Pengertian Dan Penjelasan Anomali Efek Liburan
Telaah teoritis dan beberapa penelitian empiris telah mencoba mengaitkan antara peristiwa hari libur tertentu dengan kinerja pada bursa efek. Dampak dari peristiwa hari tertentu tersebut dinamakan efek liburan. Untuk mengetahui pengaruh dari peristiwa hari libur tertentu terhadap kinerja bursa, faktor yang dipertimbangkan, yaitu perkembangan transaksi perdagangan, nilai maupun perkembangan harga saham. Perkembangan faktor-faktor itu dibandingkan selama periode waktu pra libur dan pasca libur. Jika ada perbedaan yang signifikan antar waktu itu, maka dirumuskan peristiwa hari libur tertentu mempunyai pengaruh signifikanterhadap kinerja bursa. (Chris, 2009).
Hasil penelitian menunjukan kinerja bursa sebelum libur dapat terkena efek positif dan negatif. Terjadi efek positif apabila pasca libur diprediksikan perkembangan bursa akan membaik. Dengan demikian pembelian saham akan banyak dilakukan sebelum hari libur. Para investor akan ketinggalan kereta bila membeli saham dilakukan bursa pasca libur. Demikian pula akan terjadi efek negatif bila terjadi keadaan yang sebaliknya, yaitu sebelum libur, bursa efek sepi dari pembeli.
Beberapa peneliti mengungkapkan hal itu akan tergantung tergantung mood dari para investor, apakah mereka pada keadaan mood tinggi (highest mood) atau dalam keadaan mood rendah (lowest mood). Jika investor dalam keadaan mood tinggi, maka mereka akan berselera dan bersemangat bertransaksi. Sebaliknya jika dalam keadaan mood rendah mereka tidak akan bergairah dalam bertransaksi.
Telaah teori pada keuangan keperluan (behavior finance) menjelaskan, keputusan investor sangat mungkin didasarkan atas perilaku yang bias, emosi maupun mood. John R Nofsinger menjelaskan mood masyarakat (social mood) akan mewarnai mood para investor. Jika masyarakat umumnya merasa optimistis dalam melihat keadaan sosial ekonomi masyarakat, maka para investor di pasar modal juga akan cenderung optimistis dan dalam keadaan mood tinggi. Sebaliknya jika mood masyarakat pesimistis, maka investor akan cenderung pesimistis dan dalam keadaan mood rendah. Mood menggambarkan karakter yang sedang melekat pada diri investor. (Wahyudi, 2008).
Pengujian awal tentang efek liburan di lakukan di NYSE, AMEX dan NASDAQ dengan menggunakan indeks saham dengan nilai berbobot untuk periode 1963-1986 dan 1973-1986. Hari perdagangan dalam periode sampel di bagi menjadi 3 sub: hari perdagangan sebelum dan sesudah hari libur biasa serta seluruh perdagangan lainnya. Berdasarkan data imbal hasil pasar harian, mereka menghitung imbal hasil rata-rata harian untuk hari perdagangan sebelum hari libur biasa (pre holiday) dan hari perdagangan setelah hari libur biasa (post holiday).
Imbal hasil rata-rata harian untuk hari perdagangan setelah dikeluarkan hari perdagangan sebelum dan sesudah hari libur biasa dan libur perdagangan (ordinary day). Mereka menemukan bahwa imbal hasil rata-rata sebelum regular holidays terjadi di pasar modal Amerika Serikat. Tidak seperti bentuk imbal hasil sebelum hari libur, imbal hasil rata-rata setelah hari libur tidak menunjukkan bentuk yang berbeda.
Berdasarkan Roll (1983), imbal hasil tinggi yang disebabkan oleh January Effect dimulai akhir hari perdagangan bulan Desember, yaitu hari sebelum hari libur. Sesuai Pettengill (1989) dan Ariel (1990), dengan mengeluarkan hari perdagangan sebelum dan sesudah Tahun Baru dari sampel reguler holidays, penelitian ini akan menguji apakah ada tidaknya manifestasi January Effect terhadap Holidays Effect.
Di Amerika Serikat, sepertiga imbal hasil lebih dari indeks akan didapat pada saat hari-hari perdagangan sebelum hari libur yang terjadi pada saat pasar ditutup (Ariel, 1990). Lakonishok dan Smidt (1988), menemukan bahwa kira-kira 50 persen capital gain dari DJIA terjadi pada sepuluh hari libur setiap tahun. Karena itu, dapat dipercaya bahwa efek liburan adalah salah satu anomali yang terjadi di pasar modal.
