Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Metode Economic Value Added (EVA) Study Pada Perusahaan Telekomunikasi yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia
Perkembangan telekomunikasi di era global saat ini semakin cepat seiring dengan pesatnya laju teknologi informasi. Di sisi lain, alih informasi telekomunikasi diharapkan mampu mengembangkan kualitas dan pengetahuan masyarakat. Teknologi memudahkan aktivitas manusia dalam berkomunikasi dan mampu menghemat biaya. Kemajuan teknologi saat ini tidak lagi memisahkan antara teknologi informasi dan komunikasi.
Bisnis telekomunikasi di Indonesia dapat dilihat dari pendapatan usaha yang dihimpun para operator telekomunikasi. Berdasarkan laporan keuangan September 2007, pendapatan usaha PT. Telkomunikasi sebesar Rp 45,28 triliun. Paling besar dibandingkan dibandingkan dengan empat emiten telekomunikasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dan PT. Indosat Tbk membukukan pendapatan usaha Rp11,87 triliun. Berdasarkan data laporan keuangan Desember 2007, PT. Excelcomindo Tbk memperoleh pendapatan usaha sebesar Rp 6,45 triliun. Sedangkan, PT. Bakrie Telcom Tbk dan PT. Mobile & Telkom Tbk mengumpulkan pendapatan usaha masing-masing Rp 848,84 miliar dan Rp 626,31 miliar per September 2007 (Investor: April 2008)
Dalam hubungannya dengan penilaian kinerja keuangan perusahaan telekomunikasi, tingkat kesehatan perusahaan bagi para pemegang saham sangat berkepentingan untuk mengetahui kondisi sebenarnya suatu perusahaan, agar modal yang digandeng cukup aman dan mendapatkan tingkat hasil pengembalian yang menguntungkan dari investasi yang ditanamkan. Bagi pihak manajemen perusahaan, penilaian kinerja ini akan sangat mempengaruhi dalam penyusunan rencana usaha perusahaan yang akan diambil untuk masa yang akan datang demi kelangsungan hidup perusahaan.
Setiap perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kekayaan dari pemegang sahamnya. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan diperlukan untuk menentukan keberhasilan dalam dalam mencapai tujuan tersebut. Pengukuran kinerja keuangan berdasarkan laporan keuangan banyak dilakukan dengan menggunakan alat ukur kinerja yang kadang berbeda. Untuk menilai sejauhmana berapa jauh efektivitas operasi perusahaan dalam mencapai tujuannya diperlukan metode pengukuran tertentu. Salah satu cara untuk mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangannya.
Metode analisis laporan keuangan perusahaan yang umum digunakan saat ini, antara lain:
a. Analisis rasio keuangan
Yaitu laporan keuangan perusahaan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Rasio keuangan dibedakan maenjadi: Rasio Profitabilitas, Rasio Aktivitas, Rasio Likuiditas, dan Rasio Solvabilitas.
b. Metode Economic Value Added (EVA)
Yaitu menilai kinerja perusahaan yang memfokuskan pada penerapan nilai, dan hanya bisa menilai proses dalam periode 1 tahun, EVA merupakan pengukuran pendapatan sisa (residul income) yang mengurangkan biaya modal terhadap laba operasi.
c. Analisis Balance Scorecard (BSC)
Yaitu alat untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menyeimbangkan faktor-faktor keuangan dan non keuangan dari suatu perusahaan. Dalam analisis BSC ada 4 aspek yaitu: Prospektif keuangan, Pelanggan, Proses bisnis internal, Proses belajar dan berkembang.
d. Analisis RADAR
Yaitu menilai kinerja pada perusahaan yang merupakan modifikasi atau penyempurnaan dari metode-metode sebelumnya. Rasio RADAR dikelompokan menjadi 5 yaitu: Profitabilitas, Produktifitas, Utilitas aktiva, Stabilitas dan pertumbuhan. (ini diringkas aja jangan dijaikan point-per point.
Tidakk boleh awal kalimat rasio diatas pihak manajemen merasa belum cukup untuk mengetahui apakah telah terjadi nilai tambah secara ekonomis dalam perusahaannya. Sedangkan bagi penyandang dana belum yakin apakah modal yang ditanamkan dimasa yang akan datang dapat memberikan tingka hasil yang diharapkan. Untuk mengetahui penilaian kinerja keuangan yang menyeluruh maka perlu dikembangkan suatu alat analisis bekenaan dengan kesehatan kinerja keuangan dengan menggunakan pendekatan analisis Economic Value Added (EVA).
