Aksiologi Ekosistem Pesisir

Aksiologi Ekosistem Pesisir 
Ekosistem pesisir dan laut merupakan ekosistem alamiah yang produktif, unik dan mempunyai nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Selain menghasilkan bahan dasar untuk pemenuhan kebutuhan pangan, keperluan rumah tangga dan industri yang dalam konteks ekonomi bernilai komersial tinggi, ekosistem pesisir dan laut juga memiliki fungsi-fungsi ekologis penting, antara lain sebagai penyedia nutrien, sebagai tempat pemijahan, tempat pengasuhan dan tumbuh besar, serta tempat mencari makanan bagi beragam biota laut. Di samping itu, ekosistem pesisir dan laut berperan pula sebagai pelindung pantai atau penahan abrasi bagi wilayah daratan yang berada di belakang ekosistem ini (Bengen, 2002). Tata ruang sebagai wujud struktural ruang dan pola penggunaannya secara terencana atau tidak dari bagian permukaan bumi di laut dan pesisir, dikenal selama ini sebagai objek dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Selain mengandung beraneka ragam sumber daya alam dan jasa lingkungan yang telah dan sementara dimanfaatkan manusia, ruang laut dan pesisir menampilkan berbagai isu menyangkut keterbatasan dan konflik dalam penggunaannya. Untuk mengharapkan keberlanjutan manfaat ruang laut dan pesisir, berbagai upaya sadar selayaknya digiatkan dalam suatu rangkaian penataan ruang. Secara normatif, penataan ruang dipahami sebagai suatu rangkaian proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang dialokasikan menjadi kawasan lindung dan kawasan budidaya (UU Nomor 24 Tahun 1992). Perencanaan tata ruang memungkinkan fungsi dan manfaat ruang tersebut dapat berkelanjutan dinikmati oleh manusia. Hal ini menjadi semakin penting karena ruang laut dan pesisir peka terhadap gangguan sehingga setiap kegiatan pemanfaatan dan pengembangan di mana pun juga di wilayah ini, secara potensial dapat merupakan sumber kerusakan bagi ekosistem-ekosistem di wilayah ini (Dahuri et al, 2001)

Wilayah pantai dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe. Sejarah perkembangan pengklasifikasian pantai di awali tahun 1930 oleh Francis Shepard kemudian mengalami beberapa kali perubahan pada tahun 1948, 1963 dan terakhir di perbaharui pada tahun 1973 dimana klasifikasi ini menjadi standart dan dipakai oleh U.S Army of Engineers (1998) sebagai dasar untuk membuat klasifikasi pantai. Pantai berlumpur sendiri secara genetik di golongkan sebagai marine deposition coast. Secara harafiah di ambil dari bahasa inggris adalah mudflat atau salt marshes yang berbentuk delta (deltaic) atau pantai secara gradien datar dan memiliki pengaruh gelombang kecil (U.S Army Of Engineers 1998; Delgado et al, 2002). 

Peran ekosistem pantai berlumpur di wilayah pesisir tergambar oleh kehadiran ekosistem lainnya seperti ekosistem hutan mangrove dan ekosistem delta yang saling memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya. Adanya aktivitas fauna dan flora serta keadaan hydrodinamika air laut seperti kejadian pasang dan surut (tidal), arus pasang surut (tidal current), gelombang (waves), distribusi salinitas dan transport sedimen merupakan suatu keadaan in situ dari ekosistem ini (Sunarto, 2002). 

Alur Pikir 
Walaupun sudah banyak informasi dan literatur menceritakan keadaan-keadaan alamiah di atas akan tetapi pembahasan keterkaitan antara rantai makanan, proses-proses fisik dan aliran karbon di ekosistem pantai berlumpur belumlah dijalaskan secara spesisik kebermaknaanya dalam suatu runutan dimensi ekosistem pesisir. Pembahasan makalah ini dititikberatkan pada dimensi dinamika ekosistem pesisir yang majemuk dengan alur pikir sebagai berikut:

Gambar  Bagan alir alur pikir rantai makanan, proses-proses fisik dan aliran karbon di ekosistem pantai berlumpur.
 

Contoh Contoh Proposal Copyright © 2011-2012 | Powered by Erikson