalam kondisi masyarakat statis maupun proses.
Ada beberapa contoh penelitian agama dengan pendekatan ilmu social
atau sosiologi, yaitu sebagai berikut:
1. Pendekatan sosiologis
Yaitu pendekatan tentang interelasi antara agama dengan masyarakat
serta bentuk-bentuk interaksi yang terjadi diantara mereka. Dorongan,
gagasan, lembaga agama. Kekuatan social organisasi dan stratifikasi
social mempengaruhi masyarakat.
2. Pendekatan antropologis
Yaitu pendekatan kebudayaan; artinya agama dipandang sebagai
bagian dari kebudayaan, baik wujud ide maupun gagasan dianggap
sebagai system norma dan nilai yang dimiliki oleh anggota
masyarakat, yang mengikat seluruh anggota masyarakat. System
budaya agama itu memberikan pola kepada seluruh tingkah laku
anggota masyarakat, dan melahirkan hasil karya keagamaan yang
berupa karya fisik, dari bangunan tempat ibadah seperti masjid, gereja,
pura, dan klenteng, sampai alat upacara yang sangat sederhana seperti
hioh, tasbih, atau kancing baju.
3. Pendekatan psikologis
Yaitu studi ilmiah mengenai agama ditinjau dari perspektif psikologis.
Wilayah kajian utama yang menjadi bahan pendekatan ini adalah
pengalaman religious dari kelompok individu atau social. Kajian
mendalam terhadap motivasi beragama dan latar belakang
keberagaman manusia secara individual maupun komunal. Dalam
penelitian psikologis ini, para peneliti mencari makna agama dalam
setting psikologis, yaitu bagaimana keadaan hati manusia beragama yang terefleksikan ke dalam tingkah laku keagamaan atau tingkah laku
yang bukan keagamaan.
4. Pendekatan historis atau kesejarahan
Pendekatan ini menganut pandangan bahwa suatu fenomena rerigius
bias dipahami dengan mencoba menganalisis perkembangan segi
historisnya. Dengan memperhatikan perkembangan prinsip-prinsip
umum dari tingkah laku religious dan menghubungkan dengan
kejadian-kejadian khusus dan tertentu, muncullah pola-pola kejadian
yang menghasikan prinsip-prinsip umum dari kegamaan tadi. Sejarah
atau perjalanan hidup suatu agama di suatu daerah banyak
meninggalkan beberapa barang-barang suci, seperti sekumpulan teksteks
suci dan artefak (peninggalan benda-benda padat) yang berkaitan
dengan keberadaan agama tersebut. Dengan metode sejarah, bendabenda
peninggalan tadi dapat diketahui arti dan maknanya, mengapa
dan bagaimana keduanya saling berkaitan dengan latar belakang ajaran
agama dan budaya yang melahirkannya.
5. Pendekatan fenomologis
Yaitu pendekatan yang menggunakan perbandingan sebagai sarana
interpretasi yang utama untuk memahami arti dari eksprsei-ekspresi
keagamaan, seperti persembahan, upacara agama, makhluk ghaib, dan
lain-lain. Asumsi dasar dari pendekatan ini bahwa bentuk luas dari
ungkapan manusia mempunyai pola atau konfigurasi kehidupan dalam
yang teratur, yang dapat dilukiskan kerangkanya dengan menggunakan
metode fenomologi. Pendekatan ini mencoba menemukan struktur
yang mendasari fakta keagamaan dan memahami makna yang lebih
dalam, sebagaimana dimanifestasikan lewat struktur tersebut dengan
hokum-hukum dan pengertia yang khas. Tujuan dari metode
fenomologi ini adalah untuk menangkap makna lebih dalam dan
intersonalitas dari data religious orang lain yang merupakan ekspresiekpresi
dan pengalaman religious dan imannya yang lebih dalam.
Metode ini mengungkap wilayah spiritual dan intelektual manusia, mesipun didasari batas-batasnya dalam tugas memasuki kedalaman
pengalaman dari suatu jiwa religious.
C. ANALISIS DAN DISKUSI
1. Analisis
Pada dasarnya ilmu sosiologi berbeda dengan ilmu antropologi.
Ilmu sosiologi lebih mengajarkan pada kehidupan masyarakatnya.
Jika dipandang dari tujuannya, ilmu sosiologi sendiri adalah menarik
antar hubungan, antara gejala-gejala yang ada dalam alam dan
ditegakkan hukum sebab- akibat.
Para pakar sosiologi termasuk bapak August Comte merupakan
salah satu filosof pendiri ilmu sosiologi, beliau yang mengadakan
penelitian akan tindakan masyarakatnya, mulai dari pemeluk agama
yang menjadikan kelemahan dari pemeluk agama tersebut. Banyak
dari ide-ide yang dikembangkan oleh beliau ,ulai dari dalam filsafat
dan politik juga dipakai dalam bidang sosiologi.
Dalam melakukan penelitian tersebut para filosof menggunakan
metode dan pendekatan untuk meneliti apa yang menjadikan pokok
permasalahan kehidupan masyarakat.
Pada dasarnya metode penelitian sosiologi sama halnya dengan
penelitian lainya. Yakni kualitatif dan kuantitatif. Akan tetapi
berangkat dari metode kuantitaif dan kualitatif dipilah-pilah lagi yang
lebih rinci untuk mencari kebenaran akan kehidupan masyarakanya
sosialnya.
