Reposisi Ilmu Informasi Dan Perpustakaan
Begitu banyak perdebatan mengenai ilmu informasi dan perpustakaan yang terpaku pada penggunaan istilah-istilah yang terkandung dalam sebuah definisi. Akan lebih memberikan maknaa kiranya jika perdebatan itu tidak hanya dalam definisi, tetapi juga dalam menjawab persoalan apa yang dihadapi ilmu itu masalah-masalah apa yang dipelajari dan solusi yang ditawarkan oleh sebuah ilmu. Lewat pembahasan tentang halhal inilah kita dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang apa yang sesungguhnya dilakukan ilmuwan di bidang tertentu termasuk ilmu informasi dan perpustaakaan.
Ilmu perpustakaan dan informasi sebagaimana masih menjadi perdebatan dalam rangka membatasi dan menempatkannya (reposisi) dalam wilayah ilmu pengetahuan. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka kita dapat menggunakan pendekatan filsafat khususnya filsafat ilmu. Dalam filsafat tersebut dikenal konsep ontologi, epistemologi dan auksiologi. Dalam ontologi dibedakan antara objek material dengan objek formal. Objek formal dalah ciri atau aspek khusus (bentuk) yang ditonjolkan untuk menyimak keutuhan itu, dan merupakan objek yang membedakan antara satu ilmu dengan ilmu lain.
Sementara objek material ialah objek yang dapat dikaji bersama-sama oleh berbagai ilmu dengan perbedaaan sudut pandang. Kemudian epistemologi berkaitan dengan metode sebuah ilmu pengetahuan yang dapat berasal dari bidang lain. Terakhir Aksiologi membahas tentang manfaat dan kegunaan suatu ilmu.
Ilmu informasi dan perpustakaan merupakan kajian interdislipiner terhadap informasi yang sangat berdekatan dan saling berhubungan dengan berbagai disiplin ilmu diantaranya Psikologi, komunikasi, sosiologi, statistik, linguistik, sibernetika, ilmu organisasi, komputer, ekonomi politik dan kebijakan publik. Makalah ini akan memberikan gambaran tentang posisi ilmu informasi dan perpustakaan diantara percaturan ilmu pengetahuan tersebut. Dengan memaparkan wilayah kajian dan peta pembahasan ilmu informasi dan perpustakaan diharapkan dapat memberikan kejelasan tentang posisi ilmu ini yang sesungguhnya.
Pembahasan ini dimulai dengan definisi informasi itu sendiri (yang belum terjadi kesepakatan), hubungannya dengan pengetahuan, sampai kepada definisi mana yang lebih digunakan dalam ilmu informasi dan perpustakaan, pengertian ilmu informasi itu sendiri, objek pembahasan, metode dan keterkaitannya dengan berbagai disiplin ilmu pengetahuan lainnya. Namun demikian tentunya sifat pembahasan disini sangat umum dan tidak memberikan rincian secara detail.
Pengertian Informasi
Pengertian informasi dapat dilihat dari 2 (dua) sudut pandang yaitu sudut definisi dan sudut penjelasan. Pada ancangan definisi ini banyak membantu dalam memahami sebuah istilah yang mungkin mula-mula kurang dipahami, namun tidak semua istiah dapat diberi definisi maka muncul ancangan lain yaitu penjelasan atau analisis. Untuk memahami karakteristik informasi informasi tersebut perlu memahami proses terjadinya informasi.
Definisi Informasi dalam Harrod’s librarians ’glossary (2000) sebagaimana dikutip oleh Sulistyo-Basuki (dalam terjemahan bahasa Indonesia) adalah kumpulan data dalam bentuk yang dapat dipahami, terekam pada kertas atau media lainnya yang mampu untuk komunikasi. Stevenson (1997) menyatakan bahwa informasi sebagai kata benda bermakna pengetahuan yang diberikan pada seseorang dalam bentuk yang dapat dipahami oleh orang lain(Sulistyo-Basuki dkk.,2006:1).
Foskett, A.C. dalam the Subject Approach to information menyebutkan bahwa : “Information is knowledge shared by communication”
Sementara definisi lain dari the oxford English Dictionary menyatakan: ‘Information is informing, telling, thing told, knowledge, item of knowledge, news.’(Rowley, Jennifer dkk, 2000:5).
