Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru Di Lahan Sawah Irigasi

Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru Di Lahan Sawah Irigasi 
Kebutuhan beras setiap tahun makin bertambah seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Pada tahun 2002, penduduk Indonesia berjumlah 210 juta jiwa dan produksi padi mencapai 51,4 juta ton gabah kering giling (GKG). Dengan laju pertambahan penduduk rata-rata 1,7% per tahun dan kebutuhan per kapita sebanyak 134 kg, maka pada tahun 2025 Indonesia harus mampu menghasilkan padi sebanyak 78 juta ton GKG untuk mencukupi kebutuhan beras nasional. Dengan cara budidaya dan menggunakan varietas unggul yang ada pada dewasa ini, pada tahun 2025 pemerintah harus mengimpor beras sebanyak 18 juta ton atau setara dengan 24 juta ton GKG (B. Abdullah, 2004). Dilain pihak laju peningkatan produktivitas padi di Indonesia telah melandai (levelling off). 

Pelandaian produktivitas lahan sawah dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain penurunan kandungan bahan organik tanah, penurunan penambatan N2 udara pada tanah sawah, penurunan kecepatan penyediaan hara N, P dan K dalam tanah, penimbunan senyawa-senyawa toksik bagi tanaman (gas H2S), asam-asam organik, ketidak seimbangan penyediaan hara, kahat hara mikro (Cu, Zn), kahat Fe dan S, tanah terlalu reduktif, penyimpangan iklim, tekanan biotik dan varietas (Puslitbangtan, 2001). 

Namun demikian, peluang peningkatan produksi masih terbuka melalui pendekatan pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) dan memanfaatkan gejala heterosis pada varietas unggul padi hibrida dan perakitan varietas unggul padi tipe baru dengan memanfaatkan padi jenis javanika atau japonika tropis sebagai tetua persilangan (Suwarno et. al., 2003). 

Di Cina, India, Vietnam, dan Filipina, penerapan teknologi padi hibrida secara komersial mampu meningkatkan hasil padi sebesar 15-20% dibanding varietas unggul inbrida. Belajar dari keberhasilan negara-negara tersebut dalam pengembangan padi hibrida, Badan Litbang Pertanian berupaya pula merakit padi hibrida yang sesuai untuk dikembangkan di Indonesia. Dalam beberapa pengujian, terutama di lahan yang subur dan tidak endemis hama dan penyakit, hasil padi hibrida yang telah dihasilkan 10-20% lebih tinggi dibanding varietas unggul IR-64, Memberamo, dan Ciherang (Suwarno, et. al., 2003).

Badan Litbang Pertanian juga telah merakit padi tipe baru (PTB) dengan memanfaatkan plasma nutfah yang ada. Padi tipe baru dirancang agar fotosintat terdistribusikan secara lebih efektif ke malai/gabah. Potensi hasil PTB diharapkan 20-30% lebih tinggi dari varietas unggul baru (VUB) IR-64 dan Ciherang. Peningkatan selanjutnya diharapkan dapat dicapai dengan memanfaatkan gejala heterosis melalui pengembangan padi hibrida dengan menggunakan padi tipe baru sebagai tetua (Suwarno, et. al, 2003).

Namun untuk dapat menerapkan teknologi padi hibrida dan padi tipe baru diperlukan penyediaan varietas unggul padi hibrida dan padi tipe baru yang berdaya hasil tinggi, teknologi produksi benih yang ekonomis, sistem perbenihan yang mampu menjamin ketersediaan benih, dan teknologi budidayanya.

Adapun tujuan dari kajian keragaan beberapa varietas unggul baru ini adalah untuk mengetahui adaptasi dari beberapa varietas unggul baru yang digunakan dalam hubungannya dengan hasil padi yang diperoleh di lahan sawah irigasi Jaro Desa Kampung Baru Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan.

BAHAN DAN METODE
Kajian keragaan beberapa varietas unggul baru ini dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2004 di lahan sawah irigasi Jaro Desa Kampung Baru, Kecamatan Jaro, Kabupaten Tabalong dengan luas areal tanam sekitar 1,7 ha atau sekitar 0,3 ha per varietas unggul baru yang ditanam. Teknologi budidaya kajian keragaan beberapa varietas unggul baru ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT). Metode yang digunakan adalah metoda observasi dengan 3 ulangan. Ada 6 varietas unggul baru yang digunakan adalah 2 varietas padi unggul tipe baru (Fatmawati dan Gilirang), 2 varietas unggul padi hibrida (Maro dan Rokan), dan 2 varietas unggul baru (Cigeulis dan Ciherang). Sebagai kontrol diamati juga tanaman padi petani (teknologi petani).