1. Pasar Modal
Pasar modal dalam definisi yang sempit adalah suatu tempat yang terorganisir dimana sekuritas atau efek perdagangkan, yang kemudian disebut sebagai bursa efek.Definisi pasar modal menurut kamus Pasar Uang dan Modal adalah Konkret atau abstrak yang mempertemukan pihak-pihak yang menawarkan dan memerlukan dana jangka panjang , yaitu jangka satu tahun ke atas (Rahardja, 1989).
Fungsi bursa efek ini antara lain adalah menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran. Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat-surat berharga (efek) yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Efek adalah setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti hutang, rights, warrants, opsi atau setiap derivatif dari efek atau setiap instrumen yang ditetapkan oleh Bapepam sebagai efek. Sifat efek yang diperdagangkan di pasar modal (Bursa Efek) biasanya waktu panjang. Instrumen yang paling umum diperjualbelikan melalui bursa efek di Indonesia saat ini adalah saham, obligasi, dan rights. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan modal yang ditanamkan di perusahaan tersebut. (Halim, 2005)
Sedangkan bagi para investor, pasar modal dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk melakukan investasi. Sebelum ada pasar modal, investor hanya memiliki alternatif investasi yang terbatas, yaitu menyimpan uangnya di bank atau dalam bentuk real asset (misalnya rumah, tanah, perhiasan dan lain-lain).
Dalam melakukan investasi di pasar modal, para investor harus benar-benar menyadari bahwa disamping akan memperoleh keuntungan tetapi juga kemungkinan akan mengalami kerugian. Keuntungan atau kerugian tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan investor dalam menganalisis keadaan harga saham. Oleh karena itu, bermain di pasar modal tidak memiliki jaminan untuk mendapatkan capital gain saja tetapi juga akan sangat mungkin pula investor mengalami capital loss. (Dwiyatmoko, 2008)
2. Pasar Modal Indonesia
Pasar Modal di Indonesia terdiri atas lembaga-lembaga berikut (Indonesia Stock Exchange, 2008) :
1. Badan Pengawas Pasar Modal
2. Bursa efek, saat ini ada dua: Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya namun sejak akhir 2007 Bursa Efek Surabaya melebur ke Bursa Efek Jakarta sehingga menjadi Bursa Efek Indonesia.
3. Perusahaan Efek
4. Lembaga Kliring dan Penjaminan, saat ini dilakukan oleh PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia (PT. KPEI)
5. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, saat ini dilakukan oleh PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (PT. KSEI)
3. Konsep Dasar Pasar Efisien
Konsep pasar efisien pertama kali dikemukakan dan dipopulerkan oleh Fama (1970). Dalam konteks ini yang dimaksud dengan pasar adalah pasar modal (capital market) dan pasar uang. Suatu pasar dikatakan efisien apabila tidak seorangpun, baik investor individu maupun investor institusi, akan mampu memperoleh return tidak normal (abnormal return), setelah disesuaikan dengan risiko, dengan menggunakan strategi perdagangan yang ada. Artinya, harga-harga yang terbentuk di pasar merupakan cerminan dari informasi yang ada atau “stock prices reflect all available information”. Ekspresi yang lain menyebutkan bahwa dalam pasar yang efisien harga-harga asset atau sekuritas secara cepat dan utuh mencerminkan informasi yang tersedia tentang aset atau sekuritas tersebut.
Dalam mempelajari konsep pasar efisien, perhatian kita akan diarahkan pada sejauh mana dan seberapa cepat informasi tersebut dapat mempengaruhi pasar yang tercermin dalam perubahan harga sekuritas. Dalam hal ini Haugen (2001) membagi kelompok informasi menjadi tiga, yaitu (1) informasi harga saham masa lalu (information in past stock prices), (2) semua informasi publik (all public information), dan (3) semua informasi yang ada termasuk informasi orang dalam (all available information including inside or private information). Masing-masing kelompok informasi tersebut mencerminkan sejauh mana tingkat efisiensi suatu pasar.
