PENELITIAN DESKRIPTIF INTERPRETATIF
Penelitian Pendidikan tidak hanya milik komunitas akademis atau birokrat
perencana pendidikan. Seringkali kalau kita berbicara mengenai penelitian pendidikan,
image kita akan terbangun dengan sebuah laporan penelitian dengan bahasa yang tidak
mudah untuk dipahami, penggunaan teori pendidikan yang canggih dan penggunaan
rumus statistik yang membuat pusing. Kesimpulan sementara yang dapat terbentuk
adalah bahwa penelitian pendidikan hanya menjadi milik komunitas pendidikan
tertentu, yang memang telah memiliki kemampuan secara khusus.
Sehingga tidak
dapat dipahami oleh ’orang lain’ yang tidak berada di dalamnya.
Asumsi itu tidak benar, meskipun dalam kenyataannya laporan penelitian selalu
berbahasa ’kelas berat’. Penelitian pendidikan yang baik selalu menghasilkan sejumlah
temuan, dengan bahasa yang komunikatif, mudah dicerna, dan dapat ditindaklanjuti.
Laporan pendidikan yang baik, diharapkan memberi semangat kepada para pembaca
untuk memahami masalah, menikmati kupasan masalah (pemecahan masalah) dan
merasa mampu untuk ikut mangatasi masalah-masalah itu.
Tulisan ini bersifat elementer, karena ditujukan terutama bagi para peminat
penelitian yang masih berada dalam tahapan awal. Tulisan ini ditujukan kepada para
guru (SD dan Sekolah Menengah), yang masih perlu belajar penelitian pendidikan untuk
membantu tugas-tugasnya memecahkan masalah pendidikan yang muncul di tempat
tugas. Penelitian pendidikan idealnya adalah sebuah cara berpikir yang harus dimiliki
guru, kepala sekolah dan birokrat pendidikan lokal untuk mengatasi masalah
pendidikan yang dihadapi mereka di lapangan. Seorang guru dapat segera
menerapkan upaya strategis seperti cara-cara penelitian, dalam hal ini meliputi
mendiskripsi masalah, menetapkan tujuan, mengambil manfaat, upaya untuk
menganalisis masalah sesuai dengan sejumlah asumsi teori yang dipahaminya.
Upaya itu sangat bermanfaat apabila seorang guru ingin mengatasi masalah pendidikan
dengan cara-cara akademis dan profesional.
Buku ini memang ditujukan kepada guru yang bertugas di apangan dan memiliki
idealisme untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang dialami. Dengan
membaca naskah ini, diharapkan teman-teman guru tidak lagi merasa asing dengan
langkah-langkah strategis dalam penelitian. Penelitian juga tidak dapat dianggap
3
sakral, karena dipercaya hanya milik ilmuwan pendidikan, tetapi telah terjadi
’desakralisasi’ untuk menju kepada azas fungsional.
Penelitian sesungguhnya adalah
upaya untuk mengatasi masalah pendidikan dalam tugas yang dihadapi guru dengan
tepat dan fungsional. Pemanfaatan langkah-langkah penelitian, diharapkan dapat
membantu sejumlah guru untuk melakukan ’sharing’ dengan sesama komunitas guru
secara aktif. Kelompok kerja profesi guru, seperti KKG (kelompok kerja guru), MGMP
(musyawarah guru mata pelajaran) adalah komunitas yang dapat digunakan sebagai
arena kerja guru untuk melakukan penelitian pendidikan. Di komunitas ini temanteman
guru bisa saling memberi informasi, berbagi pengalaman dan saling memberi
kritik atas upaya yang telah dilakukan.
Pada setiap penutup bab, penulis memberi
bagian pelatihan, yang berisi sejumlah isian untuk mengadakan evaluasi hasil pelatihan
langkah-langkah penelitian deskriptif-interpretatif.
Dengan demikian tulisan ini diharapkan membantu guru untuk memulai suatu
langkah besar yang sangat menentukan perbaikan proses belajar dan cara-cara
mengajar guru. Memang tulisan ini masih sederhana, membutuhkan diskusi yang
intensif untuk memahami isi tulisan ini. Terutama membutuhkan latihan intensif untuk
melakukan sendiri penelitian dengan ’rasa percaya diri’, upaya penelitian sejauh
pengamatan tidak bisa dipahami dengan cara menghafal tetapi harus dengan latihan
yang terus-menerus.
BAB II
MASALAH PENELITIAN PENDIDIKAN
Anda adalah seorang guru di pinggiran kota kabupaten, memiliki sejumlah
pengalaman dalam mengajar siswa lebih dari sepuluh tahun. Seringkali anda
mengalami kejadian/peristiwa pendidikan yang khas dan unik yang terjadi berulangulang,
kejadian itu dapat menyangkut diri Anda sebagai guru atau diantara teman guru
dan siswa Anda. Sebagai contoh anda mengalami sendiri atmosphere belajar siswa
menurun, atau Anda tiba-tiba kehilangan spirit untuk menjadi guru yang baik. Anda
merasakan betul bahwa nilai harian siswa ada kecenderungan menurun sehingga anda
menjadi serba salah dan ujung-ujungnya anda menyalahkan diri sendiri karena sebagai
guru tidak bisa tampil optimal.
Masalah penelitian harus tergambar dengan mudah dan dapat dirumuskan
dengan sederhana, jelas dan lengkap. Sebenarnya masalah pendidikan (educational
problema) yang terjadi pada tataran kejadian keseharian khususnya di dalam ruang
kelas. Istilah masalah sendiri timbul ketika Anda memiliki harapan (statement of
ideal) sedangkan kejadian keseharian menunjukkan perkembangan yang
sebaliknya, apa yang terjadi nyata (statement of facts) tidak sesuai dengan
harapan. Kerlinger (1973:16) mentakrifkan masalah sebagai pernyataanpernyataan
yang dicoba untuk ditemukan jawabannya.
Masalah pendidikan dapat
berkembang dalam bentuk dan macamnya yang berbeda-beda, perbedaan masalah
tergantung kepada sudut pandang masing-masing guru/peneliti.
Pada masalah turunnya atmosphere belajar siswa, penyebabnya dapat berasal
dari banyak unsur.
- Masalah yang berasal dari kehadiran Guru: Selama ini guru mengajar guru yang tidak tepat, guru tidak begitu menguasai substansi (kontent) belajar, guru mengalami kejenuhan dalam membantu belajar siswa sehingga kurang memberi waktu kepada proses pembimbingan.
