Menanamkan Ikhlas, Takwa dan Sedekah

Menanamkan Ikhlas, Takwa dan Sedekah 
Said Nursi sangat menekankan kepada murid-muridnya untuk senantiasa ikhlas, takwa dan sedekah. Said Nursi sangat yakin keikhlasan, ketakwaan dan sedekah dapat membentuk karakter pribadi manusia. Kajian berikut menjelaskan secara mendalam bahwa ketiga hal ini menjadi dasar hidup dalam pembentukan manusia ideal dalam pandangan Said Nursi yang diisyaratkan secara implisit dalam Risale-i Nur untuk membentuk manusia ideal yang berakhlak mulia.

1) Ikhlas Menjadikan Manusia Filosof-sufi
Ikhlas adalah ciri muslim sejati. Setiap orang harus menjadikan sikap atau perilaku ikhlas sebagai bagian kepribadian mulia dirinya. Orang yang terbina keikhlasan dalam diri akan dalam meluluhkan dan membuat orang lain turut menjadi orang ikhlas. Ikhlas cenderung kepada amal keteladanan. Misalnya, ikhlas beramal ibadah hanya karena Allah semata.

Manusia seperti ini umumnya tanggap dalam melihat sesuatu pada esensinya melalui tafakur yang mendalam. Anjuran membaca Risale-i Nur adalah aktivitas untuk mencapai manusia sempurna. Dalam tafakurnya, ia dapat menyentuh kondisi di luar dirinya. Ikhlas diri dibawa Kekuasaan Allah sehingga menghasilkan daya pikir yang cemerlang dan hati yang suci. Sampai disini ia akan menjadi manusia sempurna dan memperoleh kebabagiaan.

Ikhlas kunci kemenangan, ketinggian derajat dan kemuliaan hati. Menjelma dalam relung-relung kalbu pribadi yang mulia. Dengan cara beramal ikhlas, berjiwa ikhlas, akan tercipta sebuah tatanan masyarakat yang kokoh dan maju. Bahkan jika setiap elemen masyarakat mempunyai rasa ikhlas yang kuatnya melebihi keempat elemen di atas, akan terbangun peradaban dunia yang maju.

Perilaku ikhlas banyak sekali ditemui seantero dunia ini, karena mereka mengetahui nilai ikhlas bagi kehidupan mereka akan mendatangkan kebajikan. Orang yang ikhlas dengan sendirinya akan bermanfaat bagi lingkungannya. Ia selalu memberi tanpa meminta balasan. Ia mengulurkan bantuan tanpa diminta. Bahkan, perbuatan tidak menyenangkan hatinya pun ia balas dengan senyuman dan sapaan mulia. Hatinya, begitu tenang dan menyenangkan.

Sifat ikhlas inilah yang akan memacu dan memicu lahirnya generasi unggulan yang siap bersaing di tatanan dunia global. Karena, hanya pribadi yang ikhlaslah yang sebenarnya paling berhak untuk mendapatkan tanda jasa dan penghargaan dari masyarakat, tanpa dia meminta atau mengharapkan.

Ciri-ciri orang ikhlas diisyaratkan dalam Risale-i Nur, sebagai berikut :
1. Ikhlas beriman
2. Ikhlas beribadah
3. Ikhlas beramal
4. Ikhlas mengingat mati
5. Ikhlas mengingat hari kiamat
6. Lebih menyukai jiwa mukmin lain daripada jiwanya sendiri
7. Tafakur imani
8. Tidak merasa benar sendiri
9. Bergabung dengan temannya dalam menuju kebenaran yang ada dihadapannya 
10. Berpegang kepada nilai-nilai kejujuran dan pencarian kebenaran yang ditetapkan oleh para ulama (Said Nursi 2003a,b).

Sarana mencapai keikhlasan menurut Said Nursi ada 2 (dua) yakni rabithatul maut (selalu mengingat mati) dan merenungi makhluk. Pertama, selalu mengingat mati, dijelaskan Said Nursi bahwa “mengingat mati justru menjauhkan manusia dari riya dan menjadikan orang yang mengingatnya selalu memelihara keikhlasan. Mengingat mati bisa membersihkan orang tersebut dari nafsu yang memerintahkan kepadanya kepada keburukan” (Said Nursi, 2003a, hlm. 308).

Dijelaskan Said Nursi bahwa para ahli Sufi dan ahli hakikat menjadikan rabithatul maut sebagai landasan dalam suluk mereka sebagaimana ayat-ayat al-Qur’an yang mereka ketahui : “Setiap nafs (diri) pasti merasakan kematian” (QS. Al-Imran : 185) “Sesesungguhnya kamu akan mati dan mereka pun akan mati” (QS. Az-Zumar :30).

Dengan mengingat mati mereka tidak akan berpikir akan kekal abadi sebagai cikal bakal panjang angan-angan. Mereka selalu membayangkan diri mereka sebagai orang-orang mati. Mengingat mati memberikan manfaat yang luas. Said Nursi mengutip hadis Nabi Muhammad Saw, “Perbanyaklah mengingat sesuatu yang menolong segala kenikmatan”. Berdasarkan hadis ini, Said Nursi menegaskan bahwa jalan kita adalah jalan hakikat ilmiah bukan tarekat, sufi, maka kita tidak perlu seperti mereka yang langsung mengingat mati dengan bayangan dan hayalan.