Dari beberapa definisi tersebut setidaknya terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam informasi, yaitu adanya unsur-unsur yang membentuk diantaranya: data, terekam, komunikasi, pemahahaman dan pengetahuan (knowledge). Namun demikian walaupun banyak membantu dalam memahami istilah tetapi untuk memahami karakteristik dari sebuah informasi deperlukan adanya penjelasan tentang proses terjadinya informasi. Hal ini dapat dipahami dari penjelasan proses terjadinya informasi sebagaimana disampaikan oleh Sulistyo-Basuki sebagai berikut :
Gambar Rangkaian Informasi
Informasi dimulai dengan sebuah peristiwa (event), misalnya bencana banjir, gunung meletus dan lain-lain. Peristiwa itu direpresentasikan dalam bentuk symbol. Simbol ini dapat berupa teks, angka, suara, gambar, ataupun gabungan dari dua jenis simbul atau lebih. Simbol tersebut dinyatakan dalam bentuk numeric, tekstual, suara, dan bunyi, ataupun gabungan yang diatur dalam peraturan dan formulasi sehingga menjadi data. Data tersebut bila diterima oleh pancaindra manusia, berubah menjadi informasi, dan bila ditransfer ke manusia lain, berubah menjadi pengetahuan (knowledge). Manusia yang memperoleh pengetahuan akan menjadi (lebih) bijak (wise) dari pada sebelumnya.
Dengan melihat proses terjadinya informasi itu maka definisi informasi memang sangat beragam berdasarkan cara pandang masing-masing mulai dari proses pembentukan data sampai terjadinya informasi. Bila diperhatikan gambar kontinum informasi tersebut maka pengetahuan terjadi setelah informasi dikomunikasikan pada orang lain.
Disamping itu pengertian tentang informasi dapat dikelompokkan kedalam 3 (tiga) kategori, yaitu :
1. Pengertian sempit
Dalam arti sempit informasi diartikan sebagai sinyal atau berita yang tidak mencakup pengolahan kognitif ataupun bila mencakup maka pengolahan ditafsirkan dalam algoritma dan probabilitas. (Shannon, 1948). Dimana Informasi dirumuskan dalam istilah matematika sebagai berikut
Informasi = H=-∑p1.logp1〈1=i
2. Pengertian lebih luas
Informasi diperlakukan langsung mencakup pengolahan dan pemahaman kognitif. Hal itu berasal dari interaksi antara dua struktur kogntiff yaitu pikiran dan teks. Informasi adalah sesuatu yang mengubah statuts pikiran.
3. Pengertian paling luas
Informasi diperlakukan dalam konteks, artinya informasi tidak hanya bermakna berita yang diolah secara kognitif melainkan juga dikaitkan dengan konteks seperti situasi, tugas, masalah yang dihadapi, dan lain-lain.
Saracevic mengatakan informasi dalam pengertian ketiga yang akan dipakai dalam ilmu informasi karena digunakan dalam konteks, misalnya digunakan dalam temu kembali informasi. Hal serupa juga dikemukakan oleh Wesig dan Neveling (1975) serta Belkin dan Robertson (1976).
Filosofi Ilmu Informasi Dan Perpustakaan
Filsafat informasi melibatkan suatu usaha yang sistematis agar dapat memahami informasi dengan memusatkan pada ontologinya, epistemologi, dan aksiologi-nya.hal ini sebagaimana disebutkan Nitecki (1997) bahwa :
The philosophy of information involves a systematic attempt to understand information by studying its essence, nature and value. This can be achieved by focusing on its ontological, epistemological, ethical and sosiological features.
Dalam literatur lain dikatakan bahwa:
The philosophy of information is the area of research that studies conceptual issues arising at the intersection of computer science, information technology, and philosophy. It includes: the critical investigation of the conceptual nature and basic principles of information, including its dynamics, utilization and sciences the elaboration and application of information-theoretic and computational methodologies to philosophical problems..
Artinya bahwa filsafat informasi merupakan wilayah penelitian yang mempelajari isu-isu konseptual yang timbul di persimpangan ilmu pengetahuan komputer, teknologi informasi dan filsafat. Termasuk di dalamnya adalah telaah kritis tentang konsep dan prinsip dasar informasi berikut dinamikanya, penggunaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, serta penerapan teori informasi dan metodologi terhadap masalah-masalah filsafat.
Like other intellectual enterprises, PI (The philosophy of information) deals with three types of domains: topics (facts, data, problems, phenomena, observations, etc.); methods (techniques, approaches, etc.); and theories (hypotheses,explanations, etc.). A discipline is premature if it attempts to innovate in more than one of these domains simultaneously, thus detaching itself too abruptly from the normal and continuous thread of evolution of its general field (Stent 1972) Harrod’s Glossary of Llibrary, sebagaimana dikutip oleh Sulistyo-Basuki (2007), menyatakan bahwa information science as the study of information, its sources and develoment, usually taken to refer role of scientific, industrial and specified libraries and information units in the handling and dissemination of information.
Jadi ilmu pengetahuan dan informasi merupakan pembelajaran tentang informasi yang pengembangan dan sumbernya berasal dari ilmu pengetahuan, industri dan perpustakaan khusus dan unit informasi yang bergerak dalam bidang penyimpanan dan penyebaran informasi.
