Jenis-Jenis Parasit Pada Ikan Laut
Protozoa
Protozoa merupakan hewan uniseluler yang hidup soliter atau berkoloni, diperkirakan 50.000 spesies Protozoa yang sudah teridentifikasi. Habitat Protozoa adalah air laut, payau, air tawar, daratan yang lembab dan pasir kering. Sebagian besar Protozoa hidup bebas dan menjadi makanan organisme yang lebih besar. Beberapa Protozoa hidup sebagai parasit, diantaranya parasit pada ikan, yaitu : Tichodina, Ichthyoptirius, dan Heneguya (Suwignyo dkk., 1997). Parasit Protozoa dapat besifat fakultatif, obligat, ektoparasit dan endoparasit (Mollers dkk., 1986).
Noble dan Noble (1989), menyatakan bahwa berdasarkan alat geraknya Protozoa dibedakan atas lima golongan yaitu : Sarcomastighopora, Sarcodina, Apicomplexa, Ciliophora dan Myxozoa. Sarcomastighopora mencakup kelompok Mastighopora yang menggunakan flagella sebagai alat geraknya dan meliputi semua Protozoa yang memiliki satu atau lebih flagel pada seluruh stadia dalam siklus hidupnya. Sebagian besar Mastighopora hidup bebas, ditemukan pada berbagai habitat tetapi banyak yang bersimbiosis (komensalisme, mutualisme dan parasitisme) dengan vertebrata dan avertebrata. Mastighopora dibagi dalam tiga kelas, yaitu : Phytomastighopora, Zoomastighopora dan Opalinata. Phytomastighopora yang bersifat parasit pada ikan adalah Amyloodinium pillularis. Parasit ikan yang berasal dari kelas Zoomastighopora adalah Ichtyobodo necatrix yang menginfeksi kulit dan insang berbagai ikan air tawar. Cryptobia menginfeksi insang, usus dan darah ikan air tawar dan air laut (Grabda, 1991).
Platyhelminthes
Platyhelminthes berasal dari bahasa yunani ‘platy’ yang berarti pipih dan ‘helminthes’ yang berarti cacing. Filum ini merupakan kelompok hewan yang peratama kali memeprlihatkan pembentukkan lapisan ketiga (mesodermis). Keberadaan mesodermis pada embrio memungkinkan terbentuknya sebagian besar system organ pada Platyhelminthes. Terbentuknya mesodermis dan system organ bersamaan dengan pembentukkan daerah anterior, posterior dan terjadinya simetri bilateral. Tubuh bagian anterior merupakan bagian yang pertama kali berhadapan dengan lingkungan pada saat berjalan dan mempunyai indera paling banyak dibandingkan posterior (Suwignyo dkk., 1997).
Filum platyhelminthes tidak memiliki organ khusus untuk bergerak. Gerakannya merupakan akibat dari kontraksi kantung dermomuskular. System reproduksi berkembang sangat baik dan mengisi hampir seluruh tubuhnya. Filum Platyhelminthes terdiri dari empat kelas, yaitu Monogenea, Cestodaria, Cestoda dan Trematoda (Grabda, 1991).
Monogenea
Monogenea merupakan parasit yang panjangnya antara 1 mm sampai 20 mm. tubuh Monogenea pipih dorsoventral, memanjang dan oval. Monogea memiliki organ penempel yang berada di ujung posterior yang disebut dengan ophisthaptor (Grabda, 1991). Ophisthaptor terdiri dari satu piringan yang menonjol dan dilengkapi dengan 2 – 3 pasang kait besar dan 16 kair marjinal (Noble dan Noble, 1989).
Daur hidup Monogenea tidak memerlukan inang antara dan bersifat vivipar atau ovipar. Daur hidup Monegea yang bersifat ovipar dimulai dari menetasnya telur menjadi larva bersilia yang disebut Oncomirasidium. Oncomirasidium memiliki bintik mata, pharink, kepala dan kelenjar – kelenjar sebagaimana Monogenea dewasa. Oncomirasidium bergerak bebas selama 6 – 8 jam, kemudian mencari inang yang tepat. Oncomirasidium akan menempel pada kulit inang dan berkembang hingga menjadi dewasa (Grabda, 1991). Monogea vivipar memiliki larva yang berkembang dalam uterus dan dapat berisi sel – sel embrionik (Noble dan Noble, 1989).