Metode EVA pertama kali dikembangkan oleh Stewart & Stern seorang analis keuangan dari perusahaan Stren Steward & Co pada tahun 1993. Di Indonesia metode tersebut dikenal dengan metode NITAMI (Nilai Tambah Ekonomis). EVA/ NITAMI adalah metode manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal (Iramani dan Febrian: 2005).
EVA merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai atau value added dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasi perusahaan. Oleh karenanya EVA merupakan selisih laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit After Tax atau NOPAT) dengan biaya modal (Cos of Capital). Konsep Economic Value Added (EVA) mapu menutupi kelemahan dari analisis rasio keuangan sehingga kedua alat pengukur kinerja keuangan dapat membantu pihak-pihak yang bersangkutan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah yaitu:
Apakah aja Bagaimana kinerja perusahaan telekomunikasi (PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT. Indosat Tbk) di tinjau dari Economic Value Edded (EVA)?
Dari Kedua peruhaaan tersebut manakah yang memberikan nilai ekonomis yang lebih baik?
C. Batasan Penelitian
Batasan masalah yang dilakukan penulis agar pembahasan dalam penelitian tidak meluas adalah terbatas pada permasalahan:
Menggunakan metode Economic Value Edded (EVA) untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, data yang digunakan meliputi Laporan Neraca, Laporan Laba/Rugi dari tanggal 31 Desember 2005 – 31 Desember 2007.
Membandingkan dari kedua perusahaan tersebut manakah yang memberikan nilai manfaat yang lebih baik.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui kinerja keuangan Perusahaan Telekomunikasi (PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT. Indosat Tbk) di tinjau dari Economic Value Edded (EVA).
b. Untuk mengetahui Perusahaan Telekomunikasi (PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT. Indosat Tbk) tersebut manakah yang memberikan nilai ekonomis yang lebih baik.
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Perusahaan
Memberikan gambaran kepada pengelola tentang kinerja keuangan yang telah dicapai oleh perusahaan, serta sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan langkah selanjutnya dimasa yang akan datang.
b. Bagi Calon Kreditur
Mengetahui kondisi keuangan perusahaan yang bersangkutan sebelum mengambil keputusan untuk memberi atau menolak permintaan kredit perusahaan tersebut serta kemampuan dalam memenuhi kewajibannya.
c. Bagi Calon Investor
Diharapkan dapat memberikan informasi kepada investor maupun kepada calon investor yang akan menanamkan modal pada perusahaan.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai landasan dan juga digunakan sebagai bahan perbandingan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan analisis kinerja keuangan dalam bidang dan kajian yang sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Penelitian Terdahulu
Berkaitan dengan topik kajian yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai pembanding. Penelitian yang dilakukan oleh Lasmono Eko Wibowo 2006 yang meneliti tentang “Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Metode Economic Value Added (EVA) Study Pada Perusahaan Farmasi yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta”
Kesimpulan dari penelitian yang di lakukan oleh Lasmono Eko Wibowo menyatakan bahwa kinerja keuangan pada perusahaan farmasi berdasarkan nilai Economic Value Added EVA yaitu PT. Dankos Laboratories Tbk sebesar Rp 164.993.143.602, PT. Indofarma Tbk sebesar Rp -124.112.651.238, dan PT. Kalbe Farma Tbk sebesar Rp 268.552.396.372 selama tahun 2002-2004.
Dari ketiga perusahaan tersebut bahwa PT. Dankos Laboratories Tbk dan PT. Kalbe Farma Tbk mampu menciptakan nilai tambah bagi pemilik dana. Kedua perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik sesuai dengan tolak ukur EVA yaitu EVA > 0, dan memiliki nilai positif kecuali pada PT. Indofarma Tbk yang kinerja keuangannya dikatakan buruk karena memiliki nilai negatif.
Persamaan antara penelitian terdahulu dan penelitian sekarang adalah sama-sama menghitung kinerja keuangan dengan metode Economic Value Added (EVA). Adapun perbedaan antara peneliti dahulu dengan peneliti sekarang adalah :
B. Tinjauan Teori
1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut (Munawir 1995: 2).
Menurut Hanafi (2003: 69), laporan keuangan merupakan informasi yang dapai dipakai untuk pengambilan keputusan, mulai dari investor atau calon investor sampai dengan manajemen perusahaan itu sendiri. Laporan keuangan akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas, yang kesemuanya akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan.
