Pengertian dan Penjelasan Paradigma Alternatif
Apa yang diperlukan sekarang ini adalah adanya model pembangunan yang sama sekali berbeda dari model ortodox. Model alternatif ini disebut “transformasi struktural”. Model pembangunan transformasi struktural meletakkan prioritas pada kebutuhan-kebutuhan internal dari negara-negara berkembang itu sendiri untuk menjamin keberlangsungan pembangunannya baik secara ekonomi maupun lingkungan, yang menjamin perbaikan kondisi penduduk miskin.
Pendekatan pembangunan harus didasarkan atas “partisipasi” dari rakyat negara-negara miskin itu sendiri dan tidak diatur serta dikontrol oleh kekuatan-kekuatan eksternal lain, baik pembangunan yang berskala lokal, regional maupun nasional. The UN Economic Commission for Africa dalam “alternative framework”nya menyebut model pembangunan alternatif ini sebagai “fundamental transformation of social, economic and political structure” (perubahan fundamental dalam struktur sosial, ekonomi dan politik).
Pendekatan pembangunan yang baru ini menekankan pada prinsip “equity (keadilan), participation(partisipasi), dan sustainability (keberlanjutan). Komisi Selatan yang dipimpin oleh Julius Nyerere menyimpulkan bahwa “pembangunan yang benar harus menempatkan manusia sebagai pusatnya, dan di rancang untuk menjamin kepentingan sosial dan ekonomi rakyat itu sendiri.
Dinamika model pembangunan ortodox yang bertumpu pada “pertumbuhan ekonomi dan modernisasi” di utara tidaklah layak dan cukup menjadi penggerak untuk meningkatnya pertumbuhan secara bekelanjutan di selatan. Berdasarkan pengalaman koalisi NGO regional di utara maupun diselatan dengan proyek-proyek mereka yang disebut dengan “local development inisiative” merumuskan, bahwa keberhasilan pembangunan yang berhasil harus mendasarkan atas prinsip-prinsip sebagai berikut:
o Partisipasi rakyat dalam menentukan/memutuskan setiap kebijakan pembangunan;
o Menghormati ilmu pengetahuan lokal, pengalaman praktis mereka dan budaya setempat;
o Mengangkat keswadayaan rakyat melalui produksi-produksi konsumsi lokal;
o Mengikuti keragaman sistem ekologi dan mengadaptasikan alternatif-alternatif pemecahan terhadap masalah-masalah ekonomi dan lingkunan.
o Pendektan-pendekatan yang fleksible, terpadu, dan multidimensi;
Model pembangunan yang berpusat pada manusia (“people-oriented model of development”) selama ini telah didesakkan sebagai pengganti/alternatif dari model ortodok yang ber-orientasi pada pertumbuhan (“grouth oriented”) tersebut sehingga model ortodok tidak menjadi resep tunggal yang diterapkan dalam segala keadaan. Model alternatif ini menjamin fleksibilitas, tepat-guna secara lokal, dimana rakyat mendapatkan kesempatan baik untuk merumuskan masalah maupun menciptakan pemecahannya.
Mungkinkah model pendekatan tersebut diterapkan?.
Pengalaman kerja-kerja NGO pada tingkat komunitas baik di utara maupun selatan telah menunjukkan keberhasilan dalam mengurangi kemiskinan dan dapat memperkuat posisi masyarakat. Sudah seharusnya lembaga-lembaga pembangunan internasional, lembaga-lembaga donor internasional, dan pemerintah baik di utara maupun selatan mengambil pelajaran dari keberhasilan-keberhasilan tersebut. Sampai saat ini kerjasama-kerjasama NGO internasional dan masyarakat sipil terus bergerak melakukan advokasi dan mendesakkan perubahan kebijakan pembangunan alternatif di semua level.
Salah satu faktor yang sangat penting dalam implementasi model pembangunan alternatif adalah adanya kesadaran baru akan pentingnya agenda dan cara-cara baru dalam riset dan pemberdayaan rakyat. Jika dalam model ortodok lebih menggunakan prinsip “esentialism” dan “economic determinism”, maka dalam model alternatif lebih cenderung mendasarkan pendekatan “multidisipliner” dan “overdeterminism” (Resnick dan Wolf). Kesadaran ini harus dibangun bersama dengan berbagai kekuatan dimana rakyat harus benar-benar menjadi pelaku aktif dari setiap perubahan melalui pendidikan yang membebaskan ( freire) dan untuk ini mereka harus diorganisir untuk membangun kekuatan mereka sendiri (community organizing) ( Alinsky). Pengorganisasian dan Pendidikan ini harus dilakukan oleh kelompok-kelompok progresif yang memiliki ikatan historis terhadap situasi dan kondisi yang dihadapi oleh rakyat atau disebut intelectual organic oleh Gramsci. Rakyat harus secara terus menerus menentukan dan memrumuskan masalahnya, menentukan apa yang paling tepat untuk mengatasinya, serta menilai hasilnya yang oleh Lewin disebut action research.
Model pembangunan yang berpusat pada manusia (“people-oriented model of development”) selama ini telah didesakkan sebagai pengganti/alternatif dari model ortodok yang ber-orientasi pada pertumbuhan (“grouth oriented”) tersebut sehingga model ortodok tidak menjadi resep tunggal yang diterapkan dalam segala keadaan. Model alternatif ini menjamin fleksibilitas, tepat-guna secara lokal, dimana rakyat mendapatkan kesempatan baik untuk merumuskan masalah maupun menciptakan pemecahannya.
Mungkinkah model pendekatan tersebut diterapkan?.
Pengalaman kerja-kerja NGO pada tingkat komunitas baik di utara maupun selatan telah menunjukkan keberhasilan dalam mengurangi kemiskinan dan dapat memperkuat posisi masyarakat. Sudah seharusnya lembaga-lembaga pembangunan internasional, lembaga-lembaga donor internasional, dan pemerintah baik di utara maupun selatan mengambil pelajaran dari keberhasilan-keberhasilan tersebut. Sampai saat ini kerjasama-kerjasama NGO internasional dan masyarakat sipil terus bergerak melakukan advokasi dan mendesakkan perubahan kebijakan pembangunan alternatif di semua level.
Salah satu faktor yang sangat penting dalam implementasi model pembangunan alternatif adalah adanya kesadaran baru akan pentingnya agenda dan cara-cara baru dalam riset dan pemberdayaan rakyat. Jika dalam model ortodok lebih menggunakan prinsip “esentialism” dan “economic determinism”, maka dalam model alternatif lebih cenderung mendasarkan pendekatan “multidisipliner” dan “overdeterminism” (Resnick dan Wolf). Kesadaran ini harus dibangun bersama dengan berbagai kekuatan dimana rakyat harus benar-benar menjadi pelaku aktif dari setiap perubahan melalui pendidikan yang membebaskan ( freire) dan untuk ini mereka harus diorganisir untuk membangun kekuatan mereka sendiri (community organizing) ( Alinsky). Pengorganisasian dan Pendidikan ini harus dilakukan oleh kelompok-kelompok progresif yang memiliki ikatan historis terhadap situasi dan kondisi yang dihadapi oleh rakyat atau disebut intelectual organic oleh Gramsci. Rakyat harus secara terus menerus menentukan dan memrumuskan masalahnya, menentukan apa yang paling tepat untuk mengatasinya, serta menilai hasilnya yang oleh Lewin disebut action research.