Sebagian besar Monogea merupakan parasit pada ikan. Monogenea menginfeksi permukaan tubuh, sirip, mulut ikan dan insang. Makanan Monogenea berasal dari lender ikan, dinding epitel yang mengelupas dan darah (Grabda, 1991). Monogenea penyebab penyakit pada ikan adalah Dactylogyrus, Microcotyle, Ancrycephalus dan Gyrodactylus. Berdasarkan pola makannya terdapa dua tipe mulut monogenea, yaitu ventral (terletak di tengah) dan terminal (terletak di ujung). Monogenea dari sub ordo Monophistocotylea memiliki posisi mulut ventral sedangkan Monogenea dari sub ordo Polyophistocotylea memiliki posisi mulut terminal (Cheng, 1973).
Digenea
Digenea merupakan cacing yang berbentuk pipih dorsoventral, oval dan memanjang. Tubuh Digenea tidak bersekat – sekat dan memiliki bagian posterior yang jelas. Digenea memiliki dua organ pelengkap, yaitu oral sucker dan ventral sucker (asetabulum). Asetabulum digunakan untuk menempel pada tubuh inang (Kabata, 1985).
Siklus hidup Digenea biasanya melibatkan dua inang antara dan satu inang akhir. Inang antara pertama berupa moluska. Ikan dapat menjadi inang antara kedua atau inang akhir. (Moller dkk., 1986). Perkembangan stadia Digenea terdiri dari telur, mirasidium, sporocist, redia, serkaria, metaserkaria, dan Digenea dewasa (Grabda, 1991).
Digenea merupakan endoparasit yang menyerang usus, kandung kemih, empedu, dan darah inang. Patogenitas Digenea dewasa pada usus ikan lebih tinggi daripada larva yang menginfeksi jaringan. Parasit ini sangat berbahaya, terutama bagi ikan dalam stadia juvenil.
Cestoda
Cestoda dikenal sebagai cacing pita yang merupakan parasit pada vertebrata. Tubuh cacing dewasa terdiri dari scolex, leher yang pendek dan strobila. Scolex dilengkapi dengan alat penghisap dan kait untuk melekat pada dinding usus ikan. Leher merupakan daerah pertunasan. Strobilisasi menghasilkan strobila yang terdiri dari serangkaian proglotid dengan jumlah dapat mencapai seribu buah. Proglotid yang paling dekat dengan leher merupakan proglotid termuda dan sebaliknya. Pada proglotid terdapat alat reproduksi jantan dan betina. Pembuahan terjadi dalam satu proglotid dari satu cacing atau antara dua cacing (Suwignyo dkk., 1997).
Daur hidup Cestoda melibatkan beberapa inang. Perkembangan dari cestoda dimulai dari telur yang menetas menjadi larva bebas atau Coracidium, Procercoid, Plerocercoid, dan cacing dewasa (Moller dkk., 1986). Stadia larva dan Cestoda dewasa ditemukan sebagai parasit pada ikan. Plerocercoid Cestoda hidup pada rongga tubuh ikan, hati, ginjal dan gonad yang menyebabkan penurunan funsi organ – organ tersebut. Cestoda dewasa pada usus ikan dapat menyebabkan anemia dan penurunan berat badan (Grabda, 1991).
Crustacea
Tubuh Crustacea bersekat – sekat dan terdiri dari cephalothoraks, thoraks dan abdomen (Fernando dkk, 1972). Crustacea dikelompokkan dalam tiga ordo, yaitu : Copepoda, Branchiura dan Isopoda (Grabda 1991),
Copepoda
Copepoda merupakan ektoparasit yang menempel pada permukaan tubuh, mulut dan insang ikan. Copepoda memiliki karapas, dan memiliki 16 segmen. Bagian kepala bersatu dengan anterior membentuk Cephalothoraks (Grabda, 1991).
Lebih daripada 2000 Copepoda bersifat parasit pada ikan laut dan ikan air tawar, tetapi ada juga yang memiliki nilai ekonomis sebagai makanan ikan. Serangan Copepoda dapat mengakibatkan luka yang serius dan berakibat fatal. Parasit Copepoda yang menyerang ikan dikelompokkan menjadi dua, yaitu Poeclostomatida dan Siphonostomatoida (Kabata, 1979; dalam Grabda, 1991). Kelompok Poeclostomatida hidup bebas, komensal dan merupakan parasit pada ikan. Termasuk dalam kelompok ini adalah Bomolocida dan Ergasilus. Kelompok Siphonostomatoida tidak semuanya bersifat parasit, yang bersifat parasit misalnya Caligus dan Lernaea (Grabda, 1991). Caligus merupakan ektoparasit ikan yang memiliki mulut dan mampu berenang pada stadia dewasa (Noble dan Noble, 1989).