Paket teknologi PTT yang digunakan terdiri dari beberapa komponen teknologi utama seperti penggunaan bibit muda umur antara (15-20) HSS, ditanam menggunakan jarak tanam 20cm x 20cm dengan jumlah bibit (1-3) bibit per rumpun, kecuali padi hibirida Maro dan Rokan umur 21 hss dengan 1 bibit per rumpun, pemberian bahan organik (pupuk kandang) dengan takaran 2 ton/ha, pemberian pupuk N dilakukan berdasarkan hasil kesesuaian warna daun dengan skala BWD <4 untuk varietas unggul baru (Ciherang dan Cigeulis) dan skala BWD <5 untuk varietas unggul tipe baru (Fatmawati dan Gilirang) dan padi hibrida (Maro dan Rokan), pemberian pupuk P dan K berdasarkan hasil uji tanah. Kemudian komponen teknologi lainnya yaitu pengendalian gulma terpadu dengan herbisida 1 kali dan secara manual 1 kali, pengendalian hama dan penyakit berdasarkan monitoring populasi hama.

Pemupukan urea (N) dengan menggunakan bagan warna daun (BWD) pada umumnya diberikan 2 kali pemberian. Pemupukan urea pertama sebagai pupuk dasar diberikan pada umur 7 hari setelah tanam (HST), dengan takaran 75 kg Urea/ha untuk varietas unggul baru (Cigeulis dan Ciherang) dan 100 kg Urea/ha untuk padi tipe baru (Fatmawati dan Gilirang dan padi hibrida (Maro dan Rokan). Sedangkan seluruh takaran pupuk P dan K masing-masing 75 kg SP-36/ha dan 50 kg KCl/ha diberikan sebagai pupuk dasar pada umur 7 hst. Pemberian pupuk Urea (N) susulan ke 2 dengan takaran 75 kg Urea/ha dilakukan apabila warna daun padi sudah mendekati warna skala <4 pada BWD untuk varietas unggul baru, sedangkan bila warna daun padi pada skala BWD < 5 diberikan pupuk urea susulan ke 2 dengan takaran masing-masing 100 kg Urea/ha untuk varietas padi tipe baru dan padi hibrida. Monitoring dengan alat BWD dihentikan bila tanaman padi varietas unggul baru sudah keluar malai sekitar 10%, namun untuk padi tipe baru dan padi hibrida masih diberikan pupuk urea susulan ke 3 dengan takaran masing-masing 50 kg Urea/ha.

Pemeliharaan tanaman dilaksanakan dengan pengendalian gula terpadu dan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pengendalian gulma umumnya dilakukan 2 kali, yang pertama dilakukan pada umur sekitar 21 hari setelah tanam dan yang kedua dilakukan pada umur sekitar 42 hari setelah tanam. Penyiangan pertama dilakukan dengan menggunakan herbisida dan penyiangan kedua secara manual dengan tangan. Sedang pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan monitoring populasi hama secara priodek. Apabila terjadi serangan hama, maka dilaksanakan penyemprotan dengan menggunakan insektisida sesuai dosis anjuran. Untuk mengatasi serangan tikus, maka di areal pertanaman dilakukan pemasangan/pemagaran plastik.

Pengamatan yang dilakukan pada kegiatan ini adalah: 
(1) Analisa tanah sebelum tanam, 
(2) Hasil gabah (t/ha), k.a. 14%), ditentukan dari rata-rata ubinan ukuran 2m x 5m dengan tiga ulangan, 
(3) Komponen hasil, ditentukan dari rumpun contoh, meliputi jumlah malai/rumpun, jumlah gabah per malai, persentase gabah isi, dan bobot 1000 butir gabah isi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Fisik dan Kimia Tanah Lokasi Kegiatan
Hasil uji tanah pada lokasi kajian keragaan beberapa varietas unggul baru di lahan sawah irigasi Jaro Desa Kampung Baru , Kecamatan Jaro, Kabupaten Tabalong disajikan pada tabel.

Tabel Sifat Fisik dan Kimia Tanah pada Lokasi Kegiatan Keragaan Penampilan Beberapa Varietas Unggul Baru di Lahan Sawah Irigasi Jaro Desa Kampung Baru Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan MK. 2004.

Sumber: Laboratorium Tanah BPTP Kalsel, 2004.

Dari tabel dapat diketahui bahwa kondisi kesuburan tanah pada lokasi kajian keragaan beberapa varietas unggul baru dilihat dari sifat fisik dan kimia tanahnya adalah termasuk kurang subur, hal ini ditandai dengan kandungan C-organik yang rendah, kandungan P tanah (HCl 25%) tergolong sedang dan kandungan K tanah (HCl 25%) termasuk rendah. Dari hasil uji tanah inilah dapat diketahui rekomendasi (anjuran) takaran pupuk P (SP-36) dan K (KCl) di lokasi kegiatan, masing-masing adalah 75 kg SP-36/ha dan 50 kg KCl/ha (Makarim, et. al., 2003).