Menurut Munawir (1995: 5), laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan modal. Dimana neraca menunjukan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan pehitungan laporan laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan.
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang penting bagi perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data-data yang terdiri dari neraca, dan perhitungan laba-rugi serta keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya.
2. Jenis-jenis Laporan Keuangan
Menurut Warsono (2001: 25) ada 2 macam bentuk laporan keuangan utama yang dihasilkan oleh suatu perusahaan yaitu Neraca dan Laporan laba rugi.
a. Neraca
Menurut Warsono (2001: 25), neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Neraca perusahaan ini disusun berdasarkan persamaan dasar akuntansi, yaitu bahwa kekayaan atau aktiva (asets) sama dengan kewajiban (liabilities) ditambah modal saham (stock equities).
b. Laporan laba-rugi
Menurut Warsono (2001: 26), laporan laba-rugi adalah laporan keuangan yang mengambarkan hasil-hasil usaha yang dicapai selama periode tertentu. Laba rugi bersih adalah selisih antara pendapatan total dengan biaya atau pengeluaran total. Pendapatan mengukur aliran masuk asset bersih (setelah dikurangi utang) dari penjualan barang atau jasa.
Sedangkan menurut pendapat Halim (1994: 20), laporan keuangan dapat dibagi menjadi 2 jenis antara lain:
a. Neraca
Neraca menunjukan aktiva, utang, dan modal sendiri suatu perusahaan pada hari terakhir periode akuntansi.
b. Laporan laba-rugi
Laporan laba-rugi adalah suatu laporan atas kegiatan-kegiatan perusahaan selama waktu periode akuntansi tertentu. Laporan laba-rugi menunjukan penghasilan dan biaya operasi, bunga, pajak, dan laba bersih yang diperoleh suatu perusahaan. Laporan laba-rugi merupakan suatu produk akauntansi yang dirancang untuk menunjukan kepada pemegang saham dan kreditur, apakah perusahaan dapat menghasilkan keuntungan.
3. Tujuan Laporan Keuangan
Hanafi (2003: 30) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan yaitu pertama, memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditur, dan pemakai lainnya sekarang atau masa yang akan datang untuk membuat keputusan investasi. Kedua, memberikan informasi yang bermanfaat untuk pemakai eksternal untuk memperkirakan jumlah waktu, dan ketidakpastian dari penerimaan kas dari bunga dan dari penjualan atau hutang pinjaman. Ketiga, Memberi informasi untuk menolong infestor, kreditur, dan pemakai lainnya untuk memperkirakan jumlah waktu, dan ketidakpastian aliran kas masuk bersih ke perusahaan.
Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan laporan keuangan yaitu dapat memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi kewajiban, dan modal sendiri dari suatu perusahaan dan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
4. Analisis Laporan Keuangan
a. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan perlu adanya analisis terhadap laporan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Hanafi (2003: 5), suatu analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan.
Sedangkan menurut Munawir (1995: 34), analisis laporan keuangan merupakan alat untuk memperoleh informasi tentang posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan, sehingga data yang telah diperoleh dapat diperbandingkan atau dianalisa lebih lanjut agar memperoleh data untuk mendukung keputusan yang akan diambil.
Menurut pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan merupakan perhitungan dan kemungkinan dimasa depan untuk dijadikan dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
b. Isi Laporan Keuangan
Laporan keuangan perusahaan merupakan sumber informasi yang penting disamping informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa pasar perusahaan, kualitas manajemen dan yang lainnya. Ada 3 macam laporan keuangan yang pokok dihasilkan yaitu neraca, laporan laba-rugi, dan laporan aliran kas.
1. Neraca
Menurut Munawir (1995: 13), neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Tujuannya adalah untuk menunjukan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu di mana buku-buku ditutup dan di tentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut Balance Aset.
Neraca adalah laporan yang menunjukan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu. Neraca menampilkan sumberdaya ekonomis (asset), kewajiban ekonomis (hutang), modal saham, dan hubungan antar item tersebut. Dengan demikian neraca dapat meringkaskan posisi keuangan suatu perusaahaan pada tanggal tertentu.
Neraca dimaksudkan membantu pihak eksternal untuk menganalisis likuiditas perusahaan, fleksibilitas keuangan, kemampuan operasional, dan kemampuan menghasilkan pendapatan selama periode tertentu (Hanafi: 2003: 50).
