Mekanisme Terjadi Erosi Serta Erosi Menurut Jenis Dan Bentuknya

Mekanisme Terjadi Erosi Serta Erosi Menurut Jenis Dan Bentuknya 
1. Mekanisme Terjadi Erosi
Mekanisme terjadinya erosi oleh Nurpilihan (2000) diidentifikasikan menjadi tiga tahap yaitu:  
(i) detachment (penghancuran tanah dari agregat tanah menjadi partikel-partikel tanah); 
(ii) transportation (pengangkutan partikel tanah oleh limpasan hujan atau run off dan 
(iii) sedimentation (sedimen/pengendapan jumlah tanah tererosi); tanah-tanah tererosi akan terendapkan pada cekungan-cekungan atau pada daerah-daerah bagian bawah. 

Cekungan-cekungan yang menampung partikel-partikel tanah dari top soil yang tergerus akan menjadi lahan yang amat subur. Faktor-faktor signifikan yang mempengaruhi erosi adalah iklim terutama curah hujan, tekstur tanah; vegetasi dan topografi dan manusia; kecuali iklim maka faktor-faktor lainnya dapat dikendalikan oleh manusia.

Nurpilihan (2000) berpendapat diltinjau dari tekstur tanah maka dapat dikatakan bahwa tekstur pasir lebih mudah terhancurkan oleh butiran-butiran hujan menjadi partikel-partikel tanah dibandingkan dengan tekstur lainnya; hal ini disebabkan karena daya ikat antar partikel tanah dari tekstur pasir tidak kuat atau tidak mantap karena atau perekat antar partikel lemah yang disebabkan karena sedikitnya tekstur liat ( yang berfungsi sebagai semen diantara partikel-partikel tanah). Sedangkan tekstur liat paling mudah diangkut (transportasi) dibandingkan tekstur lainnya karena ukuran partikel tanah yang kecil dibandingkan dengan tekstur lainnya.

Drop size sangat berperan dan mempengaruhi proses erosi secara langsung, makin tinggi intensitas hujan maka semakin besar pula drop size hujan, sementara penelitian Wischmeier dan Smith (1958) mengungkapkan bahwa kecepatan drop size untuk jatuh ke permukaan tanah sangat tergantung dari besar kecilnya drop size. Semakin besar drop size semakin cepat pula jatuh ke atas permukaan tanah.

Erosi Menurut Jenisnya
Erosi ditinjau dari jenisnya dibagi menjadi empat yaitu:
i. Erosi lembar (sheet erosion) ; yaitu erosi yang akibatnya tidak dapat dilihat secara kasat mata; karena pengikisan tanah yang diakibatkan oleh limpasan hujan sangat tipis (sheet/lembar). Keadaan ini baru dapat terlihat apabila kejadian erosi lembar ini sudah berulang kali terjadi atau telah kejadiannya telah bertahun-tahun sehingga terjadi produktivitas lahan menurun yang diikuti oleh menurunnya produksi tanaman yang; atau bila dapat juga dilihat bila kita membuat profil tanah maka dapat dilihat bahwa telah terjadi penipisan top soil dari tahun ke tahun. Namun pembuatan profil tanah yang terus menerus tidak dapat dilakukan mengingat efisiensi waktu dan biaya. 

ii. Erosi alur (reel erosion); yaitu tingkat erosi yang terjadi di permukaan lahan sudah menunjukkan gejala adanya alur-alur sebagai jalannya air hujan yang menyerupai parit-parit kecil di atas permukaan lahan. Besarnya alur-alur jalannya air ini amat tergantung dari kemiringan lereng dan besarnya intensitas hujan; makin miring lahan dan makin besar intensitas hujan maka makin besar alur jalannya air hujan yang terjadi.

iii. Erosi parit (gully erosion); yaitu tingkat erosi yang mengakibatkan timbulnya parit-parit sebagai jalannya air hujan di atas permukaan lahan. Bentuk parit ini bervariasi yaitu bila bentuk parit yang disebabkan drop size ini menyerupai huruf U ; hal ini menandakan bahwa tekstur lahan yang tergerus adalah tekstur pasir; sementara bila bentuk paritnya berbentuk V maka dapat diprediksi bahwa lahan tersebut bertekstur liat. Keadaan ini disebabkan karena tekstur liat sulit sekali dihancurkan oleh butir-butir hujan sementara tekstur pasir sangat mudah dihancurkan oleh butiran-butiran hujan; sehingga menyebabkan perbedaan bentuk yang ditimbulkan oleh drop size dari curah hujan yang memukul tanah. 

iv. Erosi tebing sungai (steam bank erosion); yaitu erosi yang terjadi pada tebing sungai. Air sungai yang mengalir dan menghantam tebing sungai akan mengakibatkan terjadinya erosi tebing sungai sehingga lama kelamaan lahan tersebut semakin lama semakin banyak tergerus oleh air sungai dan terjadilah erosi tebing sungai yang pada gilirannya lahan pertanian disekitar tebing sungai akan mengecil dan lebar sungai akan menjadi lebih lebar. Untuk mengatasi hal ini biasanya petani menanam tanaman yang mempunyai perakaran kuat menahan aliran air dan kuat pula memegang tanah; misalnya tanaman bambu di sekitar tebing sungai untuk menahan erosi yang terjadi; karena menurut kenyataannya tanaman bambu mempunyai perakaran yang kuat memegang tanah.

v. Longsor; para pakar Teknik Tanah dan Air berpendapat bahwa longsor ini masuk kepada jenis erosi. Namun bila dilihat teori dari proses terjadinya erosi yang menyebutkan bahwa erosi adalah proses penggerusan lapisan tanah bagian atas oleh air dan angin, maka longsor ini perlu dikaji apakah masuk pada proses erosi atau tidak. Longsor dapat saja terjadi tiba-tiba misalnya pada kejadian hujan yang deras tanpa adanya penggerusan tanah lapisan atas terlebih dahulu; atau ada kemungkinan terjadinya longsor disebabkan oleh karena adanya lapisan aquifer tanah yang tidak stabil. 

Erosi Berdasarkan Kejadiannya
Dilihat dari kejadiannya maka erosi dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:
a. Natural erosion atau erosi secara alami; yaitu macam erosi yang terjadi secara alami tanpa campur tangan manusia, dan
b. Accelerate erosion atau erosi yang dipercepat; yaitu erosi yang dipercepat karena ulah manusia yang tidak mengikuti kaidah-kaidah konservasi tanah dan air. Tindakan manusia ini sangat memacu percepatan erosi; misalnya penebangan hutan yang semena-mena tanpa mengindahkan kaidah konservasi tanah dan air, menanam tanaman budidaya searah lereng bukan memotong lereng dan lain-lain.

Selain bentuk dan jenis-jenis erosi di atas maka Schwab (1999) menyatakan bahwa ada satu lagi jenis erosi yang disebut erosi percikan (splash erosion); yaitu terjadinya percikan tanah akibat dari jatuhnya butiran hujan dan memercikkan partikel tanah kesamping kiri dan samping kanan lahan.
 

Contoh Contoh Proposal Copyright © 2011-2012 | Powered by Erikson