Kajian Keragaan Hasil Beberapa Varietas Padi Unggul Baru 
Hasil padi dari kajian keragaan beberapa varietas unggul baru di lahan sawah irigasi Jaro Desa Kampung Baru Kabupaten Tabalong seperti varietas unggul tipe baru (Fatmawati dan Gilirang), variertas unggul padi hibrida (Maro dan Rokan), dan varietas unggul baru ( Cigeulis dan Ciherang) disajikan pada tabel.

Tabel. Hasil dan Komponen Hasil Padi pada Keragaan Penampilan Beberapa Varietas Unggul Baru, 2 Varietas Tipe Baru (Fatmawati dan Gilirang), 2 Varietas Unggul Padi Hibrida (Maro dan Rokan), 2 Varietas Unggul Baru (Cigeulis dan Ciherang) di Desa Jaro, Kab. Tabalong, MK. 2004.


Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil padi hibrida (Maro dan Rokan) adalah paling tinggi, yaitu 7,2 t/ha gkg dan 6,8 t/ha gkg, kemudian diikuti oleh masing-masing hasil padi varietas unggul baru (Cigeulis dan Ciherang) dan hasil padi tipe baru (Fatmawati dan Gilirang), yakni berturut-turut 6,5 t/ha gkg, 6,2 t/ha gkg, 6,1 t/ha gkg dan 5,7 t/ha gkg. Hasil padi ini sejalan dengan hasil padi yang dilaporkan oleh (Balitpa, 2003) bahwa pada wilayah yang sesuai, varietas padi hibrida Maro dan Rokan ini mampu memberikan hasil 1,0 -1,5 t/ha atau 15-20% lebih tinggi dari pada varietas inbrida IR-64.

Keberhasilan pengembangan padi hibrida sebagian terletak pada penyediaan benihnya. Benih padi hibrida hanya dapat digunakan untuk satu musim tanam, sehingga setiap kali tanam harus menggunakan benih baru. Bila hasil panen ditanam ulang maka hasil pertumbuhan tanaman tidak seragam, sebagian steril, dan hasil yang diperoleh rendah (Laporan Tahunan, 2004). Hal ini memberi peluang bagi industri benih untuk mengembangkan padi hibrida di Indonesia. 

Berbeda dengan pengembangan benih varietas unggul (inbrida) yang lebih mudah diadopsi petani, sepanjang benihnya tersedia di daerah setempat. Sayangnya, pengalaman sejumlah petani di beberapa daerah menunjukan bahwa benih varietas unggul baru tidak mudah diperoleh. Hal ini merupakan tantangan dalam pengembangan varietas unggul.

Hasil padi tipe baru Fatmawati yang diperoleh pada kegiatan keragaan penampilan beberapa varietas unggul baru yang dilaksanakan di sawah irigasi Jaro Desa Kampung Baru adalah 6, 1 t gkg/ha. Hasil padi tipe baru Fatmawati ini sejalan dengan hasil pengkajian oleh Balitpa di lahan-lahan petani yang dilaksanakan oleh BPTP di beberapa lokasi, yaitu berkisar 5,9 t gkg/ha - 10,5 t gkg/ha (Makarim, et. al., 2004). Penelitian dan pengkajian ini menunjukkan bahwa produktivitas VUTB Fatmawati beragam antar lokasi. Keragaman produktivitas itu mengindikasikan perlunya perhatian terhadap kesesuaian VUTB dengan lingkungan dan penerapan teknik budidaya yang tepat pada lingkungan tersebut. 

Hasil padi yang tinggi diperoleh oleh padi hibrida dan padi tipe baru pada kajian keragaan beberapa varietas unggul baru yang dilaksanakan di lahan irigasi Jaro Desa Kampung Baru, mengindikasikan bahwa di wilayah (lokasi) tersebut sesuai untuk pengembangan padi hibrida dan padi tipe baru. Sehingga varietas-varietas unggul baru tersebut dapat beradaptasi cukup baik di lokasi tersebut. Hal ini berarti bahwa varietas-varietas unggul baru seperti padi hibrida (Maro dan Rokan) dan juga padi tipe baru (Fatmawati dan Gilirang) dapat dikembangkan di lahan irigasi yang sesuai di Kalimantan Selatan.