2. Laporan laba-rugi
Menurut Munawir (1995: 26), laporan laba-rugi merupakan laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi-laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Kegiatan perusahaan selama periode tertentu mencakup aktivitas rutin atau operasional, dan aktivitas-aktivitas ini perlu dilaporkan dengan semestinya agar pembaca laporan keuangan memperoleh informasi yang relevan.
Menurut Hanafi (2003: 57), ada beberapa elemen pokok dalam laporan laba-rugi antara lain: pendapatan operasional, beban operasional, dan untung atau rugi (Gain or Loss). Pendapatan didefinisikan sebagai asset masuk selama periode dimana perusahaan mempoduksi dan menyerahkan barang yang merupakan operasi pokok perusahaan. Beban operasional didefinisikan sebagai asset keluar selama periode dimana perusahaan memproduksi dan menyerahkan barang. Untung (gain) didefinisaikan sebagai kenaikan modal saham dari transaksi yang bersifat insidental. Rugi (loss) didefinisikan sebagai penurunan modal saham dari transaksi yang bersifat insidental.
3. Laporan aliran kas
Menurut Hanafi (2003: 59), laporan arus kas digunakan untuk menganalisis dan memberikan informasi mengenai penerimaan dan pembayaran kas perusahaan selama periode tertentu. Laporan aliran kas bertujuan untuk memberikan informasi mengenai efek kas dari kegiatan investasi, pendanaan, dan operasi perusahaan selama periode tertentu. Tujuan utama dari analisis laporan kas adalah untuk menaksir kemapuan perusahaan menghasilkan kas.
c. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah alat untuk mengukur prestasi kerja keuangan perusahaan melalui struktur permodalannya. Tolak ukur yang digunakan dalam kinerja keuangan tergantung pada posisi perusahaan.
Penilaian kinerja keuangan perusahaan harus diketahui outputnya maupun inputnya. Output adalah hasil dari suatu kinerja karyawan, sedangkan input adalah hasil dari suatu keterampilan yang digunakan untuk mendapatkan hasil tersebut.
5. Metode Economic Value Added (EVA)
a. Pengertian Economic Value Added (EVA)
Pendekatan yang lebih baru dalam penilaian saham adalah dengan menghitung Economic Value Added (EVA) suatu perusahaan. EVA merupakan salah satu ukuran kinerja operasional yang dikembangkan pertama kali oleh G. Bennet Stewart & Joel M. Stren yaitu seoarang analis keuangan dari perusahaan Sten Stewart & Co pada tahun 1993. Di Indonesia metode EVA dikenal dengan sebutan metode NITAMI (Nilai Tambah Ekonomi).
Menurut Iramani & Febrian (2005), EVA adalah metode manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal.
Menurut Warsono (2001: 46), EVA adalah perbedaan antara laba operasi setelah pajak dengan biaya modalnya. EVA merupakan suatu estimasi laba estimasi laba ekonomis yang benar atas suatu bisnis selama tahun tertentu.
Menurut Tandelilin (2001: 195), EVA adalah ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah (value added) bagi perusahaan. Asumsinya adalah bahwa jika kinerja manajemen baik/ efektif (dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan), maka akan tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Economic Value Added (EVA) merupakan keuntungan operasional setelah pajak, dikurangi biaya modal yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil harapan-harapan para pemegang saham dan kreditur.
b. Tujuan dan Perhitungan Economic Value Added (EVA)
EVA memberikan pengukuran yang lebih baik atas nilai tambah yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu manajer yang menitikberatkan pada EVA dapat diartikan telah beroperasi pada cara-cara yang konsisten untukm memaksimalkan kemakmuran pemegang saham.
Menurut S. David Young dan Stephen F. Obyrne (2001: 32), dalam pengukuran kinerja EVA dapat dihitung sebagai berikut:
Penjualan Bersih ---
Biaya operasi ---
Laba operasi sebelum pajak (EBIT) ---
Pajak ---
Laba operasi bersih sesudah pajak (NOPAT)---
Biaya modal (modal yang diinvestasikan x biaya modal) ---
EVA ---
Perhitungan Economic Value Added (EVA) yang diharapkan dapat mendukung penyajian laporan keuangan sehingga akan mempermudah para pemekai laporan keuangan diantaranya para investor, kreditur, karyawan, pelanggan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur EVA, tergantung dari struktur modal dari perusahaan. Apabila dalam struktur modalnya perusahaan hanya menggunakan modal sendiri.