Jones (1998) menyebutkan bahwa harga sekarang suatu saham (sekuritas) mencerminkan dua jenis informasi, yaitu informasi yang sudah diketahui dan informasi yang masih memerlukan dugaan. Informasi yang sudah diketahui meliputi dua macam, yaitu informasi masa lalu (misalnya laba tahun atau kuartal yang lalu) dan informasi saat ini (current information) selain juga kejadian atau peristia yang telah diumumkan tetapi masih akan terjadi (misalnya rencana pemisahan saham). Contoh untuk informasi yang masih membutuhkan dugaan adalah jika banyak investor percaya bahwa suku bunga akan segera turun, harga-harga akan mencerminkan kepercayaan ini sebelum penurunan sebenarnya terjadi.
4. Mengapa Pasar Dapat Diharapkan Efisien
Membahas pasar efisien, pasti menimbulkan pertanyaan mengapa harus ada konsep pasar efisien dan mungkinkah pasar efisien ada dalam kehidupan nyata. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kondisi-kondisi berikut idealnya harus terpenuhi (Gumanti, 2002):
1. Banyak terdapat investor rasional dan berorientasi pada maksimisasi keuntungan yang secara aktif berpartisipasi di pasar dengan menganalisis, menilai, dan berdagang saham. Investor- investor ini adalah price taker, artinya pelaku itu sendiri tidak akan dapat mempengaruhi harga suatu sekuritas.
2. Tidak diperlukan biaya untuk mendapatkan informasi dan informasi tersedia bebas bagi pelaku pasar pada waktu yang hampir sama (tidak jauh berbeda).
3. Informasi diperoleh dalam bentuk acak, dalam arti setiap pengumuman yang ada di pasar adalah bebas atau tidak terpengaruh dari pengumuman yang lain.
4. Investor bereaksi dengan cepat dan sepenuhnya terhadap informasi baru yang masuk di pasar, yang menyebabkan harga saham segera melakukan penyesuaian.
Kondisi-kondisi di atas mungkin terkesan kaku atau akan sulit untuk dapat dipenuhi dalam kehidupan sehari-hari. Harus diakui bahwa akan sulit sekali untuk mewujudkan kondisi sebagaimana di atas. Walaupun demikian, perlu dipertimbangkan seberapa dekat kondisi-kondisi tersebut dengan kenyataan yang ada di pasar satu per satu.
Investor pasti senantiasa memperhatikan pergerakan harga di pasar. Artinya, baik investor individual maupun institusi mengikuti pergerakan pasar tiap saat secara seksama, dan selalu siap untuk melakukan traksaksi beli atau jual manakala menurut perhitungan akan didapat hasil yang menguntungkan. Dengan kata lain, investor yang secara cepat dapat mengetahui potensi adanya nilai tambah akan dapat memperoleh keuntungan dengan menggunakan pilihan strategi yang tepat.
Walaupun untuk mendapatkan informasi diperlukan pengorbanan (tidak gratis), untuk institusi di dunia bisnis, pencarian berbagai jenis informasi sudah merupakan sesuatu yang biasa dan urusan biaya adalah sesuatu yang wajar dan banyak pelaku lain yang memperolehnya secara gratis (walaupun mungkin investor dikenai biaya broker atau jasa lainnya). Informasi yang ada dapat dengan mudah diperoleh dan hampir setiap saat sama seperti halnya informasi yang disampaikan lewat radio, televisi, atau alat komunikasi khusus yang tersedia bagi investor yang rela untuk membayar untuk mendapatkannya. Fleksibilitas dan bervariasinya sumber dan jenis informasi memungkinkan investor untuk mendapatkan informasi secara gratis.
Informasi diperoleh dalam bentuk acak dan bebas yang setiap saat dapat muncul. Artinya, hampir semua investor tidak dapat memprediksi kapan perusahaan akan mengumumkan perkembangan baru yang penting, kapan perang akan terjadi, kapan pemogokan tenaga kerja akan terjadi, kapan nilai tukar mata uang akan turun atau naik, atau kapan pemimpin negara akan mengalami serangan jantung dan mati mendadak. Walaupun ada ketergantungan terhadap beberapa informasi sepanjang waktu, tetap saja bahwa pengumuman suatu peristiwa, misalnya adanya corporate actions, adalah independen dan dapat muncul setiap saat, dengan kata lain acak.
Bila kondisi keempat terpenuhi, jelas bahwa hasil yang dapat diduga adalah investor akan dengan segera melakukan penyesuaian setiap saat ada informasi baru masuk ke pasar.
