UGM Selamatkan Wajah Pendidikan Indonesia di Mata Dunia
Dalam publikasinya yang di release Agustus 2009, Cybermetrics project, institusi yang mengeluarkan rangking webometrics universitas, telah menempatkan Universitas Gadjah Mada sebagai universitas terbaik di Indonesia dan satu-satunya universitas di Indonesia yang masuk 100 universitas terbaik di Asia. Pada jajaran universitas terbaik dunia, UGM menduduki peringkat 572. Terpilihnya UGM menjadi universitas terbaik di Indonesia tersebut telah diraih selama tiga tahun berturut-turut sejak tahun 2007. Hal ini membuktikan UGM secara konsisten telah menjaga kualitas dan terus meningkatkannya seiring dengan visi UGM menjadi world class research university (WCRU). Bahkan peringkat dunia UGM telah mengalami kenaikan yang cukup dratis, sebesar 162 poin, dari peringkat 734 pada tahun 2007, menjadi 572 di tahun 2009.
Pencapaian peringkat 72 Asia versi webometrics telah menempatkan UGM dalam 100 universitas top Asia yang peringkatnya berada di atas beberapa universitas top Asia lainnya seperti United Nations University (Jepang), Kanazawa University (Jepang), Chaoyang University of Technology (Cina), dan Indian Institute of Science Bangalore (India). Beberapa universitas di Malaysia yang sering menjadi incaran para mahasiswa Indonesiapun berada jauh di bawah peringkat UGM seperti Universiti Teknologi Malaysia (peringkat 89), dan Universiti Sains Malaysia (peringkat 92). Tidaklah mengherankan bila sekarang banyak mahasiswa Malaysia yang sangat berminat belajar di UGM. Untuk itu perlu dipertimbangkan kembali pengiriman maupun keingian belajar ke Malaysia, sebab kenyataannya universitas kita mempunyai peringkat yang lebih baik .
Dari kawasan ASEAN, terpilih 12 universitas yang masuk jajaran universitas terbaik di Asia menurut webometrics. Universitas tersebut berasal dari Singapura sebanyak 2, Thailand 7 universitas, Indonesia 1 universitas (UGM), dan Malaysia 2 universitas. Sedangkan dari 21 universitas yang tergabung dalam ASEAN University Network (AUN), dimana anggota AUN merupakan universitas terbaik dari masing-masing negara ASEAN, terpilih 5 universitas terbaik versi webometrics. Kelima universitas tersebut adalah: National University of Singapore (14), Chulalongkorn University (35), Nanyang Technological University (53), Universitas Gadjah Mada (72), dan Universiti Sains Malaysia (94). Peringkat UGM yang masuk dalam 5 besar AUN dan 10 besar ASEAN membuktikan bahwa Indonesia lewat UGM telah mampu 1mempunyai universitas yang masuk dalam jajaran World Class University. ITB yang pada tahun sebelumnya masuk 100 besar Asia, pada release Juli 2009 telah turun peringkatnya sehingga tidak lagi masuk dalam jajaran 100 universitas terbaik Asia.
Cybermetrics Lab yang berkedudukan di Spanyol adalah bagian dari National Research Council, yang merupakan bagian terbesar dari badan riset publik. Setiap tahunnya Cybermetrics Lab mengeluarkan Webometrics Ranking of World Universities yang di perbaharui tiap bulan Januari dan Juli dan di-release sebulan sesudahnya. Metodologi yang digunakan oleh Cybermetrics Lab mengacu pada Berlin Principles of Higher Education Institutions, yang tujuan utamanya adalah terus meningkatkan dan memperbarui hal-hal yang sudah disepakati dan baik untuk dilaksanakan. Webometrics Ranking of World Universities diluncurkan secara resmi sejak tahun 2004 dengan memberikan penilaian terhadap banyaknya publikasi ilmiah universitas di web dan internet yang dikutip oleh orang di berbagai belahan dunia. Webometrics merupakan istilah baru yang diberikan seiring berkembangnya jurnal elektronik yang tersedia di web dan internet.
Penilaian terhadap publikasi ilmiah universitas di web dan internet tidak hanya bertujuan untuk meyakinkan para sarjana untuk berfikir pentingnya menyebarkan karya ilmiah, tetapi juga untuk mengukur aktivitas ilmiah, kinerja, dan dampaknya. Selain itu webometrics bertujuan mempromosikan publikasi ilmiah universitas di web, mengevaluasi komitmen pendistribusian karya ilmiah secara elektronik, menjembatani karya ilmiah dijital yang dihasilkan universitas negara maju, dan memberikan penilaian terhadap konten yang ada di web universitas.
Webometrics juga merupakan cara penilaian baru terhadap pengutipan karya ilmiah secara dijital diera pesatnya perkembangan teknologi informasi. Penilaian yang cukup bergengsi pada Webometrics Ranking of World Universities kabarnya telah mendorong berbagai universitas di Indonesia untuk berlomba meningkatkan kualitas publikasi ilmiah di webnya masing-masing. Harapannya akan semakin banyak orang yang mencari karya ilmiah tersebut lewat mesin pencari seperti Google, Yahoo, MSN, Gigablast, dan Alexa sehingga akan menaikkan peringkat webometrics universitas. Pencapaian peringkat webometrics juga sekaligus mengukur penetrasi aplikasi information, communication, and technology (ICT) di lingkungan universitas. Perhatian UGM terhadap penggunaan ICT salah satunya tercermin dari besarnya biaya penggunaan internet UGM yang mencapai Rp 1 milyar tiap bulannya atau senilai dengan satu buah mobil mercedez benz (Media Indonesia, 28 Agustus 2008).