Menurut Tandelilin (2001: 196), rumus yang digunakan dalam perhitungan EVA adalah sebagai berikut:
EVA = Laba bersih operasi setelah dikurangi pajak – besarnya biaya modal operasi dalam rupiah setelah dikurangi pajak.
EVA = [EBIT (1 – Pajak)] - [(Modal Operasi) (Presentase biaya modal setelah pajak)]
Menurut Iramani & Febrian (2005), secara sederhana EVA dirumuskan sebagai berikut:
EVA = Net Operating Profit After Tax (NOPAT) – Cost of Capital (COC)
EVA = NOPAT – COC
Keterangan:
NOPAT = EBIT – Beban Pajak
COC = Biaya Modal
EBIT = Laba operasi sebelum pajak
Namun, manakala dalam struktur perusahaan terdiri dati hutang dan modal sendiri, secara sistematis EVA dapat dirumuskan sebagai berikut:
EVA= NOPAT – (WACC x TA)
Keterangan:
NOPAT = Laba bersih operasi setelah pajak
WACC = Biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital)
TA = Total modal (Total Asset)
Dari perhitungan akan diperoleh kesimpulan dengan interprestasi sebagai berikut:
Jika EVA > 0, hal ini menunjukan terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
Jika EVA < 0, hal ini menunjukan tidak terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
Jika EVA = 0, hal ini menunjukan posisi “impas” karena laba telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham.
c. Keunggulan dan Kelemahan Economic Value Added (EVA)
a) Keunggulan EVA
Menurut Iramani dan Febrian (2005), EVA sebagai penilai kinerja perusahaan mempunyai keunggulan yaitu: EVA dapat digunakan sebagai penciptaan nilai (value creation).
Ada keunggulan EVA yang lain adalah:
1. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban sebagai konsekuensi investasi.
2. EVA merupakan alat perusahaan dalam mengukur harapan yang dilihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya, yaitu dengan memperhatikan harapan penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku.
3. Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai konsep penilaian.
4. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus pada karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan stakeholders satisfaction concepts.
5. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukan bahwa konsep tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis.
b) Kelemahan EVA
Menurut Iramani dan Febrian (2005), EVA mempunyai kelemahan yaitu:
1. EVA hanya mengukur hasil akhir (result) dan tidak mengukur aktivitas-aktivitas penentu, seperti loyalitas dan tingkat retensi konsumen.
2. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual dan membeli saham tertentu.
d. Manfaat Economic Value Added (EVA)
Terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh perusahaan dalam menggunakan EVA sebagai alat ukur kinerja dan nilai tambah perusahaan. Menurut Iramani dan Febrian (2005), manfaat EVA adalah sebagai berikut:
1. EVA merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri sendiri tanpa memerlukan ukuran-ukuran lain baik berupa perbandingan dengan menggunakan perusahaan sejenis atau menganalisis kecenderungan (trend).
2. Hasil perhitungan EVA mendorong mengalokasikan dana perusahaan untuk investasi dengan biaya modal yang rendah.
6. Pengertian dan Komponen Biaya Modal (COC)
a. Cost of Capital atau Biaya Modal (COC)
Cost of Capital atau biaya modal mempunyai dua makna, tergantung dari sisi investor atau perusahaan. Dari sudut pandang investor cost of capital adalah opportunity cost (biaya pengorbanan) dari dana yang ditanamkan investor pada sustu perusahaan. Sedangkan dari sudut pandang perusahaan, cost of capital adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh sumber dana yang dibutuhkan.
Untuk praktisi keuangan, istilah cost of capital ini digunakan sebagai :
1. Discount rate (suku bunga diskonto) untuk membawa cash flow (aliran kas) pada masa mendatang suatu project ke nilai sekarang.
2. Tarif minimum yang diinginkan untuk menerima project baru.
3. Biaya modal dalam perhitungan EVA.
4. Benchmark (pengukuran dalam bidang statistik) untuk menaksir tarif biaya pada modal yang digunakan.
b. Komponen biaya modal
Salah satu komponen penting yang digunakan dalam penilaian investasi, sumber pembelanjaan dan manajemen aktiva adalah biaya modal (cost of capital). Menurut Warsono (2003: 135), ada tiga alasan dalam penentuan biaya modal antara lain: Pertama, memaksimumkan nilai perusahaan mensyaratkan bahwa semua biaya input, termasuk modal untuk diminimumkan biaya modal harus diestimasikan. Kedua, keputusan penganggaran modal mensyaratkan suatu estimasi biaya modal. Terakhir, beberapa tipe keputusan lain, termasuk yang berhubungan dengan peraturan utilitas public, sewa guna usaha, pendanaan kembali obligasi, kompensasi eksekutif, dan manajemen asset jangka pendek.