Lagipula, perubahan harga adalah independen dan tidak terpengaruh oleh harga yang lain dan harga bergerak dalam bentuk acak (random walk). Artinya, harga hari ini tidak terpengaruh oleh harga kemarin, karena harga yang terbentuk hari ini terjadi berdasarkan pada informasi baru yang masuk ke dan diterima di pasar. Dari paparan di atas, menunjukkan bahwa jika ke empat kondisi ideal yang disyaratkan terpenuhi, maka terwujudlah suatu pasar efisien.
a. Bentuk Pasar Efisien
Menurut Fama (1970) bentuk efisien pasar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yang dikenal sebagai hipotesis pasar efisien (efficient market hypothesis). Ketiga bentuk efisien pasar dimaksud adalah (1) hipotesis pasar efisien bentuk lemah (weak form of the efficient market hypothesis), (2) hipotesis pasar efisien bentuk setengah kuat (semistrong form of the efficient market hypothesis), dan hipotesis pasar efisien bentuk kuat (strong form of the efficient market hypothesis). Masing-masing bentuk pasar efisien tersebut terkait erat dengan sejauh mana penyerapan informasi terjadi di pasar.
Berbeda dengan Fama (1970) yang membagi jenis pasar efisien menjadi tiga berdasarkan pada kekuatan data yang ada, West (1975) membagi pasar efisien menjadi dua macam, yaitu pasar efisien secara operasional atau internal (operationally or internally efficient market) dan pasar efisien secara eksternal atau harga (price or externally efficient market).
Dikatakan pasar efisien secara operasional bilamana investor dikenai jasa transaksi semurah mungkin berkaitan dengan biaya-biaya atas terjadinya suatu transaksi. Contoh biaya-biaya transaksi di pasar modal (uang) adalah biaya komisi broker (brokerage commission), biaya eksekusi (execution fees), biaya-biaya lain, dan biaya peluang (opportunity loss) (Fabozzi dan Modligiani, 1996)
Adapun yang dimaksud dengan pasar efisien secara eksternal atau harga adalah suatu kondisi bilamana harga setiap saat benar-benar mencerminkan informasi yang tersedia (available information). Informasi yang tersedia tersebut merupakan informasi yang relevan untuk dipergunakan dalam penilaian sekuritas. Informasi relevan dalam hal ini adalah informasi yang dengan segera tercermin pada harga sekuritas.
Definisi pasar efisien juga dapat ditinjau berdasarkan pada distribusi informasi. Beaver (1986) mencoba untuk melihat pasar efisien dari sudut pandang distribusi informasi dengan mengatakan bahwa “a security market is said to be efficient with respect to an information system if and only if the prices act as if everyone observes the signals from that information system”. Menurut definisi ini, harga merupakan cermin dari adanya pemahaman menyeluruh (universal) atas suatu informasi, sehingga jika harga memiliki kandungan informasi, maka dikatakan bahwa harga yang terbentuk ‘sepenuhnya mencerminkan sistem informasi.
Terkait dengan definisi menurut Beaver (1986), pertanyaannya yang perlu dijawab sekarang adalah informasi apa yang dikatakan sebagai ‘mencerminkan sepenuhnya’ tadi. Tidak dapat disangkal bahwa informasi yang diyakini dapat mencerminkan harga akan menjadi sorotan banyak pihak yang berkepentingan di pasar modal. Pihak-pihak dimaksud antara lain adalah pembuat kebijakan (pemerintah, badan pengawas pasar modal atau asosiasi penentu kebijakan akuntansi), manajemen perusahaan sebagai pembuat laporan keuangan, akuntan (auditor) sebagai pihak yang memberikan sertifikasi, dan perantara informasi, seperti pelanggan dan pesaing, serta investor.
Walaupun ada tiga definisi pasar efisien yang kita kenal, pembahasan dalam tulisan ini ditekankan pada definisi pasar efisien menurut Fama (1970), karena definisi pasar efisien tersebut yang paling mendapat perhatian dan paling sering diuji. Selain itu, secara teoritis, operasional, dan empiris pengujian tiap bentuk pasar efisien memang berdasarkan pada teori pasar efisien yang dikemukan oleh Fama (1970).
1. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Lemah (Weak Form)
Dalam hipotesis ini harga saham diasumsikan mencerminkan semua informasi yang terkandung dalam sejarah masa lalu tentang harga sekuritas yang bersangkutan. Artinya, harga yang terbentuk atas suatu saham, misalnya, merupakan cermin dari pergerakan harga saham yang bersangkutan di masa lalu. Misalkan, ada bentuk musiman atas kinerja harga suatu saham yang menunjukkan bahwa harga saham akan naik menjelang tutup tahun (akhir tahun) dan kemudian turun pada awal tahun.
Berdasarkan pada hipotesis pasar efisien bentuk lemah, pasar akan segera mengetahui dan merevisi kebijakan harganya dengan melakukan perubahan terhadap strategi perdagangannya. Mengantisipasi kemungkinan penurunan harga pada awal tahun, pedagang akan menjual saham yang dimilikinya sesegera mungkin untuk menghindari kerugian sebagai akibat dari “jatuhnya” harga saham perusahaan yang diamati. Upaya yang dilakukan pedagang tersebut akan menyebabkan harga saham perusahaan secara keseluruhan akan turun. Investor yang cerdik tentu akan menjual saham yang dimilikinya pada akhir tahun untuk menghindari kerugian sebagai akibat dari menurunnya harga saham di awal tahun. Singkatnya, upaya pedagang untuk sesegera mungkin menjual saham tersebut akan secara umum menyebabkan terjadinya penurunan harga pada awal tahun. Bentuk yang sama juga terjadi bilamana sebuah saham memiliki karakter harga yang secara historis turun di akhir tahun dan naik di awal-awal perdagangan setiap tahun. Apabila kondisi pasar memang demikian, artinya bahwa harga yang terbentuk mencerminkan perilaku harga secara historis, bentuk pasar efisien lemah dapat dikatakan terpenuhi.
Jika hipotesis pasar bentuk lemah terpenuhi, dan akibatnya harga adalah bebas (independen) dari bentuk harga saham historis, maka dapat dikatakan bahwa perubahan-perubahan harga akan mengikuti kaedah jalan acak (random walk) manakala pengujian hanya dilakukan terhadap perubahan harga secara historis. Jalan acak adalah konsep statistik yang memprediksi bahwa keluaran (output) berikutnya (akan datang) dalam suatu urutan tidak tergantung pada keluaran (output) sebelumnya. Contoh sederhana dari penerapan kaedah jalan acak adalah pelemparan uang receh, yang misalnya, satu sisi bergambar kepala dan sisi lainnya bergambar pohon. Walaupun dalam tiga lemparan pertama yang keluar adalah gambar kepala, tidak berarti bahwa lemparan yang berikutnya akan keluar lagi gambar kepala. Hasil untuk lemparan berikutnya sama sekali tidak tergantung pada lemparan pertama atau kedua.
Karena sekuritas berisiko menawarkan return positif, kita dapat mengharapkan bahwa harga saham akan senantiasa naik atau mengalami apresiasi sepanjang waktu. Tetapi tren atau kecenderungan kenaikan tersebut tidak selamanya akan begitu, karena perubahan harga mengikuti kaedah jalan acak.
2. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Semi-Kuat (Semi-Strong Form)
Menurut hipotesis pasar efisien bentuk semi-kuat, dalam artikel yang lain Fama (1991) menyebutnya sebagai studi peristiwa (event studies), harga mencerminkan semua informasi publik yang relevan.
Di samping merupakan cerminan harga saham historis, harga yang tercipta juga terjadi karena informasi yang ada di pasar, termasuk di dalamnya adalah laporan keuangan dan informasi tambahan (pelengkap) sebagaimana diwajibkan oleh peraturan akuntansi. Informasi yang tersedia di publik juga dapat berupa peraturan keuangan lain seperti pajak bangunan (property) atau suku bunga dan/atau beta saham termasuk rating perusahaan.