Siklus hidup Copepoda terdiri dari 1 – 5 stadia bebas (Nauplius) dan stadia parasit (Copepodid), I stadia pra dewasa dan stadia dewasa. Stadia Copepodid yang dapat menginfeksi inang disebut dengan larva chalimus (Mollers dkk., 1986).
Isopoda
Mollers dkk., (1986), menyatakan bahwa 450 spesies Isopoda merupakan parasit pada ikan Isopda dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu : Gnatiidae dan Cymothoide. Ganatiidae merupakan Crustacea yang bersifat parasit pada stadia larva yang disebut Praniza, sedangkan Cymothoide bersifat parasit pada stadia dewasa. Praniza menyerang insang dan rongga mulut ikan (Grabda, 1991).
Branchiura
Menurut Mollers dkk., (1986), sekitar 140 spesies Branchiura diketahui menginfeksi ikan dan 35 diantaranya hanya menginfeksi ikan laut. Branchiura memiliki mata faset besar, contohnya adalah Argulus sp. Tubuh Argulus sp, terbagi menjadi tiga bagian yaitu : cephalothoraks, thoraks dan abdomen. Struktur cephalothoraks Argulus sp mirip struktur cephalothoraks Caligus sp.
Argulus sp menginfeksi kulit ikan dengan cara menembusnya melalui stylet lalu mengeluarkan enzim pencernaan melalui dua saluran syphon. Infeksi Argulus sp dapat berakibat fatal bagi ikan kecil, belum diketahui sampai sejauh mana infeksi yang ditimbulkannya (Mollers dkk., 1986). Umumnya hal ini disebabkan oleh intensitas parasit yang menginfeksi dan perbedaan imunitas antara ikan kecil dan besar, selain itu proses adaptasi antara parasit dan inang juga dapat berpengaruh. Ikan besar yang telah berdaptasi dengan parasit yang menginfeksinya tidak menunjukkan tanda tanda sakit.
Acanthocephala
Acanthocephala atau cacing berkepala duri memiliki ciri khusus yang berupa proboscis yang dilengkapi duri (Mollers dkk., 1986). Proboscis berfungsi untuk menempel pada dinding usus inang (Kabata, 1985). Tubuh Acanthocephala berbentuk silindris, ramping dan berwarna putih kekuningan, merah hijau dan hitam. Acanthocephala tidak memiliki alat pencernaan (Mollers dkk., 1986). Acanthocephala menyerap nutrisi dengan seluruh permukaan tubuhnya (Grabda, 1991).
Daur hidup Acanthocephala memerlukan satu inang antara berupa Crustacea yang hidup di dasar perairan. Pada ikan air tawar Acanthocephala banyak ditemukan pada ikan belut. Daur hidup Acanthocephala terdiri dari telur, Acanthor, Pre acanthella, Acanthella, Reinkiste acanthella dan Acanthocephala dewasa.
Nematoda
Nematoda disebut juga ‘round worm’ atau cacing bulat. Nematoda miliki bentuk tubuh memanjang, silindris dan pada beberapa spesies menjadio pipih ke arah posterior. Dilihat dari anterior, daerah mulut dan sekitarnya memiliki simetri radial atau biradial (Suwignyo dkk., 1997). Parasit Nematoda biasanya hidup pada usus ikan. Sebagian Nematoda mnginfeksi otot rangka yang menyebabkan masalh serius dalam usaha buididaya (Mollers dkk., 1986).
Nematoda dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk kepala, ekor, daerah peralihan antara oesophagus dan usus. Nematoda jantan lebih kecil daripada Nematoda betina dan memiliki spikula yang dapat bergerak di bagian ujung ekor. Beberapa spesies Nematoda memiliki sucker, contohnya Cuculanus heteroshrous (Mollers dkk., 1986).
Daur hidup Nematoda terdiri dari empat stadia larva dan satu stadia dewasa. Nematoda membutuhkan satu inang akhir dan satu atau dua inang antara. Ikan merupakan inang Intermediet (antara) bagi parasit Nematoda. Inang antara pertama yang menyebabkan ikan terinfeksi adalah Crustacea. Beberapa spesies Nematoda menjadikan manusia sebagai inang akhir, misalnya cacing Anisakis yang menyebabkan penyakit Anisakiasis dan cacing Askaris yang menyebabkan Askariasis (Grabda, 1991).
Nematoda dewasa sering ditemukan pada usus dan jarang ditemukan pada jaringan, dengan kata lain larva Nematoda hampir selalu menyerang jaringan ikan. Parasit yang menyerang ikan lebih patogen disbanding parasit usus. Hasil metabolism parasit dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Parasit Nematoda yang menyerang jaringan adalah Cystoopsis, Philometra, Skrjabillanus.