Pada umumnya komponen Biaya Modal (Cost of Capital) terdiri dari Cost of Debt (biaya hutang) dan Cost of Equity (biaya modal sendiri).
1. Cost of Debt (Biaya Hutang)
Hutang dapat diperoleh dari lembaga pembiayaan atau dengan menerbitkan surat pengakuan hutang (oligasi). Biaya hutang yang berasal dari pinjaman adalah merupakan bunga yang harus dibayar perusahaan, sedangkan biaya hutang dengan menerbitkan obligasi adalah tingkat pengembalian hasil yang diinginkan (required of return) yang diharapkan investor yang digunakan untuk sebagai tingkat diskonto dalam mencari nilai obligasi.
Suatu perusahaan memanfaatkan sumber pembelanjaan utang, dengan tujuan untuk memperbesar tingkat pengembalian modal sendiri (ekuitas). Biaya Utang dibagi menjadi dua macam yaitu:
a. Biaya Utang sebelum Pajak (before-tax cost of debt)
Menurut Warsono (2003: 139), besarnya biaya utang sebelum pajak dapat ditentukan dengan menghitung besarnya tingkat hasil internal (yield to maturity) atas arus kas obligasi, yang dinotasikan dengan kd.
Rumus:
C + (M-NVd)/ n
Kd =
(M + NVd)/ 2
Keterangan:
C = Pembayaran bunga (kupon) tahunan
M = Nilai nominal (maturitas) atau face value setiap surat obligasi
NVd = Nilai pasar atau hasil bersih dari penjualan obligasi
n = Masa jatuh tempo obligasi dalam n tahun
b. Biaya Utang setelah Pajak (after-tax cost of debt)
Menurut Warsono (2003: 139), mengatakan bahwa perusahaan yang menggunakan sebagian sumber dananya dari utang akan terkena kewajiban membayar bunga. Bunga merupakan salah satu bentuk beban bagi perusahaan (interest expense). Dengan adanya beban bunga ini akan menyebabkan besarnya pembayaran pajak penghasilan menjadi berkurang.
Biaya utang setelah pajak dapat dicari dengan mengalikan biaya utang sebelum pajak dengan (1 - T), dengan T adalah tingkat pajak marginal.
Rumus:
ki = kd (1 – T)
Keterangan:
ki = Biaya utang setelah pajak
kd = Biaya utang sebelum pajak
T = Tarif pajak
2. Biaya Saham Freferen
Saham preferen mempunyai karakteristik kombinasi antara utang dengan modal sendiri atau saham biasa. Salah satu ciri saham preferen yang menyerupai utang adalah adanya penghasilan tetap bagi pemiliknya (Warsono, 2003: 143).
Menurut Weston dan Brigham (1990: 107), biaya saham preferen adalah tingkat pengembalian yang dipersyaratkan oleh investor atas saham preferen perusahaan.
Rumus:
Dp
kp =
Pn
Keterangan:
kp = Biaya saham preferen
Dp = Dividen saham preferen
Pn = Harga bersih pada saat emisi
3. Cost of Equity (Biaya Modal Sendiri)
Biaya modal saham merupakan tingkat hasil pengembalian atas saham biasa yang diinginkan oleh para investor. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam perhitungan biaya modal laba ditahan, yaitu pendekatan Capital Aset Pricing Model (CAPM), dimana biaya modal laba ditahan adalah tingkat pengembalian atas modal sendiri yang diinginkan oleh investor yang terdiri dari tingkat bunga bebas risiko dengan premi risiko pasar dikaliikan dengan β (resiko saham perusahaan). Iramani dan Febrian (2005).
Rumus:
ks = Rf + β (Rm – Rf)
Keterangan:
ks = Biaya laba ditahan
Rf = Tingkat pengembalian bebas risiko
β = beta, pengukuran sistematis saham
Rm = Tingkat pengembalian saham
Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penghitungan CAPM adalah sebagai berikut:
1. Tingkat Suku Bunga Bebas Risiko ( Rf )
Tingkat suku bunga bebas risiko diambil dari suku bunga rata-rata Sertifikat Bank Indonesia (SBI) selama satu tahun. Rf yang merupakan suku bunga obligasi pemerintah atau surat hutang pemerintah.