Menurut konsep semi-kuat, investor tidak akan mampu untuk memperoleh abnormal returns dengan menggunakan strategi yang dibangun berdasarkan informasi yang tersedia di publik. Dengan kata lain, analisa terhadap laporan keuangan tidak memberikan manfaat apa-apa.Ide dari pandangan ini adalah bahwa sekali informasi tersebut menjadi informasi publik (umum), artinya tersebar di pasar, maka semua investor akan bereaksi dengan cepat dan mendorong harga naik untuk mencerminkan semua informasi publik yang ada. Jadi, informasi yang baru saja didapat dari membaca koran Bisnis Indonesia atau Kompas, misalnya mengenai penemuan obat baru atau ancaman akan munculnya perang di Kawasan Asia Timur atau Timur Tengah, dengan segera sudah tercermin pada harga sekuritas investor sudah tidak mungkin mendapatkan abnormal return ketika melakukan transaksi di pasar modal berdasarkan informasi publik tersebut. Harga pada tingkat beli atau jual saham sudah lebih dahulu mencerminkan informasi tersebut karena pasar akan dengan segera bereaksi. Berlawanan dengan pendukung hipotesis pasar efisien bentuk lemah, pada pasar efisien bentuk semi-kuat ada banyak investor yang berfikir bahwa mereka dapat memperoleh keuntungan dengan melakukan pengamatan secara seksama terhadap informasi publik yang tersedia di pasar, khususnya informasi akuntansi. Investor yang melakukan analisis dengan menggunakan data atau informasi akuntansi (dari laporan keuangan) dan dari sumber lain untuk mengidentifikasi saham yang salah harga (misprice) disebut investor tersebut melakukan analisis fundamental (Fundamental Analysis).
3. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Kuat (Strong Form)
Pasar efisien bentuk kuat menyatakan bahwa harga yang terjadi mencerminkan semua informasi yang ada, baik informasi publik (public information) maupun informasi pribadi (private information). Jadi, dalam hal ini, bentuk kuat mencakup semua informasi historis yang relevan dan juga informasi yang ada di publik yang relevan, disamping juga informasi yang hanya diketahui oleh beberapa pihak saja, misalnya manajemen perusahaan, dewan direksi, dan kreditor.
b. Pengujian Efisien Pasar
Menurut Dyckman dan Morse (1986) pengujian pasar efisien dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengujian berbasis informasi non-akuntansi dan pengujian berbasis informasi akuntansi. Pengujian berbasis informasi non-akuntansi didasarkan pada ketiga bentuk pasar efisien menurut Fama (1970) dan beberapa variasi yang masih berkaitan dengan aspek non-akuntansi. Sedangkan pengujian berbasis informasi akuntansi tidak mengikuti bentuk pasar efisien yang ada. Penelitian yang mencoba untuk menguji keberadaan pasar efisien sudah banyak dilakukan dengan berbagai macam pendekatan. Namun demikian, beberapa hal penting perlu mendapat perhatian.
Morse dan Dale sepertinya sepakat bahwa pasar modal di Amerika Serikat, setidaknya sampai dengan periode tahun 1980-an, masih tergolong ke dalam pasar efisien bentuk lemah. Salah satu bukti yang mendukung hipotesis tersebut adalah dari beberapa penelitian yang mencoba untuk menggunakan berbagai macam strategi perdagangan, misalnya dengan pendekatan hubungan return serial, filter rules atau putaran return (cycle returns), tidak ada yang mampu menghasilkan abnormal return.
Pada pengujian bentuk efisiensi semi-kuat, ada kecenderungan bahwa hasil yang diperoleh kurang meyakinkan dan kadang-kadang tidak jelas. Misalnya, nampaknya abnormal return jangka panjang dapat diperoleh setelah informasi tentang suatu peristiwa menjadi tersedia di pasar dan abnormal return juga terkait dengan sifat pasar dan sifat atau karakteristik khusus perusahaan. Namun demikian, Morse dan Dale (1986) menyatakan bahwa apakah abnormal return yang diperoleh merupakan fungsi dari kesalahan dalam model harga atau oleh sebab lain masih belum jelas.
Terkait dengan hasil pengujian pasar bentuk kuat, ada keyakinan bahwa peran dari informasi privat dalam menyumbang pasar efisien semakin tidak jelas. Dalam hal ini ada tanda-tanda bahwa ‘orang dalam’ (insiders) memiliki informasi yang tidak sepenuhnya tercermin dalam pergerakan harga sekuritas. Harga yang terbentuk di pasar sepertinya konsisten dengan anggapan bahwa penggunaan informasi dari orang dalam jauh sebelum adanya pengumuman resmi. Artinya, investor melakukan aksi jual-beli sekuritas sebelum informasi yang terkait dengan sekuritas tersebut dipublikasikan (diumumkan).
5. Indeks Bursa Saham
Indeks harga saham merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan saham. Di pasar modal, sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi, (Halim, 2005) yaitu:
1. sebagai indikator trend pasar.
2. sebagai indikator tingkat keuntungan.
