Estimasi income-increasing (decreasing)
Estimasi income-increasing (decreasing) diukur dengan menggunakan variabel dummy yaitu nilai 1 untuk perusahaan yang mempunyai akrual diskresioner menaikkan laba dan 0 untuk perusahaan yang mempunyai akrual diskresioner menurunkan laba. Pengukuran income-increasing (decreasing) dalam penelitian ini tidak mengikuti asumsi yang banyak digunakan oleh penelitian-penelitian sebelumnya (DeFond dan Park, 1997; Becker et al. 1998; Krishnan; 2002) yaitu akrual diskresioner positif (negatif) berarti income-increasing (decreasing), tetapi memasukkan ukuran baru yaitu melihat apakah perusahaan mengalami kenaikan laba dari tahun sebelumnya. Asumsi ini digunakan karena partisipan pasar berharap setidaknya kinerja perusahaan saat ini, yang diukur dengan laba, sama dengan kinerja tahun sebelumnya. Laba yang digunakan oleh partisipan pasar sebagai tolok ukur kinerja perusahaan mengandung komponen akrual nondiskresioner dan akrual diskresioner, sehingga dalam penelitian ini untuk mengukur perusahaan yang melakukan income-increasing ditunjukkan dengan interaksi antara akrual diskresioner dengan kenaikan laba dan untuk mengukur perusahaan yang melakukan income-decreasing ditunjukkan dengan interaksi antara akrual diskresioner dengan penurunan laba
Untuk menentukan apakah perusahaan melakukan manajemen laba dengan menaikkan laba atau menurunkan laba digunakan regresi, yaitu laba perusahaan tahun ini (NIt) yang dideflasi dengan aset total tahun sebelumnya (TAt-1) sebagai variabel dependen dan laba tahun kemarin (NIt-1) yang dideflasi dengan aset total dua tahun yang lalu (TAt-2) sebagai variabel independen dan apabila diformulasikan menjadi:
NI95 NI94
= TA94 TA93
NIt / TAt-1 = NIt-1 / TAt-2
NIt,j / TAj,t-1 = a + b (NIj,t-1 / TAj,t-2) + e (4)
Laba harapan tahun ini sama dengan laba tahun kemarin, kemudian dilakukan regresi atas persamaan (10). Error yang terjadi, yaitu selisih antara laba harapan dengan laba aktual, digunakan untuk menentukan apakah perusahaan berada di atas garis regresi (eror positif) atau di bawah garis regresi (eror negatif). Jika eror positif maka perusahaan mengalami kenaikan laba relatif terhadap industri dan diberi nilai 1, dan jika eror negatif berati perusahaan tidak mengalami kenaikan laba dan diberi nilai 0. Peneliti menggunakan laba bersih sebagai ukuran untuk menentukan kenaikan atau penurunan laba karena apabila perusahaan laba maka pasti pendapatan lebih tinggi dari biaya, sedangkan jika perusahaan rugi pasti pendapatan lebih rendah dari biaya. Dengan demikian, apabila perusahaan mempunyai eror positif berarti perusahaan mempunyai laba lebih besar dari harapan pasar, atau sebaliknya.
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat signifikansi masing-masing variabel independen bersama semua variabel independen yang lain. Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta setiap variabel independen. Apabila tingkat signifikansi yang diperoleh (p-value) lebih kecil dari 0,05 maka Ho dapat ditolak atau dengan α = 5% variabel independen tersebut berhubungan secara statistis terhadap variabel dependennya. Selain itu juga diuji pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dengan melihat nilai signifikansi F. Jika nilai signifikansi F lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis alternatif tidak dapat ditolak atau dengan α = 5% variabel independen secara statistis mempengaruhi variabel dependen secara bersama-sama.
Subramanyam (1996) menemukan bahwa pasar saham melekatkan nilai untuk akrual diskresioner. Temuan tersebut konsisten dengan dugaan bahwa akrual diskresioner yang mencerminkan informasi privat manager dapat meningkatkan kemampuan laba dalam mencerminkan nilai ekonomis perusahaan. Model penelitian ini menggunakan model Subramanyam yang membagi laba menjadi tiga komponen, yaitu aliran kas dari operasi, akrual nondiskresioner dan akrual diskresioner, dengan memasukkan kualitas audit sebagai variabel pemoderasi.
RETt = b0 + b1OCF + b2NDACt + b3DACt + b4NBIG5 + b5DAC*NBIG5 + b6INCR + b7INCR*DAC + tt (5)
dalam hal ini:
RETt = return saham yang diukur dengan akumulasi return selama 12 bulan yang berakhir 3 bulan setelah akhir tahun fiskal pada tahun t.
OCF = aliran kas dari operasi yang dibagi dengan aset total awal tahun
NDAC = akrual nondiskresioner
DAC = akrual diskresioner
NBIG5 = auditor, dengan nilai 1 jika KAP non-Big5 dan 0 jika KAP Big 5
INCR = nilai 1 apabila perusahaan mengalami kenaikan laba dan 0 jika tidak mengalami kenaikan laba
DAC*NBIG5 menunjukkan interaksi antara akrual diskresioner dengan kualitas audit, sedangkan INCR*DAC menunjukkan interaksi antara akrual diskresioner dengan kenaikan laba untuk mengukur terjadinya income-increasing. NDAC dan DAC ditentukan dengan menggunakan cross-sectional modified Jones (1991) Model.
Konsisten dengan riset sebelumnya b1, b2, b3 diharapkan lebih besar dari nol (b1, b2, b3 > 0). Tidak ada prediksi yang ditawarkan untuk b4. Penentuan akrual diskresioner klien KAP Big 5 diukur dengan b3. b5 menyatakan hubungan antara manajemen laba dan return untuk klien KAP non-Big5 yang inkremental untuk klien KAP Big 5. Penjumlahan b3 + b5 menunjukkan asosiasi antara akrual diskresioner dan return untuk klien KAP non-Big5. Maka observasi b5 < 0 adalah konsisten dengan dugaan bahwa kualitas audit mempengaruhi penentuan akrual diskresioner dan hubungan pengaruh akrual diskresioner dan return lebih besar untuk perusahaan yang diaudit oleh KAP Big 5 daripada untuk perusahaan yang diaudit oleh KAP non-Big 5. Tidak ada prediksi yang ditawarkan untuk b6. b7 menyatakan hubungan antara manajemen laba dan return untuk perusahaan yang mempunyai akrual diskresioner menaikkan laba. Maka observasi b7 < 0 menunjukkan bahwa pengaruh manajemen laba dan return lebih kecil untuk perusahaan yang mempunyai akrual diskresioner menaikkan laba daripada perusahaan yang mempunyai akrual diskresioner menurunkan laba.