2. Return Pasar ( Rm )
Return pasar dapat diketahui dengan menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) per bulan untuk tiap-tiap tahun.
Rumus:
IHSG t – IHSG t-1
Rm, t =
IHSG t-1
(Jogiyanto, 2003: 232)
Keterangan:
Rm = Tingkat pengembalian yang diharapkan pasar
IHSG t = Harga penutupan IHSG akhir hari transaksi bulan ini
IHSG t-1 = Harga penutupan IHSG akhir bulan lalu
3. Resiko Sistematis ( β )
Perkiraan koefisien beta saham ( β ) digunakan sebagai indeks dan risiko saham beta. Perhitungan beta dilakukan dengan pendekatan regresi.
Rumus:
n Σ XY – Σ X Σ Y
β =
n Σ X2 – ( Σ X ) 2
(Husein Umar, 2003: 171)
Keterangan:
X = Tingkat keuntungan portofolio pasar (indeks pasar)
Y = Tingkat keuntungan saham
4. Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC)
Menurut Iramani dan Febrian (2005), dalam praktek pembiayaan atau pendanaan yang digunakan perusahaan diperoleh dari berbagai sumber. Dengan demikian biaya riil yang ditanggung oleh perusahaan merupakan keseluruhan biaya untuk semua sumber pembiayaan yang digunakan.
Rumus:
WACC = Wd . kd (1 – T) + Ws . Ks
Keterangan:
WACC = Biaya modal rata-rata tertimbang
Wd = Proporsi hutang dalam struktur modal
kd = Biaya hutang (cost of debt)
Ws = Proporsi saham biasa dalam struktur modal
ks = Tingkat pengembalian yang diinginkan investor
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan diatas dari teori yang telah dibahas, maka dapat disusun kerangka pikir yang menggambarkan tentang analisis penilaian kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan metode Economic Valeu Edded (EVA).
Gambar Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka berpikir penelitian ini menjelaskan bahwa untuk mengetahui kondisi kinerja keuangan suatu perusahaan telekomunikasi dapat menggunakan 4 macam teknik analisa yaitu Rasio Keuangan, Analisis Balance Scorcard, Metode EVA dan Analisis RADAR. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode EVA untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan Telekomunikasi. Dimana sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT. Indosat Tbk. Analisis EVA merupakan teknik analisis yang memperhitungkan keuntungan operasi setelah pajak dikurangi dengan biaya modal dari seluruh modal untuk menghasilkan laba yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil harapan-harapan para pemegang saham dan kreditur.
Keterangan:
a. Jika EVA > 0, hal ini menunjukan terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan, sehingga perusahaan dikatakan sehat.
b. Jika EVA < 0, hal ini menunjukan tidak terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan, sehingga perusahaan dikatakan tidak sehat.
c. Jika EVA = 0, hal ini menunjukan posisi “impas” karena laba telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang bersifat studi kasus. Dikatakan demikian karena dalam penelitian ini diperlukan adanya data-data untuk melengkapi penelitian, artinya untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan dengan menganalisa laporan keuangan, saham biasa dan IHSG.
B. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh pihak lain. Data sekunder yang penulis perlukan adalah:
1. Laporan keuangan perusahaan.
2. Harga saham bulanan masing-masing perusahaan.
3. Tingkat suku bunga SBI.
4. IHSG data yang diambil selama tahun 2005-2007.
Menurut Arikunto (2006: 129), “sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh “. Dalam penelitian ini data diperoleh dan dikumpulkan dari perusahaan yang berupa data yang sudah diolah seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi, dan laporan keuangan dari Pojok BEJ Universitas Muhammadiyah Malang yang berupa laporan tahunan perusahaan .
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Arikunto (2006: 130), “ populasi adalah keseluruhan objek penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan telekomunikasi yang listing di Pojok Bursa BEJ Universitas Muhammadiyah Malang selama periode 2005 – 2007.
Tabel Daftar perusahaan telekomunikasi di BEI
Sumber : Pojok BEJ Universitas Muhammadiyah Malang
2. Sampel
Menurut Arikunto (2006: 131), “ sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti ”. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu sampel yang dipilih berdasarkan atas adanya tujuan dan pertimbangan tertentu.
Pengambilan sampel yang digunakan adalah pada perusahaan telekomunikasi yang listing di BEI yaitu PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT. Indosat Tbk. Alasan penulis dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah:
1. Perusahaan tersebut memiliki data yang lengkap sesuai dengan variabel yang diteliti dalam penelitian ini, dan mudah dalam pencarian data bagi peneliti.
2. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT. Indosat Tbk merupakan perusahaan telekomunikasi yang tergolong LQ 45. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui kinerja keuangan perusahaan tersebut.
D. Difinisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006: 118). Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kinerja keuangan untuk mengetahui tingkat retabilitas (profitabilitas) yaitu menunjukan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba selama periode tertentu dan untuk mengetahui stabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan membayar beban bunga atau hutangnya.
b. Metode Economic Value Added (EVA) merupakan metode lain yang digunakan dalam menilai kinerja perusahaan yang memfokuskan pada penerapan nilai, dan hanya bisa menilai proses dalam periode 1 tahun. Di Indonesia Economic Value Added (EVA) biasa disebut dengan konsep Nilai Tambah Ekonomi (NITAMI).
c. EVA = Net Operating Profit After Tax (NOPAT) – Cost of Capital (COC)
EVA = NOPAT – COC
Keterangan:
NOPAT = EBIT – Beban Pajak
COC = Biaya Modal
EBIT = Laba operasi sebelum pajak
Secara sederhana, tolok ukur EVA adalah sebagai berikut:
1. Jika EVA > 0, hal ini menunjukan terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
2. Jika EVA < 0, hal ini menunjukan tidak terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
3. Jika EVA = 0, hal ini menunjukan posisi “impas” karena laba telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham.
d. Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC)
Dasar pemikiran penggunaan biaya modal rata-rata tertimbang adalah masing-masing sumber dan mempunyai biaya modal sendiri-sendiri juga besarnya dan dari masing-masing sumber dana tidak sama. Perhitungan biaya modal secara keseluruhan harus mempertimbangkan bobot/ proporsi yang berbeda komponen modal sesuai struktur modalnya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data untuk penulisan penelitian ini, penulis menggunakan metode dokumentasi yaitu dengan mencari data-data yang berupa catatan dalam hal ini adalah laporan keuangan, tingkat suku bunga bebas risiko, harga saham biasa IHSG mulai 31 Desember tahun 2006 sampai Desember tahun 2007.
F. Teknik Analisa Data
Langkah-langkah dalam menentukan nilai Economic Value Added (EVA) sebagai berikut:
1. Menghitung Biaya Hutang/ Cost of Capital (COC)
a) Hutang sebelum pajak
C + (M-NVd)/ n
Kd =
(M + NVd)/ 2
(Warsono)
atau
Beban Bunga
Kd =
Hutang Jangka Panjang
b) Hutang setelah pajak
ki = kd (1 – T)
Keterangan:
ki = Biaya utang setelah pajak
kd = Biaya utang sebelum pajak
T = Tarif pajak
2. Biaya Modal Saham Biasa (Cost of Equity)
ks = Rf + β (Rm – Rf)
Keterangan:
ks = Biaya laba ditahan
Rf = Tingkat pengembalian bebas risiko
β = beta, pengukuran sistematis sah
Rm = Tingkat pengembalian saham
Dengan tingkat fortofolio pasar ( Rm ) yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
IHSG t – IHSG t-1
Rm, t =
IHSG t-1
(Jogiyanto)
Keterangan:
Rm = Tingkat pengembalian yang diharapkan pasar
IHSG t = Harga penutupan IHSG akhir hari transaksi bulan ini
IHSG t-1 = Harga penutupan IHSG akhir bulan lalu
Perhitungan beta ( β ) dilakukan dengan pendekatan regresi yaitu:
n Σ XY – Σ X Σ Y
β =
n Σ X2 – ( Σ X ) 2
(Husein Umar)
Keterangan:
X = Tingkat keuntungan portofolio pasar (indeks pasar)
Y = Tingkat keuntungan saham
3. Menghitung Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (WACC)
WACC = Wd . kd (1 – T) + Ws . Ks
Keterangan:
WACC = Biaya modal rata-rata tertimbang
Wd = Proporsi hutang dalam struktur modal
kd = Biaya hutang (cost of debt)
Ws = Proporsi saham biasa dalam struktur modal
Ks = Tingkat pengembalian yang diinginkan investor
4. Menghitung EVA
EVA = NOPAT – COC
(Iramani dan Febrian)
Keterangan:
NOPAT = EBIT – Beban Pajak
COC = Biaya Modal
EBIT = Laba operasi sebelum pajak