Namun kekuatan ilmu informasi tidak terletak pada definisi melainkan terletak pada karyanya, masalah yang dibahas, keberhasilan pemahaman masalah serta pemecahan yang dihasilkan. Di lingkungan pendidikan pustakawan, akibat imbas penggunaan teknologi informasi, pengertian ilmu informasi ditekankan pada :
a. penggunaan teknik yang lebih baik untuk mengelola informasi terekam dengan tidak memandang medianya. Ini berasal dari teknologi informasi khususnya computer dan telekomunikasi, sementara media perekam tidak terbatas pada media grafis.
b. Bagaimana informasi tersebut akan digunakan dan bagaimana pula penggunaan isi intelektualnya
c. Aplikasi teknologi baru untuk fungsi tradisional perpustakaan berupa pengadaan, penyimpanan, temu kembali, pameran, dan penyebaran informasi terekam, dengan kata lain secara teknis meningkatkan kepustakawanan.
Seiring dengan terjadinya perubahan paradigma perpustakaan, dari pengolahan ke pemakai informasi maka ruang lingkup ilmu informasi dalam kaitannya dengan ilmu perpustakaan berubah. Berdasarkan definisi dari Davis, Sulistyo-Basuki merumuskan beberapa ciri ilmu informasi yaitu :
1. Fokus ilmu informasi ialah fenomena informasi. Berhubungan dengan informasi yang tidak memandang kemasannya apakah buku, atau pangkalan data.
2. Ilmu informasi membahas informasi secara kesuluruhan, mulai penciptaan sampai penggunaan.
3. Bidang yang bersifat interdisipliner mengambil dari bidang sain, ilmu sosial, dan psikologi.
4. Menekankan pada keteraihan dan penggunaan informasi. Tekanan pada accessibility sebenarnya merupakan tujuan utama perpustakaan.
1. Ontologi
Ontologi adalah hakekat yang dikaji oleh suatu ilmu. Pada Ilmu informasi ini khususnya bidang perpustakaan. bila mengunakan pendekatan ontologi maka objek materialnya adalah informasi terekam dengan tidak membedakan media maupun formatnya. Ilmu perpustakaan memiliki objek formal berupa informasi terekam sebagai hasil cantuman grafis manusia yang berisi pengetahuan umat manusia. Hal tersebut berbeda dengan objek formal manajemen rekod yang tertuju pada rekaman informasi yang diterima atau diciptakan oleh organisasi, keluarga dan perorangan untuk menjalankan fungsi dan aktivitasnya. (Sulistyo-Bsuki, 2003). Dilihat dari sisi rekaman informasi maka ilmu informasi dan perpustakaan dapat dikelompokkan kepada ilmu budaya karena objek formalnya mempelajari isi budaya manusia (Sulistyo-Bsuki, 2006).
Lebih spesifik berdasarkan kajian analisis co-cited, maka White dan McCain (1998) menyebutkan bidang khusus ilmu informasi sebagai berikut :
a. Temu kembali eksperimental
b. Analisis sitiran
c. Temu Balik Praktis
d. Teori umum sistem perpustakaan termasuk otomasi perpustakaan
e. Komunikasi ilmu pengetahuan (dalam arti luas)
f. Kajian dan teori pemakai
g. Online Public Access Catalogue (OPAC)
h. Ide yang berasal dari disiplin lain seperti ilmu kognitif, teori informasi, ilmu komputer
i. Teori pengindeksan
j. Teori sitiran
k. Teori komunikasi
2. Epistemologi
Epistemologi adalah cara mendapatkan pengetahuan yang benar. Disini dikembangkan metode ilmiah yang mempunyai ciri khas. Metode tersebut dapat berasal dari bidang ilmu lain. Salah satu isu utama yang dibicarakan dalam setiap pembahsan yang sama, apakah cara-cara penelitian ilmu pasti-alam dapat dipakai di ilmu sosial. Menurut Auguste Comte, ilmu sosial harus scientific dalam arti mengkaji fenomena yang positivis, yaitu dapat diterima oleh pancaindera. Ilmu Sosial juga harus menjalankan prinsip-prinsip ilmiah sebagaimana ilmu pasti-alam.
Pandangan ini dikenal dengan POSITIVISME.
Pandangan tersebut kemudian dibantah oleh aliran yang diberi nama INTERPRETIVISME. Aliran ini menolak baik realisme, positivisme maupun pascapositivisme. Mereka menolak penyamaan ilmu pasti-alam dengan ilmu sosial. Ilmu Sosial mempelajari manusia dan institusinya, dan ini sangat berbeda dengan alam benda dan lingkungan biologi. Dan untuk memahami makhluk sosial diperlukan logika dan cara-cara yang sangat berbeda dari logika ilmu pastialam. Dari paham interpretivisme kita dapat menggunakan ulasan Burrell dan Morgan (1992) yang mengaitkan paham interpretivisme ini dengan munculnya metode fenomenologi, etnometodologi, interaksionisme simbolik dan hermenitika.
