Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Metode Economic Value Added (Eva) Dan Market Value Added (Mva)

Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Metode Economic Value Added (Eva) Dan Market Value Added (Mva) : Perkembangan Bursa efek Jakarta yang semakin marak akan memberi peluang investasi yang semakin besar kepada para investor yang menganggap bahwa pasar modal mampu memberikan manfaat sebagai sarana pengalokasian dana yang produktif untuk jangka panjang, dan ini diperlihatkan dengan kinerja perdagangan bursa efek Jakarta yang juga menujukkan hasil yang positif. Bursa efek Jakarta sebagai cikal bakal pasar modal di Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, hal ini juga dilihat dari jumlah perusahaan yang go pablik tercatat disana, dari sekian banyak perusahaan yang terdaftar tersebut ada perusahaan yang bergerak dibidang Otomotif dan Komponennya. misalnya di bidang produksi, perdagangan dan investasi, maupun konsumsi. Hal itu mengakibatkan lalu lintas barang dan jasa, serta faktor-faktor produksi seperti barang modal dan tenaga kerja bergerak semakin cepat antar negara dan antar kawasan. Tatanan perdagangan dunia yang lebih terbuka, transparan dan mempunyai aturan disiplin yang efektif, akan membuka peluang bagi negara-negara berkembang untuk meningkatkan akses pasar ke negara maju yang selama ini dirasakan protektif. Secara tidak langsung keadaan tersebut memunculkan konflik dari persaingan yang sangat ketat bagi perusahaan-perusahaan didalam negeri maupun diluar negeri. Begitu juga pada perusahaan yang bergerak di bidang industri otomotif perkembangan drastis pada industri otomotif. Selain komposisi pasar berubah, kompetisi terjadi secara terbuka dengan masuknya merek-merek asing ke Indonesia. Sejumlah prinsipal mulai melirik Indonesia sebagai tempat berinvestasi. 

Pertumbuhan penjualan produk otomotif baik roda dua dan roda empat juga terus melonjak. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Indonesia (Gaikindo) tahun 2004 penjualan roda empat diperkirakan mencapai 400.000 – 420.000 unit yang sudah direvisi dari angka sebelumnya 385.000 unit. Pada 2003 penjualan mencapai 354.208 unit naik dari tahun 2002 sebanyak 317.780. Sedangkan penjualan roda dua di Indonesia jumlahnya jauh lebih tinggi dari roda empat, yakni 2,28 juta unit tahun 2002 dan melejit lagi menjadi 2,7 juta unit tahun 2003. Pertumbuhan yang fantastik ini bukan berarti pasar kendaraan bermotor menjadi jenuh. Diprediksikan angka penjualan dua jenis kendaraan bermotor di tahun 2005 ini akan naik 10% dari total penjualan tahun 2004. 

Pasar otomotif di dalam negeri memang menunjukkan perkembangan yang siginifikan. jumlah industri komponen baru mencapai 250 perusahaan dengan komposisi perusahaan 80 persen bergerak di komponen roda dua dan 40 persen komponen roda empat. Bandingkan dengan Thailand yang merupakan pesaing Indonesia dalam sektor otomotif. Negara itu mempunyai sekitar 1.709 perusahaan komponen dengan 709 perusahaan sebagai pemasok komponen original untuk perusahaan perakitan atau OEM (Original Equipment Manufacturine) dengan perincian 386 sebagai pemasok untuk kendaraan roda empat, 201 perusahaan untuk roda dua dan 122 perusahaan memasok sekaligus untuk keduanya. Pertumbuhan otomotif roda dua maupun empat semakin marak, seiring dengan strategi baru pemain otomotif dunia untuk menjadikan Asia sebagai basis industri mereka. Indonesia menargetkan sebagai pemasok utama komponen di ASEAN bahkan mampu bersaing di pasar dunia. Hal ini ditegaskan oleh Dirjen Industri Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka Depperindag Subagyo. 

Untuk menghadapi paradigma tersebut, sudah selaknya manajer keuangan melakukan pengukuran atas kinerja perusahaan yang dikelolanya. Pengukuran tersebut dilakukan untuk dapat melihat kondisi sehat atau tidaknya perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan dapat menilai sampai sejauh mana perusahaan menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan secara efektif dan efisien , namun tidak mudah melakukan penguruan kinerja perusahaan yang benar-benar riel dan adil serta mampu mempertimbangkan harapan dari penyandang dana yaitu para kreditur dan pemegang saham. Secara internal perusahaan, terutama manajer keuangan perusahaan melakukan pengukuran kinerja agar dapat merencanakan dan mengevaluasi berbagai kesempatan yang berhubungan terhadap posisi keuangan sehingga dapat memberikan expected rate bagi pihak perusahaan dan penyadang dana.

Kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan analisis terhadap laporan keuangan. Dengan menggunakan laporan keuangan yang merupakan hasil dari serangkaian proses akuntansi, juga perhitungan modal akan dapat dinilai kemampuan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek, struktur modal, hasil usaha yang dicapai, beban tetap yang harus dibayar, distribusi aktiva serta efektifitas penggunaannya dan niali buku setiap lembar saham yang bersangkutan. Untuk mengukur kinerja perusahaan para pemegang saham atau investor memerlukan informasi yang relevan dan juga memerlukan alat pengukur kinerja yang tepat. 

Alat ukur yang sering digunakan dalam menilai kinerja perusahaan adalah ratio keuangan, rasio metode radar,dan balanced scorecard. Pada pengukuran kinerja dengan menggunakan rasio keuangan tolak ukur yang digunakan yaitu: pertama, rasio profitabilitas, yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Kedua, rasio aktivitas, yang mengikuti kemampuan kegiatan opearsional yang ada diperusahaan dalam menghasilkan produk. Ketiga, rasio leverage yang mengukur kemampuan perusahan dalam menggunakan sumber dana (struktur modal). Keempat, rasio litkuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kemapuan jangka pendeknya. Namun penggunaan konsep tersebut belum dapat memuaskan keingginan pihak manajemn khususnya bagi para penyandag dana (investor). Pihak manajemn dengan analisis rasio finansial tersebut belum cukup untuk mengetahui apakah telah terjadi nilai tambah ekonomis pada perusahaan, sedangkan bagi penyandang dana belum yakin apakah modal yang ditanamkan dimasa yang akan datang dapat memberikan hasil yang diharapkan. 

Pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan rasio metode radar tolak ukur yang digunakan ada 5 (lima) prespektif yaitu: rasio profitabilitas, rasio produktifitas, rasio utilitas Aktiva, rasio stabilitas dan rasio pontensi pertumbuhan. Namun rasio metode radar sering membingungkan investor karena perannya banyak sehingga kurang memenuhi tuntutan dunia bisnis dalam kompentisi. 

Selain metode radar dan analisis rasio, metode yang digunakan dalam melakukan pengukuran terhadap kinerja keuangan perusahaan adalah metode Econimis Value Added (EVA), di Indonesia dikenal dengan nilai tambah ekonomi (NITAMI). Kriteria yang digunakan meliputi biaya modal utang, Biaya modal saham, Biaya modal rata-rata tertimbang. 

EVA merupakan metode yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahan yang relevan. EVA meruapakan salah satu ukuran untuk kinerja operasional yang dicetuskan pertama kali oleh Streward dan Stern (1997). Analsis keuangan dari perusahaan konsultan stren streward and Co, sebagai jawaban terhadap metode penilaian yang baik. Penilaian kinerja keuangan dengan metode EVA menyadarkan eksekutif perusahaan dengan kepentingan shareholders atau pemegang saham. Mereka akan berfikir dan bertindak seperti yang dilakukan shareholders, yakni memilih investasi yang mampu memaksimalkan tingkat retrun dan meninggalkan cos of capital sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimalkan.

Widayanto ( 1993 :51 ) menyatakan bahwa konsep Economic Value added merupakan pendekatan baru dalam menilai kenerja perusahan secara adil, maksud kata adil disini adalah dalam konsep EVA ini para investor diperhatikan sepenuhnya kepentingan, harapan, dan derajad keadilannya yang diukur dengan menggunakan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada.

EVA merupakan alat analisis finasial untuk mengukur tingkat profitabilitas yang direlaitis dari operasi perusahaan. EVA meruapakan sistem yang disesuaikan dengan manajemen keuangan karena bertitik berat pada nilai bagi investor sistem ini berfokus pada jumlah modal dan arus kas dalam perusahaan. Mirza ( 1997:68 ) menyatakan berapa kelebihan EVA antara lain: EVA memfokuskan penilaiannya pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban biaya modal sebagai konsekuensi investasi, EVA relatif mudah dilakukan, hanya menjadi persoalannya adalah perhitungan biaya modal yang memerlukan data yang lebih banyak dan analisa yang lebih mendalam, EVA dapat digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembantu seperti standar industri atau data perusahaan yang lain. Kelebihan tesebut diimbangi dengan adanya kelemahan yaitu: EVA hanya mengukur hasil akhir, EVA terlalu bertumpuk pada kenyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan menggambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu padahal pada faktor-faktor lain terkadang justru lebih dominan, EVA sangat tergantung pada transparansi internal dalam perhitungan EVA secara akurat.