Seperti kutipan dari August Comte berpendapat bahwa sosiologi
memakai kajian ilmiah dengan menggunakan pendekatan empiris.
Artinya dalam mengakaji ilmu sosiologi lebih dalam tindakan yang
empiris yang diyakini akan kebenaran dari penelitian tersebut yag
didukung oleh fakta/ fenomena yang ada.
Dalam ilmu sosiologi dapat menemilih berbagai metode dalam
pelaksanakan apa yang akan dikaji. Pemilihan metode itu juga
tentunya yang sesuai dengan prosedur dan alat desain penelitian yang
telah dipilih.
Metode sosiologi yang saya ketahui ada 4 yakni metode
eksperimental, sains, ilmiah dan metode deskriptif. Metode tersebut
mempunyai pengertian masing-masing sesuai dengan konteks
penelitianya. Para sosiolog tidak sembarang dalam menentukan
metode dalam menentukan penyelasaian kajianya.
Sedangkan jika dipandang dari pendekatanya, biasanya dilkukan
oleh para ulama untuk mengakajinya. Dalam ilmu sosiologi agama ini
ada beberapa pendekatan yang diperlukan, antara lain : pendekatan
teologis, pendekatan ilmuwan dan pendekatan ilmiah.
Para ulama biasanya menggunakan pendekatan itu untuk
mengakaji ilmu-ilmu agama yang ada dalam masyarakat itu.
Contohnya saja hasil dari para ulama‟ yang telah diteliti seerti, ilmu
tafsir, ilmu kalam, dan „Ulumul Hadist.
Penelitian tersebut yang mengatasnamakan agama juga
memerlukan ilmu sosial, dilakukan dengan penggunaan cara-cara
penelitian yang sedapat mungkin menaati dari berbagai aturan
penelitian ilmiah dan oleh sebab itu sebenarnya tidak boleh terikat
atura –aturan kebudayaan manapun, kecuali pada aturan ilmiah yang
berlaku.
Bidang- bidang pengetahuan utama yang didasarkan atas
penelitian sosial, dalam hal ini diarahkan pada usaha untuk
memperoleh pengetahuan mengenai hubungan antara ilu keagamaan
dan tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh para pengikutnya, antara
lian antropologi, sosiologi , psikologi, dsb.
Sosiologi juga dapat menentukan antara negara maju dan Negara
terbelakang. Karena yang yang mencolok dari ilmu sosiologi agama ini
adalah tindakanya, oleh karena itu dengan adanya tindakan itu
masyarakat akan terbentuk norma-norma agama yang berlaku dalam
masyarakat tersebut.
Sosiologi juga berperan sebagai penjaga tertib sosial penjaga moral
intelektual dlm masyarakat dan pemerintah. Oleh karena itu ilmu
sosiologi agama dalam kehidupan masyarakat lebih baik terapan, agar dalam kehidupan masyarakat dapat didorong untuk kehidupan yang
lebih baik dengan niila-nilai agama yang baik.
D. KESIMPULAN
Sosiologi adalah suatu kajian ilmiah tentang kehidupan masyarakat
manusia. Sosiolog berusaha untuk mengadakan penelitian yang mendalam
tentang hakikat dan sebab dari berbagai keteraturan pola pikir dan
tindakan pola pikir dan tindakan manusia secara berulang-ulang. Istilah
metode, secara etimologis berasal dari bahasa Yunani “meta” yang berarti
sesudah dan kata “hodos” yang berarti “jalan”. Dengan demikian metode
merupakan langkah-langkah yang diambil menurut urutan tertentu untuk
mencapai pengetahuan yang telah dirancang dan dipakai dalam proses
memperoleh pengetahuan. keidentikan model penelitian dengan metode
penelitian hampir sama maknanya akan tetapi sesungguhnya berbeda
karena penentuan suatu metode dipengaruhi oleh desain dan penelitian
yang ada. Adapun metode yang ada dalam sosiologi agama antara lain:
metode deskriptif, metode komparatif, metode eksperimental, metode
eksplanatori, metode historis komparatif, metode fungsionalisme, metode
studi kasus, dan metode survey.
Istilah pendekatan atau approach menurut Vernon van Dyke
bahwa suatu pendekatan pada prinsipnya adalah ukuran-ukuran untuk
memilih masalah-masalah dan data-data yang berkaitan antara satu sama
lain.
Definisi lain pendekatan atau rancangan ilmiah merupakan bentuk
sistematis yang khusus dari seluruh pemikiran dan telaah reflektif. 20 Suatu
pendekatan dalam menelaah sesuatu, dapat dilakukan berdasarkan sudut
pandang ataupun tinjauan dari berbagai karakteristik maupun cabang ilmu,
seperti antropologi, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,
termasuk sosiologi. Jika pada cabang ilmu sosiologi maka pola pendekatan
yang digunakan ukuran-ukuran sosiologi untuk menentukan masalah,
pertanyaan penelitian maupun data yang akan ditelaah. Adapun
pendekatan-pendekatan yang ada dalam sosiologi agama, yaitu sebagai berikut: pendekatan institusional, pendekatan fungsional, dan pendekatan
relasional.
DAFTAR PUSTAKA
- Mubaraq, Zulfi. 2010. Sosiologi Agama. Malang: UIN- Maliki Press.
- Kahmad. 2000. Sosiologi Agama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
- Abdullah, Syamsuddin. 1997. Agama dan Masyarakat (Pendekatan Sosiologi Agama). Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
- Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Sebagai Suatu Pengantar