Pentingnya Meyakini Hari Kiamat
Serangkaian upaya pembentukan manusia yang berakhlak mulia, pemahaman tentang hari kiamat banyak dirujuk sebagai bagian pembentukan karakter bagi Said Nursi. Para pemikir Islam dulu baik yang sezaman dengan Said Nursi maupun sebelumnya belum menafsirkan secara mendalam mengenai ayat-ayat dan hadis-hadis mengenai hari kiamat. Hari kiamat menjadi landasan fundamental dalam pemikiran Said Nursi. Karena itu, hari kiamat menjadi prinsip yang dapat mendorong terciptanya akhlak mulia yang menekankan sisi-sisi kejiwaan manusia.
Penekanan sisi kejiwaan, menurut Said Nursi melalui sifat dan kemampuan jiwa kita menunjukkan bahwa kita diciptakan untuk beribadah kepada Allah Swt. Mengenai kekuatan dan kemampuan kita untuk tinggal di sini, kita kalah bersaing dengan burung pipit yang paling lemah. Tetapi dalam hal ilmu, memahami kebutuhan kita, dan memohon serta beribadah, yang diperlukan untuk kehidupan rohani dan kehidupan akhirat, kita adalah raja dan komandan dari semua makhluk hidup. Lanjut Said Nursi:
Hai jiwaku ! Jika engkau menganggap dunia ini adalah tujuan utama kehidupanmu dan engkau bekerja dan senantiasa bekeda untuk kepentingan dunia, engkau akan menjadi seperti burung pipit yang paling lemah. Tetapi jika engkau menganggap akhirat adalah tujuan akhirmu, dan menganggap dunia ini sebagai ladang tempat menaburkan benih, sebuah persiapan bagi akhirat, dan bertindak dengan semestinya, engkau menjadi penguasa agung kerajaan binatang, hamba yang memohon kepada Allah Yang Maha Perkasa, dan menjadi tamu-Nya yang terhormat dan disayangi di dunia ini. Engkau bisa memilih salah satu pilihan itu. Jadi mintalah petunjuk dan keberhasilan dari jalan-Nya dari Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kutipan di atas menggambarkan secara tegas bahwa Said Nursi sangat yakin akan adanya hari kiamat yang dunia ini bukan tujuan akhir. Perjalanan manusia akan diteruskan ketika hari kiamat tiba dan membuka ruang-ruang baru bagi manusia yang baru dibangkitkan dari kubur. Karena itu, Said Nursi sangat menekankan agar manusia meyakini secara mendalam mengenai hari kiamat.
Sebenarnya Al-Qur'an mengajarkan 4 (empat) tujuan utama yakni untuk membuka dan membangun pada jiwa dan hati manusia eksistensi dan keesaan Allah, kenabian, kebangkitan Jasmani dan ketaatan terhadap Allah dan keadilan. Manifestasinya melalui Asma dan Sifat-Nya dan keteraturan serta harmoni sempurna yang sangat indah dalam eksistensi. Al-Qur'an menyebutkan peristiwa-peristiwa bersejarah tertentu khususnya yang akan terjadi sebelum hari kiamat. Hal ini memiliki tempat yang penting baik dalam Al-Qur'an maupun al Hadis. Al-Qur'an adalah Kitab Suci yang terakhir dan Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir.
Argumen Al-Qur'an mengenai hari kiamat yakni tindakan-tindakan universal mengacu pada hari kebangkitan, dan untuk menyentuh hati manusia mengenai kehebatan yang akan dilakukan Yang Kuasa pada hari akhir dan untuk mempersiapkan jiwa manusia untuk dapat menerima dan memahaminya, Al-Qur'an menyajikan kehebatan yang Dia lakukan di sini untuk mempersiapkan kita terhadap hal itu. Hal ini memberikan contohcontoh tindakan-tindakan besar Allah di dalam alam semesta yang luas (makro-kosmos) dan kadang kala menunjukkan pembuangan menyeluruh-Nya terhadap makro-kosmos, norma-kosmos dan mikro-kosmos, yakni alam semesta, umat manusia dan atom.
Contohnya ayat al-Qur'an berikut menekankan Kekuasaan Allah dan menyebutkan sebagai fakta, mengajak kita untuk memiliki keyakinan tentang pertemuan kita dengan Dia di akhirat : "Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang sebagaimana yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'arsy dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan makhluk-Nya, menjelaskan tanda-tanda kebesaran-Nya, supaya kamu meyakini pertemuanmu dengan Tuham-mu (13:2). "Penciptaan pertama alam semesta dan umat manusia menunjukkan "penciptaan kedua", Al-Qur'an menyajikan fenomena penciptaan alam semesta ini yang didefenisikan sebagai penciptaan pertama (56:62), sedangkan penjelasan tentang kebangkitan yang telah mati didefenisikan sebagai penciptaan. kedua (53:47), untuk membuktikan adanya Hari Kebangkitan.
Iman kepada akhirat merupakan dasar kehidupan manusia sebagai masyarakat maupun sebagai individu. Keimanan ini merupakan dasar untuk semua kebahagiaan dan kasih sayang, karena setelah iman kepada Allah, maka iman kepada hari kebangkitan berperan dalam melindungi sebuah tata sosial yang damai. Apabila kita tidak percaya bahwa kita akan dipanggil untuk memperhitungkan amal perbuatan kita, mengapa kita diharuskan menjalani hidup jujur dan benar. Tetapi, apabila kita berbuat menurut keyakinan bahwa kita harus menjalankan perhitungan amal perbuatan, kita akan hidup dengan taat dan benar.
Pada suatu kesempatan Said Nursi menulis : "Jangan takut terhadap kematian. Kematian bukanlah kepunahan abadi, tetapi hanyalah suatu perubahan dunia, pembebasan dari tugas-tugas kehidupan duniawi yang berat, dan sebuah tiket menuju dunia abadi tempat semua jenis keindahan dan rahmat sedang menantimu. Allah Yang Maha Pemurah yang mengirim kamu ke dunia, dan menjaga kamu tetap hidup di dalamnya untuk beberapa lama, tidak akan meninggalkanmu dalam kegelapan ruang kuburmu ke haribaan-Nya dan menjamin kamu menuju kehidupan abadi yang selalu bahagia. Dia akan memberimu karunia surga". Hanya kabar baik seperti ini sangat bermanfaat dan benar-benar dapat menjadi penghibur generasi tua dan membuat mereka menyongsong kematian dengan senyum.
Keyakinan ini mengingatkan kita semua bahwa kita harus yakin keberadaan hari kiamat. Kiamat pasti dating. Iman kepada hari kiamat juga merupakan sumber hiburan bagi mereka yang sedang generasi tua termasuk mereka yang sakit. Keyakinan secara mendalam akan adanya hari kiamat seolah merupakan obat dari penyakit yang tidak terobati. Said Nursi menjadikan hal yang sangat prinsip dalam meyakini hari kiamat ini.