Penggunaan metode EVA dapat di jadikan acuan investor, kreditur, dan para pemegang saham dalam menentukan pilihan investasi dengan tingkat pengembalian maksimum tetapi dengan risiko tertentu, dengan risiko minimum tetap, dengan tingkat pengembalian tertentu.

Konsep lain yang dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan adalah metode Market Value Added (MVA). Metode ini bertujuan untuk menggambarkan perbedaan antara nilai pasar ekuitas dan jumlah modal ekuitas yang diinvestasikan investor (Brigham and Houston), dalam metode ini seorang investor akan mudah menilai keadaan suatu perusahaan dengan mengidentifikasi nilai tambah pasar yang diciptakan oleh perusahaan. 

Investor menyerahkan modal kedalam perusahaan dengan harapan manajer akan menginvestasikannya dengan produktif. Nilai pasar mencerminkan keputusan pasar mengenai bagaimana manajer yang sukses telah menginvestasikan modal yang sudah dipercayakan kepadanya menjadi lebih besar, tetapi sebelum menginvestasikan dananya, seorang investor perlu mengetahui kinerja perusahaantersebut. Atas pertimbangan tersebut peneliti tertarik untuk memilih perusahaan otomotif yang tercatat di bursa efek jakarta sebagai objek penelitian. 

Perusahaan otomotif yang listing pada bursa efek Jakarta ada 15 perusahaan tapi disini peneliti hanya meneliti 3 perusahaan otomotif, perusahaan tersebut antara lain adalah: PT. Astra Otoparts Tbk, PT. Goodyear Indonesia Tbk, PT. Indospring Tbk. Karena dilihat dari laporan keuangannya paling lengkap dan sahamnya masih aktif diperdagangkan di BEJ.

Perusahaan otomotif di Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk memasuki industri otomotif ASEAN, ini ditandai dengan perkembangan yang baik produsen komponen otomotif dalam negeri yang sudah memiliki akses pasar dan termasuk dalam pemasok global (Bisnis Indonesia, kamis, 26 januari 2004). Tren pertumbuhan otomotif dalam negeri sangat menggembirakan, ini terlihat dari nilai eksport industri komponen otomotif dalam negeri yang mencapai 600 juta dollar (AS) pada tahun 2000 dan mengalami peningkatan menjadi 650 juta dollar (AS) pada tahun 2001. Peningkatan akan diprediksi akan terus terjadi.

Seiring dengan strategi baru pemain industri otomotif dunia untuk menjadikan Asia sebagai basis industri mereka. Hal ini mendorong permintaan akan jenis komponen yang beragam juga semakin meningkat sehingga membuka peluang yang tidak kecil bagi industri otomotif di Indonesia untuk bersaing (kompas, jumat, 19 oktober 2003), sehingga peneliti ingin mengetahui apakah perusahaan otomotif yang sehat dan apakah perusahaan tersebut memberikan nilai tambah ekonomis.

A. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka untuk mempermudah pembahasan, penulis merumuskan masalah sebagai berkut:
1. Apakah Kinerja Keuangan Perusahaan Otomotif dan Komponennya yang terdaftar di BEJ selama periode 2003 sampai 2005 jika diukur dengan menggunakan EVA dan MVA?
2. Diantara perusahaan yang termasuk dalam sektor otomotif yang tercatat di BEJ selama periode 2003 sampai 2005, perusahaan manakah yang mempunyai kinerja yang paling baik?

B. Batasan Penelitian
Untuk memudahkan penganalisaan permasalahan dan pemecahan masalah, maka diperlukan batasan penelitian. Adapun pembatasan penelitian pada penulisan skripsi ini adalah: 
1. Periode penelitian pada tahun 2003-2005.
2. COC yang digunakan dalam penelitian ini adalah WACC (biaya modal rata-rata tertimbang).

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui apakah kinerja keuangan perusahaan otomotif yang tercatat di BEJ selama periode 2003 sampai 2005 dalam keadaan sehat dan memberikan nilai tambah ekonomis jika diukur dengan menggunakan EVA dan MVA.
b. Untuk mengetahui kinerja yang paling baik dari perusahaan otomotif yang tercatat di BEJ.

2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Investor 
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan untuk kepentingan investasi.

b. Bagi Emiten 
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan di bidang keuangan, terutama dalam rangka untuk mencapai tujuan manajemen keuangan yaitu memaksimumkan nilai kekayaan pemegang saham.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya 
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan atau referensi untuk penelitian lebih lanjut, terutama pada penelitian yang berkaitan dengan penilaian kinerja keuangan berdasarkan metode EVA dan MVA pada perusahaan, khususnya sektor Otomotif.
 

Contoh Contoh Proposal Copyright © 2011-2012 | Powered by Erikson