Teori Ilmu Kebudayaan
Meskipun kita mengenal berbagai variasi ekstrem dan pembatasan diri kita untuk memenuhi reduksionisme yang sederhana, konsep-konsep ekonomi sebagai bentuk khusus dari sosiologi sangat tidak memuaskan. Pada satu sisi, argumentasi-argumentasi menentang norma-norma sosial-scientific tidak dapat diperdebatkan (dipertentangkan), tetapi pada sisi yang lain penggabungan (incorporation) dari konsep-konsep ekonomi kepada ilmu sosial ortodok tidak berhubungan dengan tujuan dari teori ekonomi. Tujuan yang terakhir (teori ekonomi) jelas untuk memberikan bentuk informasi yang berbeda dari sesuatu yang diberikan oleh sosiologi atau psikologi sosial. Lebih jelas lagi, kritik dari model-model ekonomi berdasarkan keterbatasan subtansi kenyataan-kenyataan empiris yang mengarah pada suatu kesalahan pemahaman, bukan pada latihan (kebiasaan, praktek) riset-riset ekonomi. Kritik-kritik menjadi lebih dari cukup setelah teori-teori ekonomi rasional melepaskan dari kesalahan-kesalahan klaim iformasi yang mereka berikan mengenai keseragaman empiris. Interpretasi dari Von Kempski mengenai ekonomi murni dengan menambahkan skema dari tindakan-tindakan di bawah ungkapan murni sudah dapat dilihat sebagai suatu upaya untuk menginterpretasikan teori-teori ekonomi dalam terminologi ekonomi yang logis. Tetapi dia mempertanyakan apakah sesuatu dapat menyamai analisis normatif dan analisis empiris dari tindakan sosial. Ilmu-ilmu yang menggabungkan teori-teori asumsi-asumsi dasar memberi perhatian pada tindakan-tindakan mengidealkan analisis normatif. Asumsi-asumsi tersebut mengenai tindakan ungkapan-uangkapan murni yang mempunyai karakter tidak kondisional, dengan demikian secara empiris dapat dibuktikan (diuji), hipotesis: vadilitas mereka adalah hipotesis yang tidak kondisional, dengan demikian mereka menetapkan/memapankan makna-makna dari kemungkinan validitas pengetahuan analisis normatif. Pengetahuan yang demikian tidak mengandung hal keseragaman empris. Secara teknologi pengetahuan dapat dieksploitasi dari pesan yang pertama, tetapi hanya informasi mengenai suatu pilihan purposive-rational (tujuan rasional) diantara strategi-strategi yang mengisyaratkan penggunaan pesan pertama teknologi pengetahuan. Kita dapat mempertimbangkan informasi pesan kedua dari teknologi pengetahuan seperti itu.
Gagfen telah mempresentasikan pentingnya logika ekonomi dari tindakan yang masuk akal tersebut berdasarkan teori mathematical game yang dikembangkan oleh von Neumann dan Morgenstern, secara sistematis menggabungkan teori ekonomi ke dalam teori umum dari strategi tindakan. Teori pengambil keputusan tidak memperhatikan adaptasi perilaku. Untuk meyakinkan, hal itu memungkinkan untuk memahami suatu perilaku dalam term adaptasi yang disebabkan oleh suatu situasi. Akan tetapi, untuk meniadakan analisa sudut pandang dari mana perilaku dievaluasi sebagai strategi perilaku, seperti, dalam term apapun pergerakan untuk memastikan adaptasi suatu kondisi optimal dari kepuasan untuk tindakan (penetapan/keputusan) subjek. Adaptasi perilaku, bagaimanapun, termasuk dalam data base dari keputusan kalkulus sebagai suatu kondisi external, sepanjang memungkinkan secara teknik (cara). Kakulus hanya memperhatikan strategi perilaku yang pasti dari suatu situasi, terdiri dari perilaku subjek dengan lingkungan yang relevan, menuju situasi baru, melalui penggunaan dari penetapan ungkapan dari keputusan dan suatu sistem nilai. Sistem nilai mengandung kebiasaan dari pilihan yang mengindikasikan bagaimana dapat meramalkan kemungkinan-kemungkinan dari berbagai keputusan alternatif dapat dievaluasi oleh perilaku subjek. Keputusan-keputusan ungkapan mengindikasikan bahwa pilihan di antara berbagai strategi yang berbeda akan dibuat berdasarkan basis data dari akibat evaluasi. Untuk semua evaluasi berhubungan dengan ungkapan. Rasionalitas dari perilaku dimana teori pengambil keputusan memberikan status normatif adalah suatu rasionalitas dari suatu pilihan antara alternatif kepada pernyataan akhir. Hal itu adalah formal sebab tidak merujuk kepada teknologi dengan makna yang tepat. Hal itu juga subjektif, karena hanya diukur dalam term sistem ungkapan dan kebiasaan (aturan) untuk mengevaluasi yang terikat untuk tingkah laku subjek sendiri.
