Fungsi Seni Tayub Menurut Ahli

Fungsi Seni Tayub Menurut Ahli 
Tayub merupakan pertunjukan rakyat yang lahir dari ekspresi romantisme antara ledhek (waranggana) dengan pengibing. Biasanya lelaki tersebut dipilih oleh pramugari sesuai dengan statusnya, dimana pengibing dengan status sosial yang tinggi mendapat giliran utama setelah pemilik acara, dan perangkat desa dengan mengalungkan selendang yang digunakan untuk menari). Bentuk ekspresi ini berupa tarian berpasangan antara laki-laki dan perempuan. Pada awalnya tarian ini sebagai sarana kesuburan, baik untuk keperluan pertanian maupun keperluan perkawinan pada masyarakat pulau Jawa yang masih melestarikan kebudayaan dan lekat dengan unsur mistik.

Seiring dengan perkembangan jaman, tayub pun mengalami pergeseran fungsi dan nilai. Faktor yang menyebabkan adanya pergeseran tersebut antara lain dikarenakan oleh perubahan kondisi sosial dan tuntutan jaman yang semakin maju. Maka berbagai upaya dilakukan agar kesenian ini tetap terjaga kelestariannya yaitu dengan melalui sosialisasi bagi pelaku seni tayub.

Seni pertunjukan tayub mempunyai fungsi primer dan fungsi sekunder, yang maksudnya adalah bahwa seni pertunjukan tayub tidak hanya mempunyai fungsi sebagai ritual maupun seni tari pertunjukan saja, namun juga pernah digunakan sebagai alat propaganda oleh suatu partai politik tertentu untuk menjaring massa. Pergeseran fungsi seni pertunjukan seni tayub yang mempunyai fungsi primer sebagai sarana untuk ritual.

Tayub sebagai alat propaganda menjelaskan hubungan antara kesenian tayub dengan salah satu partai politik, dimana pada tahun 1950-an dan tahun 1960-an tayub diperbutkan ileh partai politik.

Fungsi Ritual
Fungsi paling mendasar, bisa dikatakan senagai fungsi tertua dari tayub adalah untuk upacara kesuburan, dan hampir semua bentuk seni pertunjukan pada mulanya memang digunakan sebagai sarana untuk upacara (Bende dalam buku Seni Tradisional Langen Tayub Tudan Mumi Di Negeri Sendiri. Hal 108). Kemudian seiring dengan perkembangan waktu dan perubahan jaman, fungsi tayub semakin berkembang yaitu sebagai sarana hiburan dengan tujuan komersil. Adapun ciri-ciri dari tayub yang berfungsi sebagai sarana ritual, yakni:
1) Diselenggarakan pada saat yang terpilih;
2) Dilakukan di tempat yang terpilih;
3) Penari pria atau pengibing yang menari pertama bersama waranggana harus pria terpilih;
4) Waranggana yang tampil harus terpilih; dan
5) Diperlukan berbagai sesaji.

Apabila dikaji lebih dalam, tari tayub yang berfungsi sebagai tari untuk kesuburan dimana waranggana menari berpasangan dengan laki-laki hanyalah sebagai simbol semata, yang mana perempuan mewakili bumi atau tanah pertanian, dan laki-laki mewakili benih (padi) yang dalam istilah Jwa dikenal dengan istilah bapa angkasa (bapak langit) dan ibu pertiwi (ibu bumi), persatuan diantara keduanya berupa hujan yang akan turun mendatangkan kesuburan.

Fungsi Sosial
Pergeseran fungsi tayub dimulai pada awal abad ke-19, dimana pada waktu itu dibuka jalur rel kereta api untuk pertama kalinya di Jawa. Dengan adaya pembabatan rel maka pembabatan hutan menjadi perkebunan merupakan hal yang dianggap legal. Dengan adanya pergeseran geografis maka seni tradisi juga ikut berubah. Disini seni tayub tidak lagi hanya sebagai perangkat seni kesuburan melainkan lebih condong ke arah perangkat komersil. Para pelaku kesenian ini tidak lagi memposisikan diri sebagai pekerja seni yang terikat pada konsepsi filosofi tentang penyatuan alam “bapak angkasa dan ibu pertiwi” tetapi berubah dengan memposisikan diri atas perhitungan untung dan rugi, sebagai “penjual jasa”, untuk menghibur.

Tayub identik dengan budaya masyarakat umum atau seni massa, karena digunakan sebagai hiburan rakyat, seperti untuk meramaikan hajatan. Pergeseran fungsi seni tayub sebagai sarana hiburan ini tentunya mampu mendongkrak popularitas tayub yang pada masa itu merupakan kesenian yang sangat dekat dengan masyarakat bawah, sehingga tayub tidak hanya menjadi bagian di dalam prosesi ritual saja tetapi juga sebagai seni pertunjukan untuk hiburan.

Selain itu adanya pertunjukan tayub bisa dijadikan sebagai sarana untuk mengikat solidaritas masyarakat setmpat. Adakalanya diantara penonton tidak mengenal antara satu dengan yang lain, tetapi dikarenakan yang ikut menyaksikan pertunjukan tayub tersebut dari kalangan masyarakat luas dan dari desa yang berbeda-beda, maka bisa memungkinkan akan terjalinnya suatu komunikasi. Di mana dari komunikasi tersebut secara lambat laun dan tanpa mereka sadari bisa membentuk suatu komunitas baru, yakni komunitas penikmat seni pertunjukan tayub. Rasa solidaritas tersebut dapat terbentuk karena penyelanggara pertunjukan tayub tidak memungut biaya untuk para penikmatnya.

Fungsi Politik
Kesenian memang seringkali menjadi alat politik yang ampuh dan efektif untuk menjaring massa bagi suatu partai politik tertentu. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan ideologi suatu partai dapat disebarkan, dipelihara, atau bahkan dikobarkan melalui produk-produk kesenian berupa sandiwara, lagu, bacaan, lelucon, tulisan nyeni pada T-shirt, laporan jurnalistik maupun iklan.

Semasa pemerintahan presiden Soekarno, kehidupan kesenian bida dikatakan sangat ramai dan mengalami masa-masa kejayaan, hal tersebut dikarenakan hampir semua kekuatan politik yang dalam hal ini adalah partai-partai politik yang ada mempunyai suatu lembaga atau pun suatu departemen khusus yang menangani tentang bidang kesenian. Misalnya adalah Partai Komunis Indonesia (PKI) yang mendirikan Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA), Partai Nasional Indonesia (PNI) yang mendirikan lembaga kebudayaan nasional (LKN), Nahdlatul Ulama (NU) yang mendirikan lembaga seniman budayawan muslimin Indonesia (LESBUMI), dan partai Indonesia (Partindo) yang didukung oleh lembaga seni budaya Indonesia (Lesbi). Memang pada waktu itu kesenian tradisional mengalami kemajuan yang pesat, hal tersebut dikarenakan adanaya pelarangan terhadap masuknya budaya-budaya asing ke Indonesia oleh pemerintah. Selain itu, pengaruh politik di dalam jiwa para seniman juga sangat kuat, hal tersebut menyebabkan di dalam hasil-hasil kreatifitas para seniman di dalam menjalani kehidupan berkesenian selalu berbau dan mengandung ideologi dari partai-partai yang membawahi para seniman tersebut.
 

Contoh Contoh Proposal Copyright © 2011-2012 | Powered by Erikson