KESIMPULAN
Lahan sawah irigasi Jaro di Desa Kampung Baru, Kecamatan Jaro, Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan sangat sesuai atau berpotensi untuk pengembangan padi hibrida Maro dan Rokan, dan juga padi tipe baru Fatmawati dan Gilirang terutama dalam hubungannya dengan hasil padi yang diperoleh. Untuk padi hibrida (Maro dan Rokan) hasil padi yang diperoleh lebih tinggi, yaitu 7,2 t gkg/ha dan 6,8 t gkg/ha, kemudian diikuti oleh hasil padi unggul baru (Cigeulis dan Ciherang), yaitu 6,5 t gkg/ha dan 6,2 t gkg/ha dan padi tipe baru (Fatmawati dan Gilirang), yakni 6,1 t gkg/ha dan 5,7 t gkg/ha.

ABSTRAK
Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru di Lahan Sawah Irigasi Jaro Desa Kampung Baru Kabupaten Tablong Kalimantan Selatan. Kajian keragaan beberapa varietas unggul baru dilaksanakan di lahan sawah irigasi Jaro Desa Kampung Baru, Kecamatan Jaro, Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan, dimulai bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2004. Ada 6 varietas padi unggul baru yang digunakan dalam kegiatan ini, yaitu 2 varietas padi hibrida (Maro dan Rokan), 2 varietas unggul tipe baru (Fatmawati dan Gilirang), dan 2 varietas unggul baru (Cigeulis dan Ciherang). Teknik budidaya yang digunakan dalam kajian keragaan beberapa varietas padi unggul baru ini menerapkan pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT). Metoda yang digunakan adalah metoda observasi dengan tiga ulangan. Hasil padi yang paling tinggi ditunjukkan oleh padi hibrida Maro dan Rokan, yaitu 7,2 t gkg/ha dan 6,8 t gkg/ha, diikuti oleh varietas unggul baru Cigeulis dan Ciherang, yaitu 6,5 t gkg/ha dan 6,2 t gkg/ha dan varietas unggul tipe baru Fatmawati dan Gilirang masing-masing 6,1 t gkg/ha dan 5,7 t gkg/ha. Hasil padi beberapa varietass unggul baru ini jauh lebih tinggi dari hasil padi varietas unggul baru Ciherang yang ditanam petani (teknologi petani), yaitu hanya 3,5 t gkg/ha. Hal ini menunjukan bahwa beberapa varietas unggul baru seperti padi hibrida Maro dan Rokan, dan juga padi tipe baru Fatmawati dan Gilirang dapat beradaptasi cukup baik di lahan sawah irigasi Jaro Desa Kampung Baru, Kecamatan Jaro, Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan dalam hubungannya dengan hasil padi yang diperoleh. Dengan demikian daerah Kalimantan Selatan sangat berpotensi atau sesuai untuk wilayah pengembangan padi hibrida Maro dan Rokan dan padi tipe baru Fatmawati dan Gilirang.
Kata Kunci : padi hibrida, padi tipe baru, padi unggul baru, PTT dan lahan sawah irigasi.

DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian Tanaman Padi, 2003. Deskripsi varietas unggul 1999-2002. Balitpa. Badan Libang Pertanian.

B. Abdullah, 2004. Pengenalan VUTB Fatmawati dan VUTB lainnya. Panduan Pelatihan Pemasyarakatan dan pengembangan padi varietas unggul tipe baru. Balitpa, Sukamandi, 31 Maret-3 April 2004.

Makarim, Irsal Las, A.M. Fagi, I. N. Widiarta, D. Pasaribu, 2004. Pedoman Bagi Penyuluh Pertanian. Padi Tipe Baru : Budi daya dengan Pendekatan Pengelolaan Terpadu. Hermato (Penyunting). Badan Litbang Pertanian. Puslitbangtan. Balitpa Sukamandi.

Makarim, I.N. Widiarta, Hendarsih S., dan S. Abdurahman. 2003. Pengelolaan Hara dan Pengendalian Hama Penyakit. Puslitbangtan. Deptan, Bogor.

Laporan Tahunan, 2004. Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Sunihardi dan Hermanto (Penyusun). Badan Litbang Pertanian. Puslibantan, Bogor.

Suwarno, B. Suprihatno, Satoto, B, Abdullah, U.S. Nugraha dan I.N. Widiarta., 2002. Panduan Teknis : Produksi Benih dan Pengembangan Padi Hibrida dan Padi Tipe Baru. Badan Litbang Pertanian-Deptan. 24p

Puslitbangtan, 2001. Pengelolaan Tanaman Terpadu.: Pendekatan Inovatif Sistem Produksi Padi. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 23 No. 2. Badan Litbang Pertanian-Puslitbangtan, Bogor.
 

Contoh Contoh Proposal Copyright © 2011-2012 | Powered by Erikson