Ketertinggalan fondasi psikologi untuk tingkah laku ekonomi, seperti yang dinyatakan Pareto, adalah suatu hal terpenting bagi prekondisi untuk suatu interpretasi teori ekonomi dalam hal logika pengambilan keputusan. Interpretasi seperti itu menguntungkan relativitas asumsi klasik dari pengungkapan sebagai kasus-kasus terbatas dalam suatu sprektum kemungkinan pilihan-pilihan ungkapan. Dalam penjumlahan, seseorang dapat memperhitungkan pilihan-pilihan dari perilaku dalam situasi subjek ekonomi tidak memagari dengan informasi yang lengkap, dengan demikian hanya menyiapkan variabel-variabell yang dapat dikontrol. Teori umum dari pilihan rasional atau strategi tingkah laku mengcover semua situasi dari pilihan yang mana memberikan sejumlah sumber yang membolehkan suatu jumlah pilihan makna-makna yang dapat digunakan, dengan cara setiap pilihan diatur dalam tingkatan-tingkatan spesifik dari pemenuhan berbagai kebutuhan/tujuan. Teori ekonomi dapat dipandang sebagai teori pengambilan keputusan yang khusus berhubungan dengan situasi dari pilihan-pilihan ekonomi. Hal itu dengan memperhitungkan market (pasar) yang relevan dengan perlikau individu dan rumah tangga, dari perusahaan perdagangan, dan asosiasi-asosiasi perdagangan.
Interpretasi-interpretasi dari ekonomi murni dalam term logika pengambilan keputusan mengorbankan klaim analisis empiris sebagai teori umum dari strategi perilaku ekonomi. Gafgen menilai penggunaan deskripsi analisis dari model pengambil keputusan dan menjadi kesimpulan negarif bahwa teori pengambil keputusan dapat memperlemah statemen empiris mengenai perilaku ekonomi individu, meskipun suatu pernyataan lemah ini dapat membuat batasan hanya pada validitas empiris. Teori pengambilan keputusan bukan pesan pertama yang secara teknologi dapat mengeksploitasi pengetahuan. Meskipun demikian, teori ekonomi, seperti semua teori-teori dari strategi perilaku dapat digunakan sebagai petunjuk-petunjuk tujuan. Dalam berbagai kasus hal itu menyiapkan norma-norma tambahan dalam pengambilan keputusan dan menyiapkan pesan kedua yang secara teknologi dapat mengeksploitasi pengetahuan. Informasi tersebut tidak menyiapkan keharusan verivikasi empiris, karena tidak dapat “benar” atau “salah” dalam pengertian ketepatan empiris. Lebih, tidak boleh tidak status kondisional (pernyataan perintah, pelarangan, dan izin), dapat saja secara deduktif “valid” atau “invalid”. Meskipun satu di antaranya untuk alasan ini harus membatalkan suatu penggunaan teori deskriptif, “seseorang masih dapat menggunakan model untuk merekomendasikan tindakan untuk beberapa pelaku yang khusus sesuai dengan model; dengan mengklaim untuk ungkapan-ungkapan dari perilaku yang mengisyaratkan kevaliditasan dalam model etikal (sosial) sebagai norma untuk bertingkah laku baik/benar, seseorang dapat memperoleh pernyataan ‘seharusnya/semestinya’ daripada ‘sesuatu’ pernyataan dari mereka”. Memahami teori ekonomi Gafgen sebagai sebuah sistem praktek formal yang menyiapkan suatu dasar axiomatic (yang sudah jelas kebenarannya)-deductive untuk formulasi kebijakan ekonomi. Seperti lawlike pengetahuan analisis empiris dapat diterjemahkan kepada rekomendasi teknologi dan digunakan sebagai produksi dari teknologi, begitu juga pernyataan analisis normatif mengambil bentuk strategi dari rekomendasi yang memberikan teknologi khusus, nilai-nilai, dan tujuan-tujuan, menentukan pilihan dari kemungkinan strategi-strategi.