Sementara positivisme dalam ilmu perpustakaan dan informasi digunakan dalam beberapa penelitian seperti bibliometrik. Ilmu informasi juga mengadopsi metode ilmu pasti-alam karena ilmu informasi dan perpustakaan mengasosiasikan diri dengan perkembangan teknologi informasi, terutama komputer. Bukan semata-mata ingin mendapatkan predikat ‘ilmiah’ namun karena kita menduga bahwa keinginan menciptakan institusi yang efisien-efektif dan tertib-teratur mendasari asumsi tentang perlunya “hukum kepustakawanan” yang universal seperti hukum alam.
Posisi Ilmu Informasi Dan Perpustakaan
Berbagai perdebatan tentang ilmu perpustakaan, kepustakwanan (librarianship), apakah kepustakawanan lebih tepat dari ilmu perpustakaan, apakah lebih tepat lagi kalau bidang perpustakaan dikategorikan sebagai seni-ketrampilan (art) ketimbang ilmu. Juga perdebatan apakah ilmu informasi itu benar-benar ada dan utuh atau mungkin ia hanya kompilasi daari berbagai percabangan ilmu sosial, pasti-alam, dan humaniora. Ada juga pertanyaan dimana batas ilmu informasi jika kini ada ilmu komputer, cybernetics, dan informatika, mengingat ilmu informasi lahir ketika komputer berperan dalam kehidupan manusia. Sampai pada isu munculnya usul untuk memakai istilah ilmu menginformasikan (informing science). Tentunya ini sulit untuk dijawab hanya dengan definisi-definisi, dan lebih mudah dilihat sebagai rangkaian kegiatan penelitian yang yata dilakukan secara terus menerus dan meluas. Penelitian itu pula yang mampu mengakomodasi luasnya arti informasi serta meredam berbagai perdebatan tersebut.
Pada dasarnya penelitian-penelitian dalam bidang ilmu perpustakaan dan informasi dapat dikelompokkan kedalam 3 (tiga) kelompok besar, yaitu :
1. Penelitian tentang informasi terekam dari segi : Penyebarannya, setruktur isi dan karakteristik rekaman beserta isinya. Dari kajian ini dapat dipahami tentang aspek rekaman informasi dari konteks hukum (hak cipta), ekonomi informasi, teknologi (automasi badan informasi, teknologi informasi).
2. Penelitian tentang badan informasi dari segi efektivitasnya, hal ini termasuk : 1. temu balik informasi, 2. pengembangan koleksi, 3. berbagai kajian aplikasi, 4. pengaruh lingkungan terhadap perpustakaan.
3. Penelitian tentang manusia, termasuk kajian tentang ;1. kebutuhan informasi, 2. prilaku pemakai informasi, 3. prilaku kebutuhan dan pemakaian informasi yang mencakup pula pengaruh lingkungan sosial pada kebutuhan dan prilaku pemakai informasi.
Penelitian-penelitian ilmu perpustakaan dan informasi dapat dirangkum menjadi sebuah rentang yang memperlihatkan aneka teori serta sumber dan pendekatan teori itu, sebagaimana terlihat pada gambar berikut :
Gambar Rentang Ilmu informasi dan Perpustakaan diantara Rumpun Ilmu
Dari rentang diatas dapat pula kita melihat bahwa ilmu perpustakaan dan informasi mencerminkan keragaman disiplin (multi-disiplinary) sebagai fenomena terkini dalam keilmuan, seperti halnya ilmu komputer, ilmu lingkungan, atau ilmu kesehatan masyarakat. Selain itu diagram juga memperlihatkan demokrasi yang agak jelas (walau juga agak terlalu menyederhanakan) antara ilmu pasti-alam dan ilmu sosial-budaya, dengan topik dalam isu tentang sistem informasi sebagai wilayah abu-abu-nya. Jadi kalau dibuat dalam bentuk tabel terlihat sebagai berikut :
Tabel Kecenderungan dan wilayah Kajian Ilmu perpustakaan dan informasi
Tergantung dari cara kita memandang , keragaman ini dapat merupakan hambatan atau peluang. Menurut penulis, keragaman justru memberi peluang bagi kita untuk meracik ilmu informasi dan perpustakaan sebagai ilmu yang nyata berpijak kepada konteks dan habitusnya. Serta justru memiliki peluang yang besar untuk berkembang dalam rumpun ilmu manapun tetapi terlebih dalam rumpun ilmu sosial-budaya.