3. sebagai tolak ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio.
4. memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif.
5. memfasilitasi berkembangnya produk derivatif.
Indeks pasar telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Indeks pasar saham yang paling sering digunakan di Amerika Serikat adalah Dow Jones Industrial Avarage. Indeks pasar lainnya adalah Indeks Gabungan S&P 500, Indeks Gabungan NYSE, indeks nilai pasar ASE dan sebagainya.
Selain indeks utama di atas, masih terdapat indeks-indeks lain yang digunakan oleh manajer investasi institusional seperti indeks saham Wilshire. Sedangkan di Bursa Efek Jakarta sendiri terdapat 5 (lima) atau jenis indeks, antara lain:
1. Indeks individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya.
2. Indeks harga saham sektoral yang menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor yaitu sektor primer (ekstraktif), sektor sekunder (industri manufaktur) dan sektor tersier.
3. Indeks LQ-45 yang menggunakan 45 perusahaan yang dipandang dari likuiditas perdagangan saham.
4. Indeks harga saham gabungan (IHSG) yang menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.
5. Indeks syariah atau JII (Jakarta Islamic Index) yang merupakan indeks terakhir yang dikembangakan oleh BEI yang bekerja sama dengan Danareksa Investment Management.
Secara umum, indeks pasar mengalami kenaikan dan penurunan secara serempak. Namun, terdapat perbedaan penting dalam besarnya pergerakan tersebut. Untuk memahami sebab terjadinya perbedaan tersebut, perlu dipahami terlebih dahulu mengenai cara pembentukan indeks saham itu sendiri. Ada tiga faktor yang membedakan indeks pasar saham yaitu besarnya cakupan saham yang ditunjukkan oleh indikator, berat relatif saham dan metode merata-ratakannya. Indikator pasar saham mencakup seluruh atau sebagian saham yang diperdagangkan kepada masyarakat umum. Besarnya cakupan untuk setiap indikator pasar tidaklah sama.
6. Indeks LQ-45
Indeks LQ-45 mencakup saham-saham dengan nilai pasar dan likuiditas yang tinggi yang terdiri dari 45 saham terpilih yang dapat mewakili pasar.
Rumus perhitungannya :
- Nilai pasar x saham diperdagangkan
- Nilai pasar
Tujuan indeks LQ-45 adalah sebagai pelengkap IHSG dan khususnya unuk menyediakan sarana yang objekti dan terpercaya bagi analisis keuangan, manajer investasi, investor, dan pemerhati pasar modal lainnya dalam memonitor pergerakan harga dari saham-saham yang aktif diperdagangkan. Kriteria seleksi pertama untuk menentukan suatu emiten dapat masuk dalam perhitungan Indeks LQ-45:
a. Berada di top 0% dari total rata-rata tahunan nilai transaksi saham dipasar regular.
b. Berada di top 90% dari rata-rata tahunan kapitalisasi pasar.
c. Tercatat di BEI minimum 30 hari bursa.
Setelah melewati seleksi pertama, saham harus melewati proses seleksi kedua:
a. Merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektornya dalam kualifikasi industry BEI sesuai dengan nilai kapitalisasi pasarnya.
b. Memilki porsi yang sama dengan sektor-sektor lain.
c. Merupakan urutan tertinggi berdasarkan frekuensi transaksi.
7. Imbal Hasil
Dalam aktivitas investasi baik investasi pada financial assets seperti saham dan obligasi maupun real assets seperti tanah dan real estate selalu ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu risiko dan tingkat keuntungan. Imbal hasil merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Imbal hasil dapat berupa imbal hasil realisasi yang sudah terjadi atau imbal hasil ekspetasi (expected return) yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa mendatang.( Bodie/Kane/Marcus, 2008)
Imbal hasil realisasi (realized return) merupakan imbal hasil yang telah terjadi. Imbal hasil realisasi dihitung berdasarkan data historis. Imbal hasil realisasi sangat penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Imbal hasil historis ini juga berguna sebagi dasar penentuan tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return) dan risiko di masa datang. (Bodie/Kane/Marcus, 2008)
Untuk menghitung imbal hasil realisasi pada periode penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan :
Rit : : actual return saham ke-i pada periode ke-t
Pit : harga saham ke-i pada periode ke-t
Pit-1: harga saham ke-i pada periode satu hari sebelum hari ke-t
BAB I :
BAB I :