Teori pengambil keputusan adalah teori umum (general theory) dari social action; yang memperhatikan dirinya sendiri, dengan sejumlah variasi ekstrim dari perilaku- dengan perilaku dan interaksi dari perilaku subjek-subjek dalam suatu cara purposive-rational. Untuk alasan tersebut, hal itu merupakan suatu ketidakgunaan untuk analisis empiris. Apakah berdasarkan hal tersebut bahwa yang berguna bagi analisis empiris, teori-teori sosial perilaku harus tidak dianggap maksud dari tindakan dan membatasi dirinya pada sitmulus-response perilaku? Dari persfektif positif, suatu teori empiris tindakan ilmu sosial adalah mungkin hanya dalam kondisi bahwa hubungan lawlike diterapkan secara eksklusif kepada varibel-variabel tingkah laku yang dapat diamati. Hal itu mesti dipisahkan dari tujuan subjektivitas makna yang menjadi orientasi tindakan subjek. Dalam cara ini generalisasi ilmu perilaku akan memerlukan sejumlah kritik dari historical school dari teori-teori murni yang kekurangan subtansi empiris, tetapi hal itu merupakan suatu harga dari kebutuhan bahwa teori interpretatif dari strategi tindakan berupaya untuk bertemu, yaitu harga dari suatu pembentukan akses/jaringan kepada kenyataan-kenyataan (facts) sosial melalui suatu pemahaman.
Akan tetapi, apakah dasar-dasar dari methode reduksionisme ilmu sosial cukup memadai secara deskriptif untuk digunakan dalam teori-teori ilmu sosial yang tidak dapat direkontruksi dalam dasar normatif ilmu sosial?
Pada saat ini ada dua titik teori yang berupaya untuk mengnalisis setepat-tepatnya scientis-empiric dari proses sosial; ilmu perilaku secara umum, yang menyerap ethology dan psikologi sosial, dan suatu teori dari tindakan, yang dominan dalam antropologi budaya dan sosiologi. Pendekatan perilaku membatasi pilihan dasar-dasar teori asumsi dalam sebuah cara yang berdasarkan hipotesis lawlike merujuk kepada suatu hubungan antara stimulus dan reaksi perilaku, pendekatan tindakan memapankan suatu kerangka pandangan/kerja dimana dinyatakan mengenai perilaku yang disengaja. Hipotesis teori pembelajaran (Skinner, Miller, Dollard) memperhatikan aspek ketidaksesuaian cognitive (Festinger), dan teori dari dokumen perilaku kelompok kecil (Lippit) merupakan yang berupaya keberhasilan untuk merekontruksi teori umum dari suatu tipe behavioral-scientific. Teori dari tindakan, pada sisi lain, adalah sebuah kategori kerangka kerja (Parson, Merton, Shils dan rekan-rekannya) yang membentuk orientasi umum dalam riset sosial dan telah memudahkan bagi generalisasi emperis tetapi tidak bagi teori-teori sesungguhnya, meskipun bukan pada teori yang general.
Pendekatan term teori tindakan diformulasikan oleh Max Weber. Dia merumuskan social action sebagai perilaku yang mengandung makna subjektif, yang berorientasi kepada tujuan makna subjektif dan juga mengandung suatu motivasi tertentu. Hal itu dapat dimengerti hanya dengan mengacu kepada tujuan-tujuan dan nilai-nilai yang dituju oleh tindakan subjek. Metodologi yang berasal dari hal tersebut dibangun oleh W.I Thompson sebagai prinsip dari interpretasi subjektif dari fakta-fakta sosial; hanya makna yang dimaksudkan oleh tindakan subjek yang mempunyai akses yang cukup kepada perilaku yang diperlihatkan dalam suatu situasi yang telah diinterpretasikan oleh dirinya sendiri. Perilaku sosial tidak terlepas dari definisi suatu ikatan sosial. Untuk alasan seperti itu, perilaku sosial yang harus dipahami dari persvektif tindakan subjek sendiri, suatu persvektif yang dihapuskan dari pengamatan langsung; yaitu yang harus “dimengerti”. Prinsip interpretasi subjektif atau versthende (pemahaman) interpretasi, memperhatikan akses pada fakta-fakta sosial, dan pengumpulan data. Pemahaman simbol untuk tujuan makna subjektivitas hanya diberikan dalam konteks simbolik. Jadi, prinsip menetapkan pengalaman dasar dari science of action. Pengalaman di sini tidak dikaitkan dengan sensor persepsi pribadi, intersubjektivitas hanya dijamin melalui pengawasan hasil akhir dari instrumen tindakan.