Pengakuan internasional terhadap kualitas UGM tidak hanya berasal dari Cybermetrics Labs. The Times yang berkedudukan di Inggris lewat suplemen Times Higher for Education Services (THES) menempatkan UGM pada peringkat 250 sebagai universitas terbaik dunia pada tahun 2009. Bahkan pada tahun 2005, The Times juga telah menempatkan UGM pada posisi terhormat sebagai The World’s Top 100 Arts and Humanities Universities dalam bidang sains, teknologi, biomedicine, ilmu-ilmu sosial, serta ilmu budaya dan humaniora. Seleksi pemilihan 100 universitas terbaik dunia tersebut diikuti oleh 2.375 universitas dari seluruh dunia. Prestasi 2gemilang UGM ini sekaligus menjadi catatan sejarah dalam dunia pendidikan Indonesia sebagai perguruan tinggi nasional pertama yang menorehkan prestasinya pada tingkat dunia (Laporan Rektor UGM, 2005). Berbagai pengakuan internasional UGM tersebut telah pula menarik sekitar 700 mahasiswa asing pada tingkat sarjana dan pascasarjana untuk menuntut ilmu di UGM.
Meskipun pencapaian peringkat universitas pada webometrics dan THES yang dicapai UGM telah mampu menembus jajaran world class university, tetapi hal itu tentu bukanlah segala-galanya. Komitmen UGM untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan merupakan tujuan pendidikan di UGM. Kualitas pendidikan tersebut dapat diukur dari berbagai aspek, seperti rata-rata indeks prestasi kumulatif lulusan, masa studi untuk menyelesaikan satu jenjang pendidikan, masa tunggu untuk memperoleh pekerjaan atau menciptakan lapangan kerja, rasio dosen dengan mahasiswa, jumlah publikasi ilmiah, lebar-pita internet per mahasiswa (bandwidth per student), tingkat persaingan mahasiswa baru, jumlah dosen bergelar doktor, ketersediaan fasilitas perkuliahan, alokasi anggaran untuk perpustakaan dan penelitian, jumlah mahasiswa asing, jumlah staf dosen asing, dan rasio mahasiswa pascasarjana (Laporan Rektor UGM, 2005).
Menjelang peringatan dies natalis ke 60 pada 19 Desember 2009, pencapaian prestasi UGM pada Webometrics Ranking of World Universities dan prestasi internasional lainnya memang bukanlah segala-galanya bagi UGM. Tetapi prestasi tersebut kiranya dapat menjadi modal untuk mewujudkan visi UGM menjadi universitas riset kelas dunia yang unggul, mandiri, bermartabat, dan dengan dijiwai Pancasila mengabdi kepada kepentingan dan kemakmuran bangsa. Cita-cita UGM untuk mendunia salah satunya diwujudkan dengan menjadi tuan rumah penyelenggaraan World Conference on Science, Educational and Culture pada tahun 2010.
UGM menggagas tentang pentingnya harmonisasi dari kearifan lokal yang dimiliki oleh bangsabangsa di dunia sebagai modal untuk menyelesaikan masalah-masalah global. UGM melihat harmonisasi dalam skala internasional sangat penting untuk mendesain mobilitas manusia dan menciptakan tatanan dunia baru. Hal tersebut sebagaimana diamanatkan dalam nilai-nilai Universitas Gadjah Mada bahwa ilmu dapat dikembangkan dan digunakan untuk keadaban, kemanfaatan, dan kebahagiaan.
Terkait dengan pengakuan dunia internasional terhadap pencapaian prestasi UGM, benarlah ucapan rektor UGM, Prof. Sudjarwadi, kita tidak perlu gembar-gembor untuk mendapat pengakuan internasional tetapi pengakuan tersebut datang lewat kerja keras dan karya kita. Tidak hanya itu, pengakuan internasional hanyalah dampak positif dari keinginan UGM untuk mengabdikan diri bagi kepentingan bangsa.
Semoga julukan UGM sebagai kampus perjuangan, kampus kerakyatan, kampus Pancasila, kampus nasional, dan kampus pusat pusat kebudayaan akan selalu memberikan semangat bagi UGM untuk terus berkarya dan memberikan hasil terbaiknya untuk bangsa Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya. Seperti harapan founding father bangsa ini pada saat pendirian UGM, bahwa UGM adalah peringatan atas agresi militer Belanda 19 Desember 194 yaitu, masa keprihatinan atas usaha perampasan kemerdekaan. Pendirian UGM juga merupakan kebanggaan bangsa pada masa perjuangan sekaligus sebagai pembuktian pada dunia bahwa Republik Indonesia masih berdiri. Demikian juga ditengah berbagai masalah yang melanda bangsa Indonesia saat ini, prestasi UGM dapat menjadi modal menumbuhkan kepercayaan diri dan penghibur ditengah kondisi keprihatinan sekarang. UGM juga menjadi bukti pengakuan dunia internasional terhadap produk Indonesia yang masuk dalam jajaran world class champion product.