Kedua, merenungi makhluk. Untuk dapat sampai kepada ikhlas adalah memperoleh keyakinan hakiki serta cahaya yang bersumber dari perenungan terhadap seluruh makhluk. Merenungi proses kehidupan manusia yang senantiasa mengalami berbagai perubahan. Kebesaran Allah yang telah menciptakan kehidupan dan manusia ini.

Dari berbagai keterangan di atas dapat dipahami bahwa manusia ideal dalam Risale- i Nur adalah manusia ikhlas. Manusia ikhlas inilah yang banyak melahirkan orang-orang suci dalam berbagai ciri dan karakternya. Namun, karena didominasi jiwa ikhlas maka perilaku yang selalu muncul adalah rasa syukur. Rasa syukur menjadi utama bagi mereka yang berhati suci dan ikhlas. Manusia yang memiliki jiwa-jiwa ini dapat disebut sebagai manusia filosof-sufi. Kategori orang semacam inilah yang bisa dikategorikan sebagai seorang filosof-sufi. Yang memiliki karakter seperti Nabi.

2) Takwa Menjadikan Manusia Ulil Albab
Tingkatan takwa selalu diletakkan sebagai tempat yang mulia. Takwa adalah memelihara diri dari siksaan Allah Swt dengan mematuhi perintah dan larangan-Nya, yang tidak cukup diartikan dengan takut saja (Al-Qur’an Depag RI, 2004, hlm. 3). Namun, dalam pandangan Said Nursi ketakwaan dibawa orang ikhlas. Karena dominasi jiwa dalam ketakwaan adalah jiwa berani dan nafsu. Ketakwaan menjadi sangat penting dalam pembentukan muslim yang hakiki. Manusia ideal vang diharapkan dari ketakwaan adalah manusia yang memiliki karakteristik ulil albab.

Ciri-ciri orang takwa diisyaratkan dalam Risale-i Nur :
1. Orang sabar dalam mencari ridha Allah
2. Selalu menepati janji Allah dan tidak merusak perjanjian (Qs. Ar Rad ayat 20) 
3. Takut kepada Allah
4. Takut kepada hisab Allah
5. Mendirikan shalat
6. Menafkahkan sebagian harta 

Dapat dipahami bahwa manusia ideal selanjutnya menurut Said Nursi adalah manusia ulil albab (manusia berakal). Manusia ulil albab memiliki sikap hidup sabar. Kesabaran utamanya adalah dalam mencari keridhaan Allah, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki kepada orang lain, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan. Mereka inilah orang yang takwa. Sikap hidup yang takwa dalam jiwanya selalu dominan sabar. Manusia yang memiliki jiwa-jiwa ini dapat disebut sebagai manusia ulil albab yang memiliki karakter seperti Nabi.

3) Sedekah Menjadikan Manusia Dermawan
Penciptaan manusia ke muka bumi ini tidak terlepas dari dua hal penting yakni sebagai pengabdi dan khalifah. Dalam pengabdian dan khalifah di muka bumi inilah perpaduan selanjutnya dari jiwa berani dan nafsu melakukan peranannya. Untuk selalu menjalin ukhuwah Islamiyah. Karena, kedermawanan sangat dekat sekali dengan saling menolong atas sesama manusia.

Ciri-ciri orang sedekah diisyaratkan dalam Risale-i Nur, yaitu :
1. Menafkahkan sebagian hartanya kepada orang lain
2. Senantiasi menjalin tali silaturahmi
3. Senantiasa menjalin ukhuwah Islamiyah

Dari berbagai penjelasan di atas dapat dipahami bahwa manusia ideal selanjutnya Risale-i Nur adalah manusia dermawan. Manusia dermawan memiliki sikap hidup sedekah. Sedekah adalah dalam mencari keridhaan Allah, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki kepada orang lain, baik secara sembunyi maupun terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan. Mereka inilah orang yang takwa. Sikap hidup orang yang suka bersedekah dalam jiwanya selalu dominan jiwa ukhuwah. Manusia yang memiliki jiwa-jiwa ini dapat disebut sebagai manusia dermawan yang memiliki karakter sepeti Nabi.

Rangkaian penjelasan dan pembahasan di atas dapat dipahami bahwa prinsip-prinsip pendidikan akhlak Said Nursi yang mengikat dalam satu kesatuan hidup, termasuk di dalamnya dapat prinsip pendidikan akhlak bagi generasi muda diketahui meliputi : menguatkan iman, berpegang teguh pada al-Qur'an, pentingnya memahami hakekat penciptaan manusia, pentingnya memahami alam semesta, pentingnya memahami asma' al-husna, pentingnya mengetahui tanda-tanda akhir zaman, pentingnya meyakini hari kiamat, meneladani nabi Muhammad Saw dan menanamkan ikhlas, takwa dan sedekah. Prinsip-prinsip ini saling berkaitan dalam jiwanya dan sifatnya tidak dapat dipisah-pisahkan. Baik dalam pola pikir, pola sikap dan pola lakunya. Prinsip-prinsip pendidikan akhlak Said Nursi ini dapat dikatakan sebagai prinsip-prinsip pendidikan akhlak generasi muda. Tentu saja, karena sifatnya filosofis dalam diri manusia, maka prinsip-prinsip ini menjadi dasar bagi Said Nursi yang sangat relevan dengan kehidupan generasi muda.
 

Contoh Contoh Proposal Copyright © 2011-2012 | Powered by Erikson