Kerangka Analisis Perencanaan Gender (Gender Planning Frameworks)

Kerangka Analisis Perencanaan Gender (Gender Planning Frameworks) 
Sudah banyak kritik bahwa gender planning dalam kerja-kerja rekonstruksi di Aceh merupakan hal yang mendapatkan perhatian kurang. Kritik ini tidak selalu ditanggapi secara serius karena memang sudah banyak lembaga mencoba untuk melakukan pengarus utamaan gender dalam level proyek dan program mereka, berdasarkan gender analisis versi tiap lembaga. Di samping itu, ada ratusan alat gender analisis dan gender planning. Mana yang terbaik? 

Tentu pula, sudah banyak training berjudul “gender training” level dasar yang diberikan dari dan untuk pegiat kemanusian terutama LSM/NGOs/CSOs. Namun tidak banyak training bagaimana melakukan pengarusutamaan gender dalam proyek dan program. Langkah pertama pengarus utamaan gender adalah gender analisis (WHO, 2002: 2). Bukan hal yang mudah bila sebuah lembaga atau staf pekerja kemanusiaan untuk rekonstruksi tidak memiliki alat analisis gender planning yang baik. Oleh karena itu, ringkasan alat analisis gender ini ditulis secara sederhana dalam bahasa Indonesia dan ditujukan lebih pada para perencana proyek dan program pada level komunitas (mikro), maupun makro. 

Kerangka analisis perencanaan gender atau disingkat kerangka analisis gender merupakan upaya untuk menerjemahkan ide-ide dari analisis gender yang “akademis” serta “konseptual” ke dalam kerja-kerja dan panduan untuk para praktisi LSM, pekerja-pekerja pembangunan, relief dan dalam konteks Aceh saat ini adalah perencanaan rekonstruksi Aceh. 

Kerangka-kerangka ini digunakan untuk memperkenalkan secara singkat konsep gender bagi mereka yang ‘awam’ dengan issu perempuan/gender dalam pembangunan, dengan menekankan bahwa gender adalah isu pembangunan dan bahwa pembangunan tidak bebas nilai sehingga potensial menindas gender tertentu. Tidak dimaksudkan untuk terjebak dalam berpikir secara “mengisi matrix” semata dan terkotak-kotak, tetapi memberikan dasar-dasar analisis gender. 

Di samping itu, kegunaan lain adalah bisa dijadikan dasar kebijakan gender (gender policy) pada institusi-institusi seperti masyarakat sipil, LSM, CBOs, NGOs, BRA, pemerintahan dan sebagainya. Umumnya, kerangka analisis gender yang berbeda digunakan untuk saling melengkapi demi menjawabi kebutuhan kebijakan lembaga dan pembangunan kembali masyarakat Aceh. 

Ada banyak model yang sering digunakan tetapi yang akan diperkenalkan di sini adalah 4 jenis alat analisis yang berbeda satu sama lain, yakni Kerangka Harvard, Moser, Longway dan Kerangka Relasi Sosialnya Naila Kabeer.

Tujuan utama paper singkat ini adalah utuk memperlengkapi,teman-teman di Aceh, tentunya tidak tertutup bagi mitra-mitra Hivos, supaya bersama-sama memiliki pemahaman gender secara umum dalam kerja-kerja mereka. Tidak ada tendensi di sini untuk mengatakan mana yang paling benar, tetapi diharapkan pengguna (users) bisa memilih sendiri alat analisis yang disajikan berikut, lebih cocok dalam kerja-kerja mereka. Walaupun, preferensi Penulis adalah pada model yang dikembangkan Longwe dan Kabeer.
 

Contoh Contoh Proposal Copyright © 2011-2012 | Powered by Erikson