Classification Shifting (pergeseran klasifikasi)

Classification Shifting (pergeseran klasifikasi) 
Classification shifting merupakan alat manajemen laba yang lain diluar manajemen akrual dan manipulai aktivitas ekonomi riil. Classification shifting adalah kesalahan klasifikasi items di dalam laporan laba rugi. Classification shifting dapat juga diartikan menggeser atau merubah biaya inti/core expenses (harga pokok penjualan, dan biaya penjualan, serta biaya umum dan administrasi) ke special items. Pergerakan vertikal dari biaya tidak akan mengubah bottom line earnings, tetapi core earnings akan overstatement. 


Para manajer dalam memaksimumkan pelaporan kinerja akan menurunkan biaya atau akan menaikkan pendapatan dalam laporan laba rugi untuk menyajikan suatu gambaran yang tidak sesuai dengan kenyataan ekonomi. Classification shifting berbeda dengan manajemen akrual dan manipulasi aktivitas ekonomi riil dalam beberapa hal. Pertama classification shifting tidak mengubah laba akuntansi, dan yang kedua adalah classification shifting memudahkan analisis dengan mengelompokkan item-item yang mempunyai karakteristik serupa. Selain terdapat perbedaan antara manajemen akrual dan manipulasi aktivitas ekonomi riil dengan classification shifting, terdapat pula persamaan di antara ketiga metode manajemen laba tersebut, yaitu: sama–sama mempunyai harapan yang tinggi terhadap kinerja masa depan. 


Penelitian yang telah dilakukan oleh Mc Vay (2006), Pratama dan Rahmawati (2007), serta Rahmawati dkk. (2010), membuktikan bahwa para manajer yang menjalankan penggeseran/perubahan biaya dari biaya inti (harga pokok penjualan, biaya penjualan, serta biaya umum dan administrasi) ke pos khusus. Strategi pergeseran klasifikasi berbeda dengan manipulasi aktivitas riil karena manipulasi aktivitas riil berdampak terhadap arus kas dan perusahaan dapat terdeteksi melakukan strategi tersebut dari arus kas. Jadi manajer memiliki insentif melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi yang akan mempengaruhi kinerja saham.


Gerakan vertikal biaya ini tidak mengubah garis dasar laba, tetapi terlalu menaikkan laba inti. Sebagai tambahan, nampaknya para manajer menggunakan alat manajemen laba ini untuk melakukan peramalan analisis laba benchmark, pos khusus cenderung tidak termasuk ke dalam pro forma dan definisi laba analisis. Untuk metode classification shifting, dititik beratkan pada alokasi biaya antara biaya inti (harga pokok penjualan, biaya penjualan, serta biaya umum dan administrasi) dan special items. 


Penelitian mengenai classification shifting (pengujian atas core earnings dan special items) masih jarang karena kebanyakan dari mereka meneliti alat manajemen laba yang sudah sering diangkat dalam penelitian-penelitian dan umumnya banyak digunakan oleh para manajer, yaitu: manajemen akrual dan manipulasi aktivitas ekonomi riil. Sebenarnya classification shifting (pengujian atas core earnings dan special items) tidak kalah bagus dengan alat manajemen laba yang lain, bahkan clssification shifting mempunyai beberapa kelebihan, tetapi masih jarang penelitian yang mengangkat tema classification shifting sebagai objek penelitiannya. 


Manipulasi Aktivitas Riil
Manajemen laba melalui aktivitas riil dapat dideteksi melalui arus kas operasi, biaya diskresioner, dan biaya produksi. Penelitian mengenai manajemen laba melalui aktivitas riil hanya mengkonsentrasikan pada aktivitas investasi seperti pengurangan pengeluaran riset dan pengembangan (Roychowdury, 2006). 


Roychowdury (2006) memberikan bukti bahwa manajer melakukan manipulasi melalui aktivitas riil dengan memberikan potongan harga untuk meningkatkan penjualan, mengurangi kos barang yang terjual melalui peningkatan persediaan, dan mengurangi biaya diskresioner untuk meningkatkan laba yang dilaporkan. Beberapa penelitian mengenai manajemen laba telah dilakukan dengan memfokuskan pada investasi dan pengeluaran riset dan pengembangan. Dechow dan Sloan (1996) menemukan bahwa manajer mengurangi biaya riset dan pengembangan pada akhir masa jabatan untuk meningkatkan laba jangka pendek. Bushee (1998) menemukan bukti yang konsisten dengan mengurangi biaya riset dan pengembangan untuk meningkatkan laba. Burgstahler dan Dichev (1997) menemukan buki bahwa analis peramalan melakukan manajemen laba untuk menghindari kerugian. 


Graham et al. (2005) mengatakan bahwa eksekutif keuangan menunjukkan kesediaan untuk memanipulasi laba melalui aktivitas riil dibanding akrual. Terdapat dua alasan untuk melakukan manipulasi laba melalui aktivitas riil yaitu: (1) manipulasi akrual mungkin menarik perhatian auditor atau regulator untuk memeriksa lebih dalam dibanding keputusan nyata tentang harga dan produksi, (2) manipulasi berdasarkan akrual memberikan suatu risiko. 


Roychowdury (2006) mengatakan bahwa manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil adalah berpindahnya pengelolaan laba dari praktik operasi normal ke praktik operasi tidak normal, yang dimotivasi oleh keinginan manajer untuk menipu beberapa stakeholders agar percaya terhadap laporan keuangan yang dibuat atas dasar operasi normal. Perpindahan dari praktik operasi normal ke tidak normal tidak memberikan kontribusi terhadap nilai perusahaan walaupun manajer mencapai sasaran pelaporan. Manajer yang terlibat manajemen laba mementingkan keuntungan pribadi untuk mencapai sasaran pelaporan karena mereka bertindak sebagai agen. Contohnya, manajemen laba dilakukan untuk menghindari kerugian, dan menghindari pelanggaran perjanjian utang, untuk menghindari intervensi pemerintah, serta untuk meningkatkan bonus.


Di Indonesia, penelitian tentang manipulasi aktivitas riil telah dilakukan oleh Andayani (2008). Hasilnya adalah perusahaan manufaktur melakukan overproduksi, memberi diskon, dan kelonggaran kredit sebagai indikasi adanya manajemen laba, yang menyebabkan biaya produksi menjadi tinggi.
 

Contoh Contoh Proposal Copyright © 2011-2012 | Powered by Erikson