- Masalah yang berasal di luar guru, yaitu masalah yang bersumber dari siswa, manajemen sekolah dan orangtua siswa dan masyarakat.
Masalah di luar guru tampaknya sangat beragam,
seperti sulitnya meningkatkan belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. Terbatasnya waktu belajar siswa di rumah, atau orangtua yang kurang memperhatikan
siswa dalam mengatasi kesukaran belajar. Masalah-masalah itu sebenarnya dapat
terjadi tunggal (karena satu alasan) tetapi dapat pula saling mengkait sehingga terjadi
tumpang tindih.
Secara umum masalah pendidikan terpusat kepada proses untuk
menjawab berbagai masalah yang bersumber kepada:
(a) pemuasan sikap
akademik seseorang
(b) ada upaya keingin tahuan seseorang/kelompok orang
kepada masalah-masalah baru
(c) meletakkan dasar untuk dapat memecahkan
masalah berdasarkan penelitian yang sedang dan telah selesai
(d) memenuhi
keingin tahuan sosial
(e) menyediakan sesuatu yang memiliki manfaat.
Kriteria masalah demikian tidak dapat membatasi dengan penentuan kriteria
tentang masalah. Suatu masalah sebenarnya merupakan proses yang sedang mengalami
halangan di dalam mencapai tujuannya (goal). Biasanya, halangan tersebut hendak
kita akhiri, dan hal inilah yang antara lain menjadi tujuan suatu penelitian (research
obyective).
Bahwa apa yang dinamakan masalah itu tidak bersifat limitatif-dalam hal ini
misalnya hanya timbul bila ada hambatan/kesenjangan-dapat lebih jelas bila
dihubungkan dengan berbagai sifat penelitian, terutama penelitian eksploratif (Maria
SW. Sumardjono, 1996: 22-23).
Penelitian eksploraratif bertujuan memperoleh
pengetahuan tentang suatu gejala, sehingga, setelah melalui tahap observasi, masalah
serta hipotesisnya dapat dirumuskan. Jelaslah bahwa dalam penelitian eksploratif
pengetahuan tentang gejala yang hendak diteliti masih sangat terbatas dan merupakan
langkah pertama bagi penelitian yang lebih mendalam (Singarimbun dan Effendi, 1989:
4; Babbie, 1986: 72; Vredenbregt, 1985: 53)
Namun demikian, dalam pemilihan masalah hendaknya diperhatikan hal-hal
sebagai berikut
- Otoritas peneliti, dalam hubungannya dengan penguasaan teoritis dan metodologis; sebagai guru yang akan meneliti hendaknya dibantu dengan beberapa ilmu bantu untuk membangun ilmu pendidikan yaitu ilmu psikology, sosiologi dan ilmu pendidikan sendiri.
- Fasilitas yang tersedia, terutama dana dan waktu; bagi guru yang akan meneliti sebenarnya tergantung niat yang dimiliki, waktu untuk melakukan penelitian dan sedikit dana untuk melaksanakan.
- Kemungkinan memperoleh data yang adekuat; dapat dilakukan dengan mengambil data sekunder (statistik pendidikan, data sosiografi/demografi, statistik sekolah dll) dan juga data primer meliputi pernyataan masingmasing informan dalam pelaksanaan penelitian lapangan.
Data yang baik
adalah data yang memberikan informasi secara tepat dalam pelaksanaan
penelitian yang sedang dilakukan (sesuai dengan tujuan penelitian). Apakah masalah yang hendak diteliti itu penting/berfaedah bagi negara/
masyarakat dan ilmu pengetahuan. Masalah penelitian adalah masalah yang
dianggap penting dan dirasakan mengganggu kegiatan pendidikan
keseharian, dirasakan sebagai hambatan yang mengganggu yang harus
diatasi bersama (guru, orangtua siswa, siswa, pemerintah dan swasta)
secara simultan.
Dalam prakteknya sering terjadi kesalahan dalam merumuskan masalah, yang
antara lain disebabkan oleh:
- Pengumpulan data yang dilakukan tanpa perencanaan terinci; sehingga data dapat bias, tidak sesuai dengan tujuan penelitian.
- Pengambilan data yang sudah tersedia dan usaha untuk memaksakan perumusan masalahnya;
- Perumusan tujuan yang dilakukan terlalu umum dan meragukan, sehingga interpretasi hasil serta kesimpulan tidak sahih (valid); hal ini tentunya tidak dapat digunakan untuk mengatasi masalah pendidikan yang muncul di masyarakat.
- Tidak disebutkannya batasan (limitation) dalam pendekatannya-baik secara eksplisit maupun implisit- yang berguna untuk membatasi kesimpulan dan penerapannya pada situasi lain.
Tidak ada keharusan yang mengikat dalam hal perumusan masalah-dapat
berbentuk pernyataan maupun pertanyaan. Biasanya lebih mudah merumuskan
masalah dalam bentuk pertanyaan, yang sudah barang tentu bukan sekadar bertanyakarena
suatu masalah yang baik sedapat mungkin:
- harus menyatakan hubungan antara dua gejala (variabel),
- harus dinyatakan secara jelas serta tidak mengandung keraguan, dan
- menyiratkan kemungkinan untuk dapat diuji secara empiris (Kerlinger, 1973: 17-18).
Tugas Yang Harus Dilaksanakan Guru: Anda adalah guru yang bertugas di suatu daerah dengan karakteristik
tertentu, cobalah Anda susun sebuah identifikasi masalah pendidikan yang
sering muncul atau Anda hadapi dalam tugas keseharian. Dari identifikasi
masalah yang muncul, adakah persamaan diantara masalah-masalah itu, dan
Anda perkirakan teori pendidikan yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah itu?
Identifikasi Masalah Pendidikan
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT
Apa yang hendak dicapai dalam penelitian hendaknya dikemukakan dengan
jelas dan tegas. Perlu pula diingatkan bahwa antara masalah, tujuan, dan kesimpulan
yang kelak diperoleh haruslah sinkron atau konsisten. Jika masalah dirinci menjadi
empat hal, tujuan penelitian harus meliputi keempat haal tersebut, dan melalui
pengujian hipotesis (jika ada) terhadap keempat hal tersebut akan diperoleh
kesimpulan yang meliputi keempat hal itu pula.
Tujuan penelitian (research obyective) biasanya dinyatakan dengan
kalimat yang sederhana, kalimat tunggal dan tidak bersayap sehingga memuat
kejelasan yang dimaksud.
1. Tujuan penelitian harus dapat menggugah minat penelitian bagi pembacanya,
untuk terlibat dan menekuni.
2. Kalimat harus jelas, padat, tunggal dan tidak bersayap
3. Tujuan penelitian harus memuat unsur pokok yang dijadikan acuan penelitian
Sedangkan pernyataan tentang tujuan penelitian dapat dijabarkan menjadi
beberapa unsur (Suryono Sukamto, 2006: 9):
- Mendapatkan pengetahuan tentang sutu gejala, sehingga dapat merumuskan masalah.
- Memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang suatu gejala, sehingga dapat merumuskan pendapat sementara (hipotesa).
- Untuk dapat menggambarkan secara lengkap karakteristik atau ciri-ciri dari suatu keadaan, perilaku pribadi, perilaku kelompok, fenomena pendidikan.
- Mendapatkan keterangan tentang frequensi peristiwa, dan juga mendapat keterangan hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain
- Menguji hipothesa yang berisikan hubungan sebab dan akibat dari hubungan 2 variabel atau lebih.
Selain tujuan penelitian, peneliti juga sudah harus membayangkan manfaat
yang didatangkan dari penelitian itu. Manfaat penelitian seringkali disebut sebagai arti
dan kegunaan (signifikansi) bagi perkembangan ilmu Pendidikan/ ilmu keguruan
atau juga bagi perkembangan pemanfaatan ditengah masyarakatnya. Manfaat
pertama seringkali disebut signifikansi ilmu dan manfaat kedua disebut sebagai
signifikasi sosial. Manfaat ilmu, dalam penelitian pendidikan diharapkan periset dapat
menyumbangkan sejumlah keterangan yang melengkapi asumsi teori pendidikan
tertentu. Bagaimana teori prestasi belajar dapat dibangun dengan pemahaman baru
tentang ketersediaan fasilitas-belajar dan peningkatan status gizi siswa.
Sedangkan
signifikansi sosial mencakup, bagaimana temuan penelitian yang dilakukan itu dapat
memiliki manfaat kepada pengambil kebijakan dan para periset sendiri (guru ybs).
Tugas yang Dilaksanakan Guru
Anda adalah guru yang bertugas di suatu daerah dengan karakteristik
tertentu, cobalah Anda susun tujuan penelitian sesuai dengan masalah yang
terjadi. Tujuan penelitian tersebut Anda hubungkan dengan manfaat penelitian
, dalam bentuk signifikansi ilmu dan signifikansi sosial.
Tujuan Penelitian, Signifikansi Ilmu dan Signifikansi Sosial
BAB IV
METODE PENELITIAN
Penelitian pendidikan pada umumnya mengandung dua ciri pokok, yaitu logika
dan pengamatan empiris (Babbie, 1986:16). Kedua unsur penciri pokok penelitian ini
harus dipakai dengan konsisten, artinya dua unsur itu harus memiliki hubungan
fungsional-logis. Dalam hal ini logika merujuk kepada
(a) pemahaman terhadap teori
yang digunakan dan
(b) asumsi dasar yang digunakan oleh peneliti ketika akan memulai
kegiatan penelitian.
Disamping itu pengamatan empiris bertolak dari
(a) hasil kerja
indera manusia dalam melaksanakan observasi dan kekuatan pemahaman manusia
terhadap data-data lapangan. Kegiatan antara penggunaan logika dan pengamatan
empirik harus berjalan konsisten: artinya kedua unsur (logika dan pengamatan
empiris) harus memiliki keterpaduan dan memungkinkan terjadi dialog intensif.
Dengan demikian pengamatan empiris harus dilakukan sesuai dengan pertimbangan
logis yang ada.
Sebagai contoh: dalam bidang pendidikan menurunnya prestasi siswa
dapat diterangkan dengan asumsi bahwa
(a) telah terjadi berkurangnya minat siswa
terhadap mata pelajaran tertentu di sekolah sebagai akibat dari terbatasnya prasarana
laboratorium dan buku penunjang belajar
(b) telah terjadi penurunan rerata nilai ujian
untuk matakuliah tertentu, disebabkan guru belum memahami pelaksanaan kurikulum
yang berbasis kepada KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan).
Gambar Hubungan Antara Logika dan Pengamatan empirik dalam penelitian pendidikan
Metodologi dalam arti umum, adalah studi yang logis dan sistematis
tentang prinsip-prinsip yang mengarahkan penelitian ilmiah. Dengan demikian,
metodologi dimaksudkan sebagai prinsip-prinsip dasar dan bukan sebagai
methods atau cara-cara untuk melakukan penelitian. Dalam bagan berikut,
metodologi, dalam arti prinsip dasar, digambarkan secara horizontal-yang intinya
terdiri atas: masalah, tujuan, tinjauan pustaka, kerangka teori (jika ada), hipotesis
(jika ada), dan cara penelitian. Sedangkan cara penelitian atau methods atau desain
penelitian digambarkan secara vertikal- yang intinya terdiri atas lima unsur (bahan,
alat, jalannya penelitian, variabel penelitian, analisis hasil).
Dalam bahasa sehari-hari, pengertian methodology dan methods ini sering
dikacaukan. Seringkali dijumpai istilah metodologi atau metode penelitian, padahal
yang dimaksudkan sebenarnya adalah methods atau cara penelitian-sebagai salah satu
tahap dalam metodologi penelitian yang kemudian dituangkan dalam usulan
penelitian. Dengan demikian, istilah ”metodologi” di sini adalah dalam arti yang
terbatas/sempit.
Sebagai suatu pola, cara penelitian tidak bersifat kaku-bagaimanapun, suatu
cara hanyalah alat (tool) untuk mencapai tujuan. Cara penelitian digunakan secara bervariasi, tergantung antara lain pada obyek (formal) ilmu pengetahuan, tujuan
penelitian, dan tipe data yang akan diperoleh.
Penentuan cara penelitian sepenuhnya
tergantung pada logika dan konsistensi peneliti.
Pembuatan usulan penelitian merupakan suatu langkah konkret pada tahap
awal penelitian. Seorang guru yang baru meneliti atau ingin meneliti, dalam hal ini
ingin memperoleh informasi dari instrumen yang digunakan. Guru harus memiliki
sejumlah keterampilan khusus. Demikian pula, penelitian itu sedapat mungkin
ditujukan untuk memecahkan suatu masalah pendidikan yang dihadapi oleh
masyarakat, negara, dan ilmu.
Sebagai suatu proses, penelitian membutuhkan tahapan-tahapan tertentu yang
oleh Bailey disebut sebagai suatu siklus yang lazimnya diawali dengan:
- pemilihan masalah dan pernyataan hipotesisnya (jika ada);
- pembuatan desaian penelitian;
- pengumpulan data;
- pembuatan kode dan analisis data; dan diakhiri dengan intepretasi hasilnya.
Dalam kenyataannya, seorang peneliti dapat mengakhiri penelitiannya setelah
interpretasi hasil. Akan tetapi, proses penelitian sendiri tidak berhenti pada tahap itu.
Ada kemungkinan bahwa penelitian yang dilakukan tidak membawa hasil sebagaimana
yang diharapkan. Dalam hal ini peneliti perlu melakukan revisi atas asumsi/
hipotesisnya dengan melewati tahap pertama. Atau, mungkin juga asumsi/hipotasisnya
benar tetapi terdapat kesalahan pada hal-hal lain, misalnya kesalahan dalam
penentuan sampel, kesalahan dalam penentuan sampel, kesalahan dalam pengukuran
konsep-konsep, atau ketidaktepatan analisis data. Maka dalan hal ini peneliti harus
mengulang seluruh proses penelitiannya (Bailey, 1982:10).
Pendapat ini memperkuat
posisi, bahwa pelaksanaan penelitian bersifat dinamis: yaitu penelitian yang bersifat
terbuka, dilakukan dengan berbagai pendekatan yang tidak kaku (rigit). Proses
penelitian diketahuai adalah proses yang dinamis, artinya perkembangan suatu teori
diawali dengan pemahaman terhadap teori itu sendiri, yang kemudian menghasilkan
hipotesis, lalu dari hipotesis itu diperoleh cara untuk melakukan observasi, dan pada
gilirannya observasi itu menghasilkan generalisasi. Atas dasar generalisasi inilah teori
itu mungkin didukung atau ditolak. Demikian seterusnya, teori dan penelitian
dihubungkan melalui dua metode logika deduksi dan induksi yang dipergunakan secara
berseling-seling. Secara sederhana proses ini dapat dilihat dalam gambar ini:
Gambar Wallace: Model Penelitian Sosial
Kiranya model penelitian dinamislah yang lazim diterima. Wallace melukiskan proses
tersebut sebagai lingkaran ilmu pengetahuan, karena proses menemukan kebenaran
ilmu pengetahuan dan penelitian berlandaskan metode tertentu (Wallace,1971: 16-
24). Pemikiran Wallace dapat memuat daur pendekatan yang bersifat induktife dan
pendekatan yang bersifat deduktife.
Pendekatan induktif bermula dari keinginan peneliti untuk memberi makna
kepada data hasil observasi dalam bentuk generalisasi empiris (kategori-kategori awal,
asumsi, kemudian menjadi sebuah teori). Pendekatan induktif sering dipakai dalam
penelitian kualitiatif, yaitu penelitian yang memanfaatkan paradigma penelitian
interpretif yang bertujuan membangun makna berdasarkan kepada data-data
lapangan. Pendekatan deduktif bertolak dari sejumlah tafsiran yang diberikan kepada
asumsi dan teori, dengan menggunakan data-data hasil observasi dalam penelitian.
Penelitian yang bersifat deduktif dibangun dari data-data kuantitatif-statistik
yang berusaha mengadakan uji terhadap seperangkaian hipothesa yang menjadi
asumsinya. Penelitian kuantitatif lebih sering dilakukan, dengan perangkat instrument
yang dipersiapkan, para periset kuantitiatif lebih mudah mengambil data dari satuan sample. Semakin banyak sample penelitian maka semakin tinggi tingkat kepercayaan
terhadap intepretasi data lapangan. Dengan menggunakan pendekatan positivistik,
penelitian kuantitatif menjadi lebih mudah dilakukan, tergantung kepada interpretasi
atas data-data numerik yang dilakukan dalam analisa statistik.
Gambar Siklus Penelitian Model Walace
Dengan berbekal pengertian-pengertian dasar mengenai penelitian, berikut ini
akan diuraikan tahap-tahap dalam penelitian. Membicarakan tahapan dalam penelitian pada dasarnya sama dengan membicarakan metodologi atau ilmu tentang metode.
Merupakan suatu kenyataan bahwa prinsip-prinsip metode ilmiah adalah sebagian
besar sama bagi setiap cabang ilmu pengetahuan. Sudah barang tentu perhatian pada
segi penekanannya harus diberikan, tetapi hal ini tidak menyangkut prinsip-prinsip
metode ilmiah (Vredenbregt, 1985: 59-60).
Penelitian pendidikan sebenarnya suatu proses untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antar konsep yang dijadikan bahan kajian dalam penelitian. Hubungan antar
konsep itu ditunjukkan dalam sebuah hubungan ........Setiap konsep yang kembangkan
sebagai variabel penelitian harus dapat menunjukkan beberapa indikator empirik yang
ada dilapangan.
Sebagai contoh konsep kemampuan mengajar guru, maka indikator
empirik yang dapat diketahui adalah
(a) kemampuan penggunaan metode belajar guru
di dalam kelas
(b) penguasaan materi belajar pada mata pelajaran tertentu di kelas,
dan
(c) kemampuan guru mengadakan asosiasi beberapa mata pelajaran tertentu di
kelas
Tabel Konsep dan Indikator Empirik
Sedangkan untuk konsep belajar siswa di kelas, maka indikator yang digunakan
adalah
(a) nilai hasil ujian siswa pada mata pelajaran tertentu
(b) nilai keseluruhan sebagai hasil ujian pada tingkatan kelas tertentu
(c) aspek
keterampilan yang dicapai siswa pada mata pelajaran tertentu.
Tugas yang Dilakukan Guru
Anda adalah guru SMP yang telah melaksanakan tugas penelitian deskriptif,
usahakan Anda dapat melaksanakan kegiatan analisis dengan cara menafsirkan data –
data lapangan dengan melakukan interpretasi.
A. Sudut Induksi
B. Sudut Deduksi
BAB V
KAJIAN TEORI
Perpustakaan dan instansi khusus lain merupakan sumber keterangan. Melalui
penelusuran pustaka dapat diperoleh teori-teori dasar yang telah ditentukan para ahli,
penelitian yang baru dalam bidang yang menjadi perhatian, orientasi pemilihan topik
dapat diperluas, serta pengulangan penelitian dapat dihindari (Irawati, dalam
Singarimbun dan Effendi, 1989: 70). Keterangan yang diperoleh haruslah dicatat dan
diolah untuk kemudian dapat dipergunakan sebagai bahan dalam pembuatan usulan
penelitian, laporan, dan penulisan makalah. Landasan teori dijabarkan dan disusun
berdasarkan tinjauan pustaka, dan akan merupakan suatu bingkai yang mendasari
pemecahan masalah serta untuk merumuskan hipotesis.
Teori dapat juga diwujudkan
dalam model penelitian yang apabila dipersiapkan dengan cermat akan mempermudah
penanganan penelitian.
Apakah setiap usulan penelitian harus selalu disertai landasan teori? Jika teori
diberi pengertian menurut ilmu-ilmu sosial sebagaimana diuraikan di atas, landasan
teori tidak harus ada pada setiap usulan penelitian. Dalam penelitian eksploratif,
misalnya, tampak jelas bahwa pengetahuan tentang teori masih sangat sedikit
sehingga tidaklah mungkin menyusun landasan teori.
Menurut Mullins (1971:36) teori
dinyatakan sebagai kelompok ide yang memiliki hubungan yang mengandung
kebenaran
(1) Konsep-konsep yang digunakan untuk membahas daerah pemasalahan,
(2) Peubah apa yang dipercaya sebagai sumber potensial untuk menggambarkan,
masalah, dan
(3) Mengapa memilih idea dan asumsi tertentu untuk membahas
masalah.
Apakah yang dimaksud dengan keterangan konseptual?
Kerangka konseptual
adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang
akan diteliti. Konsep bukan merupakan gejala/fakta yang akan diteliti melainkan
abstraksi dari gejala tersebut (Soerjono Soekanto, 1982: 132). Konsep, yang
merupakan salah satu unsur teori, dengan demikian mempunyai sifat yang lebih
kongkret daripada teori. Namun demikian, konsep ini masih perlu dijabarkan lebih lanjut yaitu dengan memberikan definisi operasionalnya. Dalam ilmu hukum,
penjabaran lebih lanjut itu dapat diambil misalnya dari peraturan perundangundangan.
Dengan demikian, bila teori diberi pengertian menurut ilmu-ilmu sosial, tidak
semua usulan penelitian memerlukan landasan teori.
Tetapi bagaimanapun juga, untuk
melaksanakan penelitian diperlukan sesuatu yang memberi arah kepada usaha untuk
memecahkan masalah dalam penelitian itu, dan dalam hal ini landasan teori dapat
digantikan oleh landasan konsepsional. Babbie menyebut teori sebagai penjelasan
sistematis tentang fakta-fakta yang diamati yang berkenaan dengan aspek kehidupan
tertentu (Babbie, 1986: 37). Jonathan Turner, sebagaimana dikutip oleh Babbie,
menyebutkan beberapa unsur teori-tiga diantaranya adalah konsep, variabel, dan
pernyataan. Konsep adalah unsur-unsur abstrak yang mewakili kelas-kelas fenomena
dalam satu bidang studi. Dengan demikian, konsep merupakan penjabaran abstrak dari
teori. Dikemukakan sebagai contoh, dalam teori tentang kenakalan remaja ada
beberapa konsep yang terkait, misalnya kenakalan, remaja, status sosial ekonomi,
prestasi di sekolah dan lain sebagainya.
Konsep yang berrsifat abstrak itu harus
dijabarkan melalui variabel. Dengan demikian, apabila konsep itu berhubungan dengan
teori, variabelnya berhubungan dengan observasi dan pengukuran. Dalam konsep
status sosial ekonomi, variabel tersebut misalnya dapat diamati dan diukur
berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan orang tua.
Dalam kaitan dengan pertanyaan (statement) dikenal adanya proposisi dan
hipoteisis. Proposisi adalah kesimpulan yang ditarik tentang hubungan antarkonsep,
dan hipotesis adalah harapan-harapan terinci tentang realitas ampiris yang diperoleh
dari proposisi. Melalui penelitian, hipotesisi akan diuji dan hasilnya mungkin
mendukung atau menolak teori.
BAB IV
DESKRIPSI DAN INTERPRETASI
A. Bagaimana Membaca Data?
Bagaiman membaca data ? Pertanyaan ini sangat mendasar dalam semua
kegiatan penelitian. Bahkan dapat dinyatakan bahwa inti kegiatan penelitian
adalah ’pembacaan’ data lapangan yang telah dikumpulkan dalam kegiatan
penelitian itu. Harus diakui oleh semua orang, bahwa data tidak akan memiliki
makna seandainya periset tidak dapat ’memberi makna’ kepada seonggok
benda yang bernama data (datum).
Data yang merupakan benda mati, sejumlah
pernyataan tentang sifat, event yang sudah atau sedang berlalu; akan hidup
dalam imajinasi periset. Pembacaan data menjadi kunci kegiatan penelitian
lapangan, periset akan menemukan sejumlah temuan dan simpulan (evidensi)
dengan cara membaca data-data yang menjadi temuannya di lapangan.
Kalau yang dimaksud periset adalah guru, maka dapat dinyatakan,
bagaimana guru-guru itu dapat membaca data pendidikan yang diperoleh dalam
kegiatan penelitian lapangan. Ketika seorang guru mendapati laporan statistik
sekolah (dari dinas pendidikan kabupaten) yang terbaca bahwa siswa
perempuan sering mengalami ’drop out’ pada kelas-kelas terakhir tingkat
pendidikan dasar (SD dan SMP).Kejadian itu merupakan data yang perlu
ditafsirkan oleh periset.
Pertama, dengan imajinasinya, periset akan
mengambil simpulan bahwa sebagian keluarga-keluarga di daerah penelitian
masih belum menempatkan posisi wanita sejajar dengan laki-laki. Secara
ekonomi dan sosial (social status) wanita lebih rendah dibandingkan laki-laki,
ketika terjadi kesulitan ekonomi maka masyarakat akan merespon dengan
mengurangi peluang pendidikan kepada anak perempuan.
Kedua, dengan
imajinasinya pula, periset menghubungkan perilaku masyarakat dengan kebiasaan dan budaya setempat. Dalam adat budaya Jawa yang patrialkal,
maka aspirasi pendidikan terhadap anak perempuan lebih rendah dibanding
anak lelaki. Bagi keluarga Jawa, anak lelaki akan menanggung tanggung jawab
lebih besar dibanding perempuan, sehingga mereka perlu menikmati
pendidikan lebih tinggi dan harta warisan lebih besar (sakpikulan dan
sakgendongan).
Untuk dapat ’membaca’ data penelitian yang baik, periset perlu
memiliki pengetahuan yang cukup luas dengan cara membaca buku referensi
teori, berdialog dengan teman-teman guru yang lain (kolega) dan berusaha
meningkatkan kualitas pengalaman.
- Guru-guru yang termasuk dalam kelompok periset perlu mendalami buku-buku ilmu pendidikan (ilmu pendukung pendidikan: psikologi, sosiologi, filsafat manusia dll), jurnal hasil penelitian pendidikan, artikel pendidikan, dan artikel pendidikan di web-internet, untuk dapat membangun konsep, asumsi, pengetahuan yang lebih mendalam tentang masalah-masalah pendidikan yang terjadi dilapangan.
- Guru-guru yang termasuk dalam kelompok periset perlu membentuk kelompok kerja yang diharapkan mampu menggali masalah-masalah pendidikan dilapangan sesuai dengan pengalaman masing-masing. Dengan membuat kelompok kerja, diharapkan periset memiliki arena untuk membangun wacana, memahami konsep-konsep penelitian dan melakukan saling tindak kritis (sharing) terhadap masalah yang dihadapi bersama.
- Periset pendidikan harus memiliki ’pengetahuan awal’ tentang masalah yang diteliti, sehingga dapat melakukan kegiatan analisis yang tepat.
B. Data Primer dan Data Sekunder
Perlu diketahui, bahwa data dapat dibagi menjadi dua berdasarkan asalmuasal
data tersebut: yaitu Data Primer dan Data Sekunder.
Data Primer adalah data-data yang diperoleh guru secara langsung
dalam kegiatan penelitian lapangan. Data primer ini dapat berbentuk isian kuesioner, jawaban langsung dari responden/informan berdasarkan
masalah yang sedang dikaji. Data primer dapat berupa sejumlah analisis
statistik yang digunakan untuk mengunyah data-data primer yang masuk
(menggunakan analisis komputer).
Data primer juga dapat berbentuk laporan
hasil pengamatan (pengamatan melibat dan pengamatan tidak langsung), hasil
gambar foto dari event tertentu yang menjadi tujuan atau selama penelitian
berlangsung.
Dalam kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK) seorang guru yang
memiliki atensi untuk memperbaiki kinerja tugas mengajarnya di dalam kelas,
berusaha membagi siswa menjadi tiga kategori, yaitu kategori siswa yang
memiliki rerata nilai cukup tinggi dalam mata pelajaran matematika, kategori
siswa yang memiliki rerata nilai menengah dalam mata pelajaran matematika
dan terakhir kategori siswa yang memiliki rerata nilai rendah dalam mata
pelajaran matematika. Upaya untuk membaca data dengan membagi 3 kategori
tersebut merupakan upaya untuk membaca data primer.
Data deskriptif dapat
dilanjutkan dengan pemanfaatan statistik deskriptif (prosentasi, Proposisi) dan
juga menggunakan statistik infrensial (test hipotesa atau melihat ada tidaknya
hubungan antara dua konsep) sehingga dapat menjamin adanya kejelasan
pengambilan simpulan.
Data Sekunder, adalah data-data yang yang diperoleh guru secara
tidak langsung dalam kegiatan penelitian. Data sekunder dapat diperoleh
dari sensus pendidikan, laporan data pendidikan dari kantor dinas
pendidikan dan departemen pendidikan, statistik yang berasal dari
monografi dan demografi desa dan juga hasil-hasil penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Data sekunder didapatkan dari sumber jurnal
pendidikan, buku, dan sumber lain yang secara instidental ditemukan. Sumber
sekunder juga dapat diperoleh dari media masa (koran) dan lembaran maya
(internet).
Data sekunder adalah data yang tidak merupakan sumber asli dalam
kegiatan penelitian, tetapi merupakan sumber yang dapat dipakai untuk
menunjang keberadaan informasi data primer yang dijadikan informasi utama.
Meskipun data sekunder merupakan data penunjang, tetapi kepentingan data
ini untuk membangun informasi penelitian cukup penting sehingga dibutuhkan.
Kepentingan data sekunder adalah untuk membuat
(a) latar belakang masalah
penelitian
(b) informasi alternatip yang dapat dibandingkan dengan informasi
primer, sehingga diperoleh ’pemahaman’ baru bagi periset. Sehingga laporan
penelitian lebih memiliki dukungan data yang dapat memperkuat citra
akademis
(c) data sekunder dapat dijadikan sumber rujukan utama ketika
peneliti hendak menginformasikan hal-hal yang bersifat makro
(d) untuk jenis
penelitian kepustakaan dan studi kajian buku (referensi), maka data sekunder
merupakan informasi utama.
Untuk dapat membaca data penelitian, dibutuhkan kesepakatan
bagaiman periset dapat memberikan interpretasi terhadap data-data lapangan
sebagai berikut :
1. Data lapangan dapat dideskripsi dalam hal ini dilaporkan apa adanya,
diskripsi pelaporan dapat dilakukan secara umum tetapi dapat pula
dilakukan dengan terinci sesuai dengan keunikan-keunikan tertentu yang
ada pada data lapangan tersebut.
2. Data lapangan seringkali tidak dapat dideskripsi begitu saja, karena
banyak informasi yang tersembunyi dan tidak muncul dalam upaya
deskripsi awal. Untuk itu dibutuhkan intepretasikan (ditafsirkan) karena
ada beberapa fenomena yang tersembunyi (hidden) dalam data lapangan
tersebut?. Untuk mengadakan intepretasi data lapangan dibutuhkan logika
pengamatan dan penggunaan teori-teori pendidikan yang relevant.
3. Dalam pendekatan siklus penelitian model Wallace, maka upaya untuk
mengadakan deskripsi dan intepretasi dapat dilakukan dengan langkah
induktif (membaca dari data lapangan) dan juga dapat dilakukan dengan
langkah deduksi (membaca dan menafsirkan teori).
Gambar Memberi Tafsir Kepada Data Lapangan dan Data Yang Tersembunyi
Tabel Penampilan Data Lapangan dan Informasi dibalik Data Lapangan
BAB VII
SISTEMATIKA USULAN DAN LAPORAN
A. Usulan dan Laporan Penelitian
Usulan penelitian dan laporan penelitian, adalah dua hal yang memiliki
persamaan. Usulan penelitian biasanya diajukan kepada pembimbing sebelum
dilaksanakannya penelitian pendidikan, sedangkan laporan penelitian ditulis sebagai
hasil kegiatan penelitian itu sendiri.
Pada umumnya, usulan penelitian memuat:
1. Judul
2. Latar belakang
3. Tujuan Penelitian
4. Definisi operasional
5. Tinjauan Pustaka: Landasan teori yang digunakan, Kerangka konseptualisasi
dari konsepsi penelitian
6. Hipotesis (jika ada)
7. Metodologi Penelitian yang digunakan
8. Jadwal, dan dana yang dibutuhkan
9. Daftar Pustaka
Sedangkan laporan penelitian memuat beberapa hal sebagai berikut :
1. Judul
2. Bab I : Pendahuluan (Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Definisi Operasional)
3. Bab II : Tinjauan Pustaka (Landasan teori yang digunakan/kerangka
konseptualisasi dari konsepsi penelitian dan hipotesis, jika ada)
4. Bab III : Metode Penelitian yang digunakan
5. Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
6. Bab V : Simpulan dan Saran
7. Daftar Pustaka
B. Rincian
1. Judul
Judul penelitian hendaknya dibuat singkat, jelas, menunjukkan dengan tepat
masalah yang akan diteliti, dan tidak memberi peluang bagi penafsiran yang
bermacam-macam. Di samping itu, bahasa yang dipergunakan hendaknya bahasa
ilmiah yang memenuhi standar tertentu dan mudah dipahami oleh orang lain. Judul
penelitian juga dibuat ’merangsang’ orang lain untuk membaca dan ikut memahami
isinya. Judul penelitian sebagai suatu pedoman, dapat dikemukakan bahwa semakin
sedikit keterangan yang dicantumkan dalam judul, semakin luas cakupannya; demikian
pula sebaliknya. Judul penelitian hanyalah sebuah ”frase” sehingga tidak perlu
lengkap, rinci dan lengkap.
2. Latar Belakang
Latar belakang berisi: 1) permasalahan, 2) faedah, 3) hasil penelitian terdahulu
dan 4) keaslian penelitian (originalitas). Dalam permasalahan dikemukakan uraian
tentang masalah yang menarik minat dan mendesak untuk diteliti. Penelitian harus
berfaedah bagi kepentingan negara/ masyarakat/ pembangunan (segi praktis) dan
memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan (segi teoritis). Dalam latar belakang
ini juga dapat ditulis, hasil-hasil penelitian terdahulu atau harus dinyatakan dengan
tegas bedanya dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan. Penelitian yang
dilakukan hendaknya asli (originalitas), sehingga memiliki nilai akademis yang tinggi.
3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Apa yang hendak dicapai dalam penelitian hendaknya dikemukakan dengan
jelas dan tegas. Perlu pula diingatkan bahwa antara masalah, tujuan dan simpulan
yang kelak diperoleh haruslah sinkron. Jika masalah dirinci menjadi tiga hal, maka
tujuan penelitian, pengujian hipotesis (jika ada), dan simpulan yang diperoleh harus
meliputi keempat hal itu pula.
4. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka berisi uraian sistematis tentang berbagai keterangan yang
dikumpulkan dari pustaka yang ada hubungannya dengan penelitian. Kejujuran
akademik mengharuskan peneliti menunjukkan sumber dari mana keterangan itu
diperoleh. Menurut Kerlinger, teori adalah
“A set of interrelated constructs (concepts), definitions, and propositions that presents a
systematic view of phenomena by specifying relations among variables, with the purpose
of explaining and predicting the phenomena”. (Kerlinger, 1973)
Dengan demikian, teori mengandung tiga hal pokok: 1) Seperangkat proposisi
yang berisi konstrak (construct) atau konsep yang sudah didefinisikan dan saling
berhubungan; 2) penjelasan hubungan antarvariabel sehingga menghasilkan pandangan
sistematis mengenai fenomena yang digambarkan oleh variabel-variabelnya; 3)
penjelasan mengenai fenomena dengan jalan menghubungkan satu variable dengan
variable lain dan menjelaskan bagaimana hubungan antarvariabel tersebut.
5. Hipotesis (jika ada)
Hipoteisi dirumuskan berdasarkan landasan teori (jika ada), atau berdasarkan
tinjauan pustaka. Tidaklah tepat beranggapan bahwa setiap penelitian harus memuat
hipotesis. Anggapan itu diakibatkan oleh persepsi yang memandang bahwa suatu
penelitian tanpa hipotesis tidak bersifat ilmiah. Kesalahpahaman ini dapat dihindari
dengan memahami sifat penelitian yang berbeda-beda.
Penelitian eksploratif, sebagaimana telah dijelaskan dalam uraian terdahulu,
antara lain ditujukan untuk:
a. memuaskan kengintahuan peneliti demi memperoleh pengertian yang lebih
baik,
b. menguji kemungkinan dilakukannya studi yang lebih mendalam, dan
c. mengembangkan metode-metode yang akan diterapkan dalam studi yang lebih
mendalam (Babbie, 1986: 72)
Sebagai studi penjajakan, pengetahuan tentang teori masih sangat sedikit atau
samar-samar, karena itu melalui hasil observasi barulah masalahnya dapat dirumuskan
lebih rinci serta dapat disusun hipotesisnya. Dengan demikian, dalam penelitian
eksploratif hipotesis barulah dapat disusun belakangan yaitu setelah melalui tahap
observasi; sedangkan menurut pengertian yang lazim, hipotesis harus disusun
sebelumnya. Dalam penelitian hukum, penelitian eksploratif bertujuan:
1. memperoleh pengetahuan tentang gejala hukum, sehingga dapat merumuskan
masalah, dan
2. memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam mengenai suatu gejala hukum,
sehingga dapat merumuskan hipotesisnya.
Dengan demikian, untuk penelitian eksploratif hipotesis dalam pengertian yang
lazim tidak diperlukan (Kerlinger, 1973: 26; Vredenbregt: 1985: 53; soerjono Soekanto,
1982: 49, 96; Mely Tan, dalam Koentjaraningrat, 1986: 29)
Bagaimana halnya dengan penelitian deskriptif? Penelitian deskriptif yang
bertujuan menggambarkan secara lengkap ciri-ciri suatu keadaan, perilaku pribadi dan
perilaku kelompok, serta menentukan frekuensi suatu gejala, dilakukan tanpa
didahului hipotesis. Tetapi penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh
data tentang hubungan suatu gejala dengan gejala lain memerlukan adanya hipoteisis
(Soerjono Soekanto, 1982: 49, 96; Mely Tan, dalam Koentjaraningrat, 1986: 29).
Hipotesis adalah pernyataan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih
(Kerlinger, 1973: 18), dan selalu dirumuskan dalam kalimat pernyataan.
Lebih lanjut,
Kerlinger menyebutkan bahwa hipotesis yang baik harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
1. menyatakan hubungan antara dua variabel, dan
2. menyatakan kemungkinan untuk dapat diuji secara empiris, artinya variabel
tersebut dapat diukur dan dinyatakan sebagaimana hubungan antarvariabel
tersebut.
William J. Goode dan Paul K. Hatt, sebagaimana dikutip oleh Miller ( Miller,
1983: 23-28), menyebutkan pula tentang kriteria hipotesis yang baik, yakni harus:
1. mengandung konsep yang jelas,
2. dapat diuji secara empiris,
3. spesifik/terinci
4. dapat ditunjang dengan tehnik-tehnik yang ada, dan
5. dapat dihubungkan dengan teori.
6. Metodologi Penelitian
Dalam cara penelitian diuraikan tentang hal-hal berikut :
a. bahan dan materi penelitian; materi penelitian adalah berasal dari data yang
data bersifat primer dan sekunder. Alat dalam penelitian pendidikan adalah
daftar pertanyaan yang bernama quesionare, hasil wawancara kepada sample
akan menghasilkan sejumlah informasi yang termasuk dalam data primer.
Kriteria terpenting yang menentukan kualitas sampel adalah
representativitasnya-sejauh mana ciri-ciri sampel sama dengan ciri-ciri populasi
yang mewakilinya;
b. jalannya penelitian, adalah proses kegiatan penelitian yang dilakukan oleh
periset pendidikan;
c. Konsep/ variabel serta data yang dikumpulkan;
d. analisis hasil.
Tugas yang Dilakukan Oleh Guru
Anda adalah seorang guru yang tertarik untuk mengadakan pengkajian ilmiah
dalam bentuk penelitian (research). Anda kemudian diminta oleh lembaga
sponsor (bisa pemerintah/ swasta) untuk membuat proposal rencana penelitian
(research design), tentang masalah penelitian pendidikan yang sedang
mendapat sorotan. Anda memilih meneliti tentang peningkatan peranserta
orangtua dalam proses belajar siswa dirumah. Tulislah rencana penelitian itu
dengan lengkap dan gamblang.
BAB VIII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Akhir dari sebuah proses penulisan sebuah karya ilmiah yang didasarkan
atas kegiatan penelitian adalah penulisan kesimpulan dan saran. Ibarat orang
telah berhasil mengumpulkan benda-benda yang diinginkannya, kemudian orang
berusaha mengikatnya dengan simpul (tali-temali) temuan benda tersebut
sesuai dengan kategorisasi benda: menurut jenis, sifat dan macamnya. Temuan
yang dikelompokkan dengan simpul tadi kemudian menandai keberhasilan
proses pencaharian benda sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan
demikian ada konsistensi antara tujuan penelitian, analisis dan temuan hasil
(yang kemudian disimpulkan) dan solusi yang diberikan. Spesifikasi penulisan
simpulan dan saran dapat diungkap sebagai berikut :
1. Uraian yang menjadi temuan hasil penelitian adalah sebuah pernyataan
yang dirifer dari pertanyaan dasar (basic question) yang diberikan oleh
tujuan penelitian (research obyective). Pernyataan yang ditulis sebagai
simpulan harus mengacu kepada tujuan penelitian, simpulan yang baik
harus ditulis rinci, yaitu mendalam dan memberi kejelasan kepada
pembaca agar memiliki pengetahuan tentang masalah penelitian dengan
lebih baik. Informasi yang jelas memungkinkan pembaca untuk dapat
menerapkan hasil penelitian tadi dalam kehidupan keseharian atau
menindaklanjuti dengan penelitian lain yang lebih mendalam atau agak
berbeda dengan masalah penelitian sebelumnya.
2. Pernyataan simpulan dikembangkan dari tujuan penelitian, sehingga
jumlahnya sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam
kegiatan penelitian lapangan. Apabila seorang periset memiliki tiga tujuan dalam penelitiannya, maka dapat dicapai tiga simpulan yang dapat
ditampilkan sebagai simpulan hasil penelitian.
3. Simpulan hasil penelitian menjadi pernyataan yang sangat terbuka, oleh
karena itu menjadi kajian akademik yang masih dapat dikembangkan dan
dikritisi sesuai dengan minat pengembangan bidang kajian yang ada.
Pengembangan materi simpulan dapat diletakkan pada (a) bagian
substansi keilmuan yang mencakup penggunaan teori, (b) metodologi
penelitian yang di pakai untuk merancang kegiatan ilmiah tersebut, (c)
perbandingan dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan.
4. Pernyataan simpulan hasil penelitian perlu dibuat dan dinyatakan dengan
kalimat deklaratif, realistik dan mudah dicerna, sehingga dengan mudah
dapat dipakai sebagai bahan kajian ilmiah. Pernyataan simpulan yang
sederhana juga akan dapat merangsang pembaca untuk terlibat dan
memberikan masukan-masukan kepada periset sehingga dapat
mempersatukan pola pandangan antara periset, pembaca dan birokrat
pelaksana.
B. Saran
Saran adalah bentuk pernyataan yang diberikan sebagai jalan keluar dari
bentuk simpulan yang mengandung masalah. Saran dengan demikian merupakan
pengertian yang mengandung ’solusi’ konkret dari permasalahan yang ada.
Dengan demikian pernyataan tentang saran dibangun dari kesepahaman
tentang masalah yang dimiliki oleh periset.
1. Saran adalah pernyataan yang dibangun dengan bahasa deklaratif yang
dibuat konsisten sesuai dengan pernyataan simpulan dari suatu
fenomena pendidikan yang dihasilkan dalam proses penelitian
pendidikan.
2. Pernyataan Saran yang baik, diformulasikan dengan jelas, kalimatnya
sederhana, dapat dipahami sesuai dengan kejadian keseharian.
33
Pernyataan tentang saran dibuat sesuai dengan pernyataan simpulan
hasil penelitian
3. Pernyataan tentang saran perlu dibangun dari pemahaman yang realistik
dari suatu masalah penelitian. Pernyataan harus ’menggugah’ perhatian
dan pikiran pembaca, dan dapat menimbulkan asosiasi terhadap
tindakan konkret yang menjadi solusi dalam kehidupan bersama.
Tugas Yang Dilakukan Oleh Guru
Anda adalah seorang guru yang telah menyelesaikan tugas penelitian
didaerah tempat Anda bertugas. Penelitian tentang kegiatan belajar dan
mengajar di SD pinggiran kota kabaupaten itu, membuahkan serangkaian
simpulan dan saran yang harus di tulis sebagai akhir dari kegiatan penelitian.
Anda dipersilakan menulis